[1] Bad Dream

1.4K 113 8
                                    

Anak laki laki berusia lima tahun dan anak perempuan berusia empat tahun sedang berjalan dengan senangnya. Mereka bermain seharian penuh, hingga akhirnya memutuskan pulang saat langit mulai berwarna oranye.

"Jeongie... Aku akan pindah ke Busan besok." Sontak anak yang dipanggil 'Jeongie' itu menghentikan langkahnya.

"Yah.." Matanya tampak berkaca kaca dan membuat Jimin bingung. Ya, nama anak laki laki itu bernama Jimin.

"Oh, iya! Aku membawa sesuatu untuk kita kenang saat kita kembali bertemu. Aku janji, aku akan kembali dan menikahimu agar kita bisa bermain bersama SELAMANYA~" Jimin merentangkan kedua tangannya saat mengucapkan kalimat terakhirnya. Seulas senyum terukir di wajah cantik Jeongyeon.

"Janji?" Ia mengusap matanya yang sedikit be air.

"Iya.. Aku berjanji. Aish! Dimana cincin itu!" Jimin merogoh sakunya dan...

"Ini dia!" Jimin segera memasangkan cincin itu ke jari manis Jeongyeon.

"Yak, Jimin! Ini ukuran orang dewasa!" Seru  Jeongyeon yang tampak kesal karena cincin itu sama sekali tidak muat di jari mungilnya.

"Tenang! Aku membawa karet ini.." Jimin segera memasangkan karet gelang itu agar cincin cantik itu tidak kebesaran.

"Selesai. Lihat, cincin kita sama!" Mereka kembali bergandengan tangan untuk mengantarkan Jeongyeon pulang. Namun, bukan Jeongyeon namanya kalau tidak jahil. Dia mendorong tubuh Jimin hingga Jimin sedikit tersandung. Lalu, dengan cepat ia berlari.

"Kejar aku, Park Jimin!"

"Yak, Itu ada perempatan! Hati hati!" Namun, Jeongyeon sepertinya tidak mendengarkan Jimin. Dengan segera Jimin berlari mengejarnya. Terdengar bunyi panjang dari klakson mobil. Dan,

Brak!

Jimin mematung di tempatnya. Melihat sahabat kesayangannya itu tergeletak tak sadarkan diri.

Anak kecil itu berlari hingga ia hampir terjatuh. Beberapa orang mulai mengerubungi gadis malang itu. Jimin menyerobot masuk ke dalam kerumunan orang dan menggoyangkan kecil tubuh Jeongyeon.

"Jeongyeon! Ayo bangun!" Anak kecil itu berteriak. Tangisannya terdengar pilu. Orang orang segera memanggil ambulans.

Jimin terus menangis memeluk Jeongyeon hingga ambulance datang dan meninggalkanya sendirian di situ. Perlahan orang orang mulai pergi dan melakukan aktifitas mereka. Melihat hari semakin larut, Jimin berjalan dengan lesu menuju rumahnya. Ia menangis di sepanjang jalan.

"Jeongie, jangan tinggalkan aku! JEONGYEON!"

"JEONGYEON!" Seorang pria terbangun dari mimpi yang selalu menghiasi malam indahnya. Keringat di dahinya terlihat jelas. Ia menetralkan nafasnya dan menengok ke samping. Leader dari boyband BTS itu sudah di alam mimpinya. Ia beranjak dan tahu satu satunya kamar yang penghuninya seperti kelelawar.

Tok! Tok! Tok!

"Tae! Jungkook! Buka!" Beberapa detik kemudian, seseorang yang dipanggil pun keluar dengan roti yang memenuhi mulutnya.

"Yak! Ini sudah malam!" Taehyung mengomel ketika Jimin langsung masuk dan merebahkan diri di ranjang dingin Taehyung dan Jungkook.

"Jimin Hyung, ayo main denganku!" Tawar Jungkook yang matanya terkunci pada layar tv. Sedangkan tangannya sibuk menekan nekan tombol stik.

"Tidak, aku mengantuk." Jimin membenarkan posisi tidurnya. Ia berdoa, mimpi buruk itu tidak menyerangnya lagi.

"Yoo Jeongyeon Twice. Kau kah itu?"
.
.
.
.
.
"Oh, iya! Aku membawa sesuatu untuk kita kenang saat kita kembali bertemu. Dan aku janji aku akan kembali dan menikahimu agar kita bisa bermain bersama SELAMANYA~"

"Tenang! Aku membawa karet ini.."

"Selesai. Lihat, cincin kita sama!"

"Yak, Itu ada perempatan! Hati hati!"

Brak!

"No!" Sedangkan seorang wanita yang tengah tidur juga terbangun karena potongan potongan ingatan masa lalunya. Kepalanya berdenyut hebat saat berusaha mengingat ingat seorang anak laki laki pada ingatannya itu.

"Arrgghhh!" Ia menunduk dan mencengkeram rambutnya.

"Yak, Jeongyeon!" Momo berteriak khawatir saat ia terbangun karena erangan Jeongyeon. Ia segera turun dan mengobrak-abrik isi laci. Ia segera mengambil obat Jeongyeon dan membukakan sebotol air mineral untuknya.

"Hah! Hah! Hah!" Jeongyeon tersengal sengal saat rasa sakit di kepalanya lambat laun menghilang.

"Kau kenapa lagi? Mimpi itu lagi?" Momo mengusap keringat pada wajah roommate nya itu.

"Hm.." Jeongyeon hanya mengangguk. Ia kembali berbaring. Ia mencari tangan Momo dan menggenggamnya erat, berusaha membuat matanya tertidur kembali.

"Siapa kau sebenarnya?"
.
.
.
.
.
To be continued

Couple Ring; JeongMin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang