[4] Sasaeng Fans

824 98 18
                                    

"YAK! PARK JIMIN! KAU GILA!?" Jeongyeon berteriak saat badan mungilnya hampir terjungkal ke depan saat Jimin menginjak pedal rem dengan mendadak.

"Maafkan aku. Aku hanya terkejut saat kau pernah mengalami amnesia." Tutur Jimin merasa bersalah. Jeongyeon hanya menghela nafas.

"Hmm... Ya." Jimin hanya diam, ia menatap spion mobil. Wajahnya berubah serius.

"Ada apa?" Tanya Jeongyeon.

"Ada Sasaeng mengikuti mobilku. Jangan sampai mereka melihat wajahmu. Pegangan, aku akan menghindari Sasaeng itu." Tentu saja Jeongyeon tidak terima jika Jimin harus ugal ugalan kembali.

"Yak! Kau benar benar gila Park Jimin!!!" Jeongyeon tidak berhenti berteriak saat Jimin mengendarai mobilnya seperti seorang pembalap. Rasanya jiwanya akan melayang begitu saja.

Jimin mulai mengecoh Sasaeng tersebut dengan melewati gang gang kecil. Untung saja Sasaeng itu tidak se pandai Jimin dalam mengemudi.

"Huh! Selesai, aku berhasil mengecoh Sasaeng itu." Jimin tersenyum bangga saat skil mengemudinya terbukti akurat.

Jeongyeon mengatur nafasnya dan terdiam sejenak. Sepertinya rencana mereka untuk membeli kalung harus dibatalkan. Mungkin saja Sasaeng itu akan kembali mencari keberadaan Jimin dan menemukannya ada bersama Jimin.

"Turunkan aku disini saja. Aku tidak mau memperkeruh keadaan." Ucap Jeongyeon serius. Ia tidak mau ada rumor rumor yang akan mempengaruhi karir keduanya.

"Jadi, kita tidak jadi membeli kalung untuk kado saudaraku?" Tanya Jimin kecewa.

"Maaf. Sepertinya suasananya sangat tidak mendukung, Jim." Sesal Jeongyeon. Jimin menghela nafas berat. Padahal ingin sekali ia mengajak Jeongyeon berjalan jalan lebih lama bersamanya. Sungguh, ia merindukan 'Jeongie' nya.

"Baiklah, setidaknya biarkan aku mengantarmu pulang."
.
.
.
.
.
Jeongyeon turun dari mobil Jimin. Mereka ada di depan dorm Twice.

"Setelah ini mandilah, lalu istirahat. Jangan terlalu lelah. Aku pulang. Bye..." Jimin pergi sebelum Jeongyeon menjawab. Rasanya ada sedikit ketidak relaan melihat kepergian Jimin. Tapi, Jeongyeon segera menepis pikiran tersebut. Ia bahkan sangat membenci pria yang ia anggap manusia paling menyebalkan di dunia.
.
.
.
.
.
"Unnie, kau darimana? Dan siapa pria yang mengantarmu tadi?" Tanya Dahyun yang kebetulan melihat mobil hitam yang mengantarkan Jeongyeon pulang.

"Emm... Dia teman SMA ku." Jeongyeon segera masuk untuk menghindari pertanyaan Dahyun yang ingin tahu lebih lanjut siapa pria itu.

"Huft..." Jeongyeon menjatuhkan dirinya. Terdapat Momo yang sedang bermain ponsel sambil berbaring.

"Kenapa dengan wajahmu?" Tanya Momo. Sepertinya gadis itu merasakan perubahan ekspresi wajah sahabat nya itu.

"Tidak, aku hanya lelah. Aku mandi dulu."
.
.
.
.
.
.
"Aish, padahal aku ingin sekali berlama lama dengannya. Aku sangat sangat merindukannya." Ucap Jimin bermonolog. Ini sudah pukul 2 dini hari. Namun, balkon adalah tempat paling nyaman untuk suasana hatinya saat ini.

Di pandangnya cincin yang melekat di jari manisnya.

"Jeongie, kau membuatku menjadi lelaki yang cengeng." Mata Jimin berkaca kaca. Ia mulai mengingat ingat kenangan yang sempat ia ukir bersama Jeongyeon saat mereka kecil.

"Ku kira tugasku akan semakin berat. Ternyata kau mengalami amnesia setelah kejadian itu. Hah..." Jimin mengusap air matanya yang menetes. Hatinya hancur saat mengetahui Jeongyeon mengalami amnesia. Baginya, mustahil jika Jeongyeon akan mengingat nya lagi.

"Baiklah, Park Jimin. Perjalanan mu dimulai dari sini. Fighting!" Ucap Jimin menyemangati diri nya sendiri. Ia kembali masuk dan bermain dan memilih bermain ponselnya.
.
.
.
.
.
Lagi lagi, Jeongyeon terbangun di tengah malam. Seperti biasa, kepalanya seakan ingin pecah. Ia tidak ingin membangunkan Momo yang sepertinya kelelahan karena latihan tadi. Dengan gigi yang mengantup kuat, Jeongyeon mengobrak abrik isi laci. Diminumnya obat pereda pusing nya dengan air yang biasa ia sediakan sebelum tidur. Deru nafas nya tak teratur saat sakit di kepalanya perlahan reda. Ia kembali ke atas ranjang dan bersiap untuk kembali tidur. Namun, ponsel yang terletak di atas nakas menariknya untuk memainkan benda persegi tersebut.

"Jimin? Dia masih online? Gila." Jeongyeon memulai chat dengan Jimin. Sedikit terkejut saat melihat Jimin masih online, mengingat ini sudah dini hari.

______________________________________

Jimin🐒
______________________________________

"Tes." : ⚫

______________________________________

📳 Jimin🐒 is calling

📞 : Kenapa? Kau merindukanku?

Ih, siapa yang merindukan mu_- : 📞

📞 : Sudah, jujur saja! Banyak army
yang mengidolakan ku...

Mereka hanya melihat tampangmu : 📞

📞 : Apa? Tampang ku? Sepertinya,
secara tidak langsung kau
mengakui bahwa aku memang
tampan.

Tampan??? Jimin, kau bercanda? : 📞
Thanos lebih tampan darimu!          


📞 : Terserah. Ngomong ngomong,
kenapa kau tidak tidur? Ini sudah
sangat malam.

Eemm, aku baru saja terbangun : 📞

Aku kelaparan:(         

📞 : Ya sudah, segeralah lalu tidur.
Ini sudah malam. Bye...

Ok, bye... : 📞

✖️Tut Tut Tut✖️

Dan percayalah, Jeongyeon tidak bisa berhenti tersenyum malam itu.
.
.
.
.
.
.
To be continued

Maaf up-nya tengah malem:v

#typoabaikan

Couple Ring; JeongMin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang