5. Pesona Akhlak Dalam Kesederhanaan

383 20 1
                                    

E-mail dari Kak Syakheil memberikan motivasi hebat pada diriku. Semangat mengembangkan kegiatan remaja masjid semakin menjadi-jadi. Juga semangatku dalam menuntut ilmu. Bahkan program sampingan yang masih sebatas wacana mulai aku realisasikan pada diriku sendiri.



Mengirimkan artikel ke beberapa situs melalui e-mail Abi menjadi kesibukan baruku. Kedua orang tuaku sangat mendukungku pada semangat dakwah ini. Bahkan Abi berjanji akan membelikanku laptop dan handphone bila aku nanti lulus dengan nilai yang baik. Sebelum mengirim artikel, Abi akan memeriksa dan memastikan bahwa yang aku tuliskan adalah hal yang valid dan baik untuk disebarkan.



Abi maupun Umi juga mulai membatasi pergaulanku. Pada kegiatan remaja masjid sekalipun, Abi akan mengawasiku agar jangan sampai ikhtilath (bercampur) dengan teman yang laki-laki. Over protective kalau kata teman-teman. Tapi bagiku ini adalah bukti nyata kasih sayang mereka padaku.



Sore ini, kegiatan pengajian setiap akhir bulan sedang terlaksana. Pihak panitia laki-laki di bawah arahan dan bimbingan Ustadz Ilyas mengundang seorang ustadz asal Solo. Seperti biasa, ketika Ustadz tersebut mulai berdiri untuk memberi ceramah, buku catatan telah siap di pangkuanku, lengkap dengan pena untuk mencatat segala ilmu dan kebaikan yang disampaikan oleh beliau.




"Assalamualaikum Wa Rohmatullahi Wa Barokaatuh.



Apa kabar saudara semua? Sehat ya? Masya Allaah Alhamdulillah.



Hari ini kita ditakdirkan Allaah untuk bertemu pada sebuah majlis yang dimuliakan insya Allaah. Saya kali ini akan membawa sebuah cerita yang berkaitan dengan akhlak. Semoga ini dapat bermanfaat buat kita semua, khususnya anak-anak muda yang masih mudah terpancing emosinya. Tapi Masya Allaah ya, semoga anak muda di sini adalah termasuk dari anak muda yang menjaga adab dan akhlaknya. Aamiin ya Allaah." Asatidz itu memulai kalam ceramahnya. Dengan cepat aku segera mengambil buku dan pena untuk mulai menuliskan cerita yang akan di sampaikan beliau.



"Pernah dikisahkan bahwasanya salah satu zuriah Rasulullah saw yang bernama Imam Ali Zainal Abidin sedang melakukan sholat sunnah di suatu masjid seusai sholat isya, di mana pada waktu itu tinggal hanya beliau saja yang berada di masjid.



Dan pada saat itu kebetulan ada seorang Baduwi lupa akan barangnya yang mana berisi uang seribu dirham. Maka ia menyangka barangnya ia tinggalkan di masjid. Segera kemudian dia mencarinya dan tidak melihat siapapun kecuali Imam Ali Zainal Abidin yang tengah sholat. Baduwi tersebut tidak mengenali siapa yang sedang sholat. Maka terbetik dalam hatinya bahwa yang mengambil uangnya adalah orang yang dilihatnya sedang sholat. Dan dia menuduh bahwa sholatnya hanya untuk menutupi kesalahannya, bahkan terlihat sangat lama sholatnya.



Maka Baduwi itu sudah tak sabar dan mengatakan :



'Hai fulan, jangan lama-lama dalam sholatmu. Mana hakku, mana barang milikku engkau simpan di mana? Kamu jangan berdusta!' Maka saat itu Imam Ali merasa tidak nyaman sehingga sholat segera dipercepat. Usai salam beliau bertanya kepada Baduwi:

'Apa yang anda inginkan?'



Maka dengan marah Baduwi itu berkata:

'Mana barangku yang kau curi. Kembalikan padaku!' Mendengar ucapan baduwi Imam Ali Zainal Abidin terkejut dan berkata :



'Wahai saudaraku, jangan kau bongkar aibku. Karena siapa yang menutup aib saudaranya maka Allaah akan menutup aibnya. Baiklah aku akan kembalikan uangmu. Mari ikut denganku akan ku berikan seribu dirham milikmu.'



Maka usai diberikan uang tersebut, si Baduwi segera pulang ke rumahnya. Dan dia terkejut karena uang yang dia cari-cari ternyata berada di rumahnya. Kemudian dia merasa malu sudah mencaci-maki dan juga merasa heran siapa gerangan orang yang ia tuduh sebagai pencuri? Bahkan dia sangat santun dan rela memberikan uang apa yang ia inginkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepenggal Nafas RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang