Kanvas di hadapannya itu kosong. Putih. Tanpa noda.
Dia duduk menatap kanvas itu dengan tatapan kosong. Pandangannya menerawang jauh. Pikirannya melayang. Sosok gadis yang tersenyum terbayang di benaknya. Ia tersenyum mengingat wajah gadis itu.
Segera ia tumpahkan cat-cat ke kanvas itu. Dengan sepenuh hati, ia melukis. Melukis gadis itu. Gadis yang ia rindukan.
Setelah lamanya, kanvas yang tadinya putih kini penuh dengan warna. Dengan seorang gadis memakai gaun biru muda pucat.
Seketika, ia terdiam menatap hasil karyanya. Tak percaya dengan apa yang ia lukiskan.
Lukisan selalu jujur. Jujur menggambarkan perasaan si pelukis. Tidak ada satu pun kebohongan disana.
Ia pun harus jujur. Bahwa ia merindukan gadis itu. Bahwa ia mencintai gadis itu.
Dia harus mengungkapkan semua itu. Agar semuanya jelas, seperti lukisan di hadapannya.
Hai. Ini cerita baru ya hehe. Sebenarnya di cerita ini udah hampir selesai kuketik dan malah udah selesai di ending (tapi di tengahnya belum-_-)
Yak, ini masih prolog (sok-sokan pake prolog segala) haha. Udahlah. Kalo gue mood, gue post deh ini cerita yeah.
Yok, ayok mari VOMMENT (yaela masih prolog, mau comment apa coba-_-)
Yok, ayo yang belum baca cerita lain gue. OH OVILYA. RELATIONSHIT. ARIENNE LEE. DEAR NESHA (ON HOLD)
Udahlah. Makasih. Bye *kecup basah*
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Princess
Teen FictionKeira Hanirasya adalah gadis Jakarta yang cukup berandalan di sekolahnya. Ketika seorang temannya mengatakan jika ia mirip dengan seseorang, Keira tak percaya. Dan tiba-tiba ia disuruh untuk menemui seseorang. Farand Taylor, seorang pangeran dari Ed...