Story Of My School (Ch.02)

37 37 30
                                    

#2. MASA ORIENTASI SISWA PART 2

"Sekarang kau push up 25 kali! Jangan alesan terus." ujar kakak kelas yang kesal.

"Tapi kak saya ...." ujar Dean membela diri lagi.

"PUSH UP SEKARANG JUGA ENGGAK!? KALAU ENGGAK SAYA NAIKIN LAGI HUKUMANNYA." nada keras yang dilontarkan oleh kakak kelas dengan memotong pembicaraan Dean.

Dean mengalah dan akhirnya melakukan push up sebanyak 25 kali ....

"Sekarang kamu masuk ke barisan lagi! Sana pergi." ucap kakak kelas.

Dean langsung pergi kembali menuju barisan kelompoknya yang sudah lumayan jauh berjalan.

Muka Dean tampak kesal sekaligus marah, karena menjadi tumbal dibalik orang yang melempar sembunyi tangan.

Sampailah Dean dikelompoknya dan segera bergabung kembali, namun ia masih merasa kesal akibat kejadian tadi.

Berjalan menuju lapang ujung sekolah untuk di kasihkan materi oleh pemateri selanjutnya.

Hingga sampailah mereka di ujung lapang sekolah, dan menempati tempat untuk berkumpul. Dean masih diam seribu bahasa.

Beberapa orang masih membicarakan kejadian yang tadi terjadi dialami oleh Dean, hingga dari beberapa siswa menilai Dean anak yang pembangkan dan siswa yang tidak patut dicontoh.

Datanglah kelompok yang di dalamnya ada Rico yaitu temannya dan segera merapat dekat kelompok Dean.

"Bro, tadi lu kenapa bisa-bisa buat masalah yang kayak gitu?" tanya Rico ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Sebenarnya aku tidak bersalah, aku hanya korban kok, dari orang yang tidak gentle berhadapan kesalahannya sendiri." sahut Dean yang masih kesal.

"Lu masih kesal? Lu tahu siapa orangnya? Biarku cari dan bawa dia untuk berhadapan dengan lu." Rico menawarkan bantuan.

"Halah gausah Ric, walaupun aku di posisi yang benar tapi itu tak baik buat kedepannya kesannya seperti kebenaran yang lahirkan dendam lagi." Dean menolak tawaran bantuan.

"Tapi lu kan udah jadi korban, harusnya dong lu cari orangnya." ujar Rico menasehati.

"Udahlah jangan diperpanjang lagi, aku sudah muak kok, ditambah banyak siswa atau siswi yang menilai aku itu punya sifat yang negatif." ujar Dean tidak mau memperpanjang masalah.

Tiba-tiba datanglah pemateri yang akan mengisi jadwal sekarang ....

Ia adalah pak Iwan Eka, guru yang paling killer di sekolahnya, bercirikan kulit yang agak sawo matang dengan rambut yang dimodel seperti rambut tentara dan ditangannya itu memakai batu akik di kedua tangannya.

"Selamat pagi kalian, sudah makan pagi hari ini?" ucapan salam pembuka dari pak Iwan.

"Eh buset!! Itu dikedua tanganya batu akik semua, juga besar-besar lagi." ucap Dean kaget melihat kedua tangan pak Iwan yang memakai batu akik.

"Itu batu akik beneran apa bukan enggak sih? Kayak batu Thanos anjir." Kaget Rico.

"Batu ginjal mungkin." celoteh Dean bercanda.

"Bapak minta sekarang kalian sepakat kepada bapak, kalau diantara kalian yang nanti di gurui oleh bapak setuju enggak kalau bapak telat 15 menit saya tidak akan masuk kelas dan sebaliknya kalau kalian terlambat 15 menit kalian tidak bisa memasuki kelas yang digurui oleh bapak." pertanyaan pak Iwan kepada peserta.

"SETUJU PAK." sahut semua peserta.

"Oke, bapak akan mengubah trend buruk dimata pelajar bahwa setiap guru seenaknya memberi tugas kepada kalian. Apa kalian merasa, kalau guru sekarang itu seenaknya memberi tugas yang berlebihan?" tanya pak Iwan.

Ada beberapa peserta yang merasa pertanyaan pak Iwan itu benar dan ada juga yang tidak merasa diberi tugas berlebihan.

"Okey bapak lanjutkan, bapak akan menjelaskan kalian tentang perbedaan sistem pendidikan di sekolah sini sama sekolah pada ratanya." lanjut pak Iwan.

"Bapak akan sedikit cerita tentang anak bapak yang masih menginjak TK, ini berhubungan dengan materi sekarang. Anak bapak pernah ada masanya tidak mau sekolah entah karena apa, bapak dan istri bapak  berusaha untuk bertanya apa yang terjadi dan juga tidak membuat alasan, sampai anak saya bilang dan bapak ingat sekali." ucap pak Iwan.

"Bilang apa pak? Kami penasaran." tanya Dean penasaran.

"Anak bapak bilang begini, aku tidak mau sekolah, aku malu, yang lain sudah bisa baca tulis, aku belum, aku goblok, itu anak TK nol besar, anak TK nol besar tidak seharusnya bilang begitu, emang dia gak mesti bisa, tapi yang SD yang illegal itu masuknya itu pake tes baca dan tulis dan beberapa TK harus ngajarin. Anak bapak gak harus bisa tapi masalahnya yang lain sudah bisa tapi ia mengalami pressure itu." ucap pak Iwan menceritakan.

"Terus itu bapak jawab apa?" tanya siswa lain.

"i love my son, ia malu karena enggak bisa baca dan tulis. Sementara bapak pengen bilang bahwa bapak juga mengalami hal yang serupa karena tiap orang bakatnya berbeda-beda, dan juga bapak sudah tahu bakat bapak dan juga karir bapak, jadi bapak bilang kepada anak bapak yaitu nak tidak usah sedih, ayah juga SD, SMP, SMA ranking paling bawah." ucap pak Iwan bercerita.

Semua peserta tertawa ngakak ....

"Terus anak bapak lihat kepada bapak." ujar pak Iwan menjelaskan sambil memperagakan wajah yang sedang tidak mungkin.

"kata-kata dari bahasa kalian kayak begini, oohhh berarti nurun dari elu! Elu sih bego jadi nurun ke gua, coba elu pinter." lanjut pak Iwan.

Semua peserta tertawa ngakak waktu diceritakan oleh pak iwan begitupun Dean.

"Tapi ia dikasih jalan solusi, entah dari mana oleh tuhan saat pulang sekolah, ia memberikan sebuah gambar kepada bapak. Bapak tanya ini gambar buatan siapa?" ujar pak Iwan menjelaskan.

"Hoh ini Chong Lee, kasih aku gambar  Angry Birds, tapi gambar itu jelek! Bego yah dia." ucap pak iwan memperagakan percakapan dengan anaknya.

Semua tertawa karena percakapan Pak iwan dengan Anaknya ....

"Jadi bapak bilang gini ke anak bapak, nak Chong Lee itu gambarnya jelek bukan berarti dia bego tapi artinya kamu bakatnya berada di gambar, sebaliknya kalau kamu belum bisa baca tulis dan dia bisa bukan berarti kamu bego tapi bakatnya dia berada di baca tulis, kamu ngerti nak." Sahut pak Iwan.

"Ngerti ayah," ucap pak Iwan memperagakan percakapan anaknya.

"Dari itu kalian bisa menyimpulkan apa perbedaan sistem pendidikan di sekolah kita dan di sekolah, ada yang bisa jawab?" Selanjutnya dilontarkan pertanyaan dari pak Iwan kepada peserta.

Mereka diam dan bingung apa yang mereka harus jawab, tidak ada bedanya pendidikan di sekolah ini dan sekolah lain.

Hingga akhirnya ada seorang yang menjawab dengan betul, jawabannya yaitu standarisasi, karena standarisasi membunuh kreativitas, itulah sebabnya para siswa dinilai tidak percaya diri, percaya diri itu penting karena orang sukses pasti percaya diri tapi realistis dengan kemampuannya.

Bila diibaratkan dengan hewan yaitu, jangan menilai ikan dari cara ia memanjat pohon, ia akan merasa bodoh seumur hidupnya. Begitupun manusia yang akan merasa bodoh bila terkena pressure yang tadi diceritakan oleh pak Iwan.

Tapi, sukses itu tidak diukur oleh percaya diri saja tetapi banyak hal. Kunci sukses itu tidak ada rahasianya tapi kunci kegagalan pasti ada yaitu adalah berhenti, berhenti mencoba melakukan lagi dengan kegagalan yang tak dihitung banyaknya.

#To be continued ....

*Beri kritik atau saran sama tanggapan kalian di komennya terus Vote cerita ini ... Semoga cerita menarik para readers makasih .... 

Chapter selanjutnya akan makin penasaran,tunggu ya gengs buat lanjutannya see you ....

Story Of My SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang