Kisah Keluarga Pak Iwan 6

46.2K 310 1
                                    

Hari itu hari selasa, ya benar hari dimana aku akan melakukan akad nikah karena akan menikahi Rista secara sah. pagi setelah selesai sarapan aku pergi bersama pak jalal ke sawah, sedangkan Rista sedang mempersiapkan segala kebutuhan untuk nanti sore bersama ibunya serta tetangga-tetangga rumahnya yang perempuan, mulai dari makanan hingga riasan yang akan ia gunakan nanti sore.
siang harinya aku kembali ke rumah Rista dan ternyata semuanya sudah kelar, aku dipersilahkan makan siang dan disuruh untuk bersih-bersih dan siap siap karena sudah menunjukan pukul 2 siang.
sekitar jam 4 sore kami diiring menuju balai desa karena tamu sudah hadir disana. oh ya selain saksi yang aku bayar, pak Ridwan juga mengundang beberapa warga untuk menghadiri acara akad nikah ku dan Rista.
Aku yang menggunakan kemeja putih dan jas hitam yang sudah kupersiapkan, sedangkan Rista didandani layaknya pengantin yaitu dengan memakai kebaya putih dengan hiasan bunga melati di rambutnya. sebelum naik ke pelaminan, aku melepas cincin pernikahanku dengan Istriku Tita dan memasukkannya kedalam saku jasku.

Tegang? Nerveus? Tentu, karena ini akad nikah, semuanya harus berjalan lancar. dan akhirnya....

Pak Iwan : Saya terima nikah dan kawinnya Rista Binti Jalal dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.!

Penghulu : Bagaimana saksi-saksi apakah sah?

Saksi - Saksi: SAH!!!!!

Sontak semua warga yang hadir dalam acara itu serentak mengucapkan.
ALHAMDULILLAH...

setelah selasai akad nikah, aku memasangkan cincin ke jari manis Rista, begitupun sebaliknya. kulihat senyum bahagia terpancar dari bibir Rista. kemudia aku mencium keningnya dan Rista mencium tanganku sebagai kepatuhannya kepada suami.

Ya benar...sejak saat itu aku dan Rista sah menjadi sepasang suami Istri, dan segera menandatangani buku nikah serta mengabadikan beberapa foto sebagai kenang-kenangan.

Sore itu juga kami lanjutkan dengan acara Resepsi sederhana di balai desa, warga yang hadir mengucapkan selamat kepada kami berdua, sebagian warga juga telah mengetahui bahwa aku adalah bos besar di jakarta sehingga mereka sangat menghormatiku. bahkan ada ibu-ibu yang berkata.

"Beruntung sekali ya si Rista, udah suaminya Cakep, berwibawa, kaya pula"

tentu aku hanya bisa tersenyum mendengar kata-kata itu, dan kalo bukan karena kandungan yang ada didalam perut Rista, mana mungkin aku mau menikahinya. tapi sekali lagi aku adalah manusia biasa yang tidak mungkin juga membunuh bayi yang tidak berdosa itu, toh itu juga darah dagingku sendiri.

Malam harinya, aku, Rista dan keluarganya benar-benar merasa lelah sehingga sesampainya dirumah kami semua pada tepar di ruangan dimana kami biasanya kumpul. oh ya, malam itu juga Rista memindahkan barang-barangnya kekamar yang aku tempati, biasanya aku tidur seorang diri dikamar yang sempit ini tapi sekarang aku harus berbagi kasur bersama Rista, karena kami sudah sah menjadi suami istri.

Malam itu, sekitar jam 10 aku balik kekamar setelah berbincang-bincang sedikit dengan Pak jalal. begitupun pak jalal dan istrinya beranjak pergi kekamar tidurnya, si Heru adiknya Rista sudah tidur dari tadi.
sedangkan Rista aku ga tau dia kemana, mungkin di dapur atau kamar mandi.
sesampainya dikamar aku langsung rebahan di atas kasur yang di alasi bambu tempat biasanya aku tidur selama di desa ini. tak terasa mungkin karena lelah dan ngantuk aku tertidur.

Sekitar jam 1 malam aku terbangun karena merasa ada tangan yang memelukku, ternyata itu adalah istri keduaku Rista, yang sedang tertidur sambil memelukku. dan saat aku ingin bangun pergi kekamar mandi untuk buang air kecil, saat itulah Rista juga ikut terbangun.

Rista : Mau kemana Pak?
Pak Iwan : mau kencing dikamar mandi.

setelah selesai, aku kembali kekamar, tapi kali ini dengan keadaan Rista yang hanya memakai sarung tanpa baju, dan sarung itu dililitkan sampai ke dadanya seperti kemben. dan sedang duduk diatas kasur.

Kisah Keluarga Pak IwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang