Dua.

12.4K 716 7
                                    

Edinburgh, England.

Seorang laki-laki yang berdiri di balkon besar. Balkon itu menghadap ke taman bunga yang besar dan terawat. Ada banyak pelayan yang sedang merapikan taman itu agar tetap asri dan enak di pandang. Laki-laki itu mendesah keras sambil menopang dirinya dengan menaruh tangan di pagar pembatas. Pikirannya membuat dirinya sedikit lelah. Banyak hal yang harus dikerjakan. Selain membantu ayahnya mengurus bisnis, ia juga harus mencari seseorang yang hilang.

Seseorang yang harusnya ia cintai.

Lady Hannah Windsor. Seorang puteri Kerajaan di Edinburgh. Hannah-begitu panggilannya-menghilang tiga hari yang lalu di pagi hari. Tidak ada yang mengetahui. Bahkan pelayan di istana yang banyak orangnya pun tidak melihat batang hidung Hannah. Serta kamera pengawas yang diletakkan di beberapa daerah pun tidak memperlihatkan Hannah. Hannah menghilang bagai ditelan bumi. Padahal akan ada banyak acara penting yang harus Hannah hadiri. Terutama pernikahan kakaknya-Grace Windsor yang tinggal dua bulan lagi.

Jika dipikir-pikir mungkin alasan seorang Lady Hannah Windsor kabur adalah karena ia tidak kuat menghadapi posisinya yang makin berat. Makin banyak acara yang ia harus hadiri. Bisnis yang berjalan lancar harus dibantunya untuk menangani semua. Bahkan bisa dibilang jika Hannah tidak bisa bernapas untuk menghirup udara segar.

"Tuan Farand, kami masih belum menemukan dimana Lady Hannah berada."

Farand-lelaki itu menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang berbicara. Ternyata seorang pemimpin pengawal kerajaan. Farand mendesah kecewa. Ia menerawang jauh ke depan. "Teruskan pencarian. Hubungi pusat London dan Oxford. Mungkin Lady Hannah ada disana," perintahnya dengan nada berat.

Pemimpin pengawal itu mengangkat tangannya untuk hormat. "Baik, Tuan." Jawabnya dengan tegas sebelum pergi meninggalkan Farand.

Farand kembali memandang taman yang ada di depannya. Sedikit membuatnya bisa tenang. Ia berpikir keras kemana Hannah pergi. Pasti ada sebuah tempat kesukaan Hannah yang ia lupakan. Atau mungkin Hannah mempunyai tempat kesukaannya tanpa ingin berbagi dengan Farand. Apakah Hannah menyamar dan pergi ke luar dari Edinburgh? Bisa saja.

"Masih bisa belum tenang?" Seseorang di belakang Farand berdeham pelan.

Farand membalikkan tubuhnya. Ia tersenyum kecil melihat Grace Windsor yang berjalan ke sampingnya lalu ikut memandang taman. Grace Windsor adalah seorang gadis yang anggun. Ia pintar dan berbakat. Serta cantik. Di umurnya yang kedelapan belas, Grace mulai menduduki kedudukan tertinggi di istana itu untuk menggantikan almarhum ibunya yang telah lama meninggal. Sekarang umurnya sudah dua puluh satu. Dua bulan lagi, ia akan menikah dengan seorang pangeran dari York. Farand hanya mengetahui sedikit tentang sang pangeran Duke of York.

Farand menghela napas lagi. "Belum ditemukan juga. Ini sudah hari ketiga. Tidak ada yang melihat Hannah dimana. Aku tidak bisa tenang. Ia menghilang di saat banyak acara penting menantinya."

"Aku pernah berpikir jika Hannah akan kabur karena stress saat aku melihat jadwalnya bulan ini. Sangat padat. Kau pasti sangat tahu jika Hannah tidak suka memikul beban berat," kata Grace. "Tapi bebanku lebih berat. Kenapa malah dia yang kabur. Apa yang ia pikirkan?"

"Apa kau tahu kemana ia pergi?" Tanya Farand. "Mungkin dia berbicara padamu kemana ia akan pergi?"

"Tidak. Sudah dua hari sebelum ia kabur, aku tidak pernah berbicara dengannya. Hanya bertemu saat sarapan, makan siang dan makan malam. Serta penjamuan minum teh. Itu saja," jawab Grace mengangkat bahu. "Hanya beberapa pelayan kita yang tahu Hannah menghilang. Jangan beritahu orang lain. Kalau tidak, kabar ini akan membuat gempar."

Farand mengangguk. Grace menatap Farand selama beberapa detik, lalu berbalik dan hendak pergi. "Usahakan agar adikku ditemukan sebelum pernikahanku. Aku tidak mau ia tidak hadir di pernikahan kakaknya sendiri. Kuserahkan semua ini padamu," katanya tanpa menolehkan kepala untuk memandang Farand.

"Oke. Aku akan berusaha," Farand tersenyum tipis. Grace pun melenggang ke koridor. Ia melihat punggung Grace yang makin lama menjauh. Kemudian, ia melihat sepupunya berjalan di koridor. Gadis itu menyapa Grace dengan ramah, lalu ia berjalan menuju tempat Farand berdiri. Rosie Chatto tersenyum dan melambaikan tangannya pada Farand. Mukanya bahagia. Farand mengerutkan kening melihatnya. Di saat situasi darurat karena Hannah menghilang, Rosie bisa saja bermuka bahagia tanpa beban di matanya.

"Halo, Sepupu," sapa Rosie saat sudah berada di depan Farand. Ia tersenyum lebar hingga menunjukkan gigi rapi yang berderet.

"Kemana saja kau? Apa kau juga berpikir untuk kabur seperti Hannah?" Tanya Farand mendecakkan lidahnya dan berkacak pinggang.

Rosie mengibaskan tangannya. "Tidak penting untuk kau ketahui aku kemana dua hari ini. Aku mempunyai kabar gembira. Tidak terlalu gembira. Mungkin cukup membuatmu kaget."

"Oh ya? Apa itu?" Tanya Farand tertarik untuk mendengar. "Apakah kau menemukan Hannah dimana?"

Rosie menggeleng. "Bukan itu. Aku juga tidak tahu dimana dia," kata Rosie mendenguskan kepala. Rosie mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Ia menekan entah apa lalu menyerahkan ponselnya pada Farand.

Farand mengambil ponsel itu dan melihat layar ponsel. Ia langsung mengerutkan kening melihatnya. "Siapa ini? Apakah ini Hannah?" tanyanya sambil memperbesar foto dan melihat dengan baik-baik.

"Oh ayolah. Tentu saja bukan. Hannah adalah wanita yang anggun. Mana mungkin mau berfoto seperti itu. Aku menemukannya di akun social media. Baru saja diposting kemarin," kata Rosie terkekeh pelan sambil menghirup udara segar. "Ah, wangi mawar dari taman selalu membuatku tenang."

Farand membalikkan tubuh dan bersandar pada pilar. Matanya masih menatap layar ponsel yang menunjukkan sebuah foto seorang gadis yang sedang tersenyum lebar ke kamera. Gadis itu berpose konyol, membuat Farand tersenyum geli. Rambut palsu yang ia kenakan dengan poni menutupi dahi, makin membuatnya mirip dengan Hannah. Gadis itu hanya memakai seragam putih dengan dasi abu-abu yang berantakan dipasang.

Farand menolehkan kepala pada Rosie. "Siapa dia?"

"Setelah aku selidiki, namanya Keira Hani... Hani... tunggu. Aku lupa siapa namanya. Susah sekali menyebutkannya. Kemarikan ponselku," Rosie mendekati Farand dan merebut ponsel itu. Ia menekan-nekan layar ponsel dan tersenyum. "Maafkan aku jika aku menyebutkan namanya salah. Namanya Keira Hanirasya. Seorang gadis dari Indonesia. Kau tahu Indonesia?"

"Indonesia? Oh. Tentu saja. Mereka memproduksi kopi luwak."

"Dia masih sekolah. Kuperkirakan umurnya 17 tahun. Persis dengan Hannah, bukan?"

Farand mengangguk mengiyakan. Ia merebut ponsel Rosie dan kembali memperhatikan foto gadis itu. Keira Hanirasya. "Apakah... apakah idemu itu...," Farand sengaja menggantungkan kalimatnya. Ditatapnya Rosie dengan mata yang menyipit.

Rosie langsung mengangguk. "Ya. Benar. Hannah menghilang. Sedangkan ada banyak acara penting yang harus ia hadiri. Kita tidak tahu jika Hannah masih belum ditemukan saat acara itu berlangsung. Maka dari itu, usulku adalah mencarikan pengganti Hannah untuk sementara. Setelah Hannah ditemukan, maka kita akan memulangkan penggantinya. Aku mencari gadis-gadis yang mirip dengan Hannah. Yang kutemukan hanya dia itu yang di foto. Jadi, bagaimana?"

Farand terdiam sejenak. Mempertimbangkan usulan dari sepupunya. Usulan yang cerdas. Mengingat untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi. "Akan kupertimbangkan. Ini sangatlah rumit," katanya menyerahkan ponsel pada Rosie.

"Pertimbangkanlah dengan benar. Ini demi keselamatan kerajaan ini. Dan jangan sampai ada yang tahu jika kita sedang merencakanan ini semua. Oke?" Rosie sedikit berbisik.

Farand mengangguk. Ia tersenyum untuk meyakinkan Rosie.

*

Be a PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang