Melihat keseriusan Mary demi bisa meraih impian dan dukungan orang tuanya, orang tua Mary menemukan sifat Mary yang baru, melihat seberapa gigihnya Mary, dan akhirnya itu membuat mereka percaya akan kekuatan dalam diri Mary yang bisa mereka percayai. Mary terus berjuang di tahun akhirnya sebagai siswi sekolah lanjutan atas untuk bisa memasuki sebuah universitas yang menjadi syarat pemberian dukungan orang tuanya, ia terus berjuang yang tentunya tetap ia selingi dengan berlatih panahan sekaligus sebagai refreshing bagi Mary, dan sesekali megunjungi kediaman Hemsworth untuk melakukan evaluasi teknik panahan dan kadang servis busur modifikasinya. Semua itupun menghasilkan sesuatu yang memuaskan bagi semua pihak, Mary berhasil di terima di University of London sebagai mahasiswi baru di jurusan Hukum.
Mendengar berita yang luar biasa itu, tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan kebanggan kedua orang tua Mary terutama kebahagiaan Mary. Mungkin memang dengan adanya kegiatan perkuliahan nantinya bisa menyita banyak waktu kebersaman Mary dengan panahannya, namun Mary sudah bertekad untuk melanjani semuanya secara seimbang, Mary pun berfikir untuk bergabung dengan klub panahan yang mungkin ada di universitas barunya nanti.
Dengan hasil perjuangan itu Mary berhasil mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya, ayah Mary dengan senang hati membantu keperluan Mary di dunia panahannya, begitu pula dengan ibu Mary, terkadang beliau akan menemani latihan panahan Mary, dan bahkan membantu mencari insitusi panahan yang dengan senang hati akan menerima Mary sebagai anggotanya. Namun mungkin karena kurangnya informasi, ibu Mary masih belum mendapatkan institusi yang sesuai untuk Mary, namun hal itu tentu tidak menyurutkan semangat Mary dan dukungan kedua orang tua Mary. Mary akhirnya benar-benar memutuskan untuk mendaftarkan dirinya di klub panahan di universitasnya, namun melihat kondisi Mary pembina klub panahan agak meragukan kemampuan Mary hingga ia memutuskan untuk tidak menerima Mary ke dalam klub pahanan itu. Mary untungnya saja sudah menyiapkan segala jenis mental dalam hatinya, hingga keputusan itu tidak mematahkan semangatnya. Banyak teman angkatan atau bahkan kakak tingkat Mary yang memandang rendah Mary akibat kekurangannya, baik itu di kelas, di lingkungan kampus, dan tentu saja saat dia ingin mendaftarkan dirinya di klub panahan.
Semua jenis pandangan rendah dan tatapan aneh sudah sering Mary dapatkan, ia memang pernah merasah risih dan nge-down tapi dia punya cara untuk menghilangkan rasa itu dan mungkin sekaligus menghilangkan tatapan-tatapan aneh itu. Tersenyum. Itulah jurus andalan Mary, dengan tersenyum ke orang-orang pemberi tatapan itu secara langsung Mary bisa mencegah rasa risih dan down itu untuk menghampiri hatinya, dan mungkin orang penerima senyuman hangat Mary pun akan merasakan aura postif Mary yang bisa saja membawa kesan baik kedepannya. Dulu Mary masih belum tahu bagaimana caranya untuk menghilangkan rasa-rasa aneh itu, hingga akhirnya ia menemukan orang yang mau menerima keadaan Mary dan menjadi teman terbaiknya.
Claire Betty Boseman adalah orang pertama yang membantu Mary melewati hari-hari penuh pandangan rendah dari semenjak taman kanak-kanak. Keperibadian Claire yang ceria menular kepada Mary, dari Claire lah Mary belajar untuk memberikan senyuman kepada siapa saja yang ia temui, kepada siapa saja yang memberikan tatapan aneh padanya. Claire percaya bahwa senyuman adalah salah satu penyumbuh penyakit hati terbaik, dan idealisme itupun tertanam dalam diri Mary, karena itulah seluruh orang di sekolah Mary dan Claire mengenal mereka berdua sebagai matahari sekolah. Merekalah yang mencerahkan sekolah kecil itu dengan senyuman hangat tiap harinya. Namun sayang saat mereka hendak menginjakkan kakinya di jenjang sekolah lanjutan Claire harus pindah ke Manchester, tapi untungnya Mary bertemu dengan Karen, meskipun Karen tidak memilki sifat sepersis Claire tapi Karen memiliki kepribadian yang unik yang dengan mudah dapat membuat orang lain tertawa. Awalnya Karen tidak begitu peduli dengan orang sekitarnya, cara Karen menghilangkan tatapan aneh orang ke Mary berbeda dengan cara Claire, Karen akan cenderung memberikan tatapan ancaman kepada siapapun yang memandang Mary dengan aneh. Namun berkat idealisme Claire yang tertanam pada Mary, Karen pun mulai merasakan idealisme tersebut dan ia sekarang lebih mengutamakan senyuman dari pada memberikan tatapan ancaman.
Mulai sibuk dengan perkuliahannya, Mary pun terhitung jarang pulang ke rumah. Ia lebih sering menghabiskan waktunya di apartemen teman baru yang ia temui di kelas pertama perkuliahannya, Jennifer Margot Atwell pemudi asal Liverpool yang memiliki masalah pendengaran. Mungkin kekurangan fisik yang dimiliki kedua orang ini menjadi salah satu kunci terbentuknya kemistri antara keduanya. Baik dari sisi Mary ataupun Jennifer entah mengapa mereka merasa bahwa mereka bisa saling mempercayai satu sama lain semenjak dari pertama kali mereka berbica di dalam kelas. Jenny –panggilan Jennifer- memiliki masalah pendengaran semenjak lahir tapi masalah ini tidak menghilangkan kemampuan pendengarannya, alat bantu dengarlah yang membantu Jenny untuk bisa mendengar lebih jelas. Jangan tanya siapa yang memulai pembicaraan, Mary dengan idealismenya itu tentu saja langsung mengajak bicara Jenny yang kebetulan duduk diesebelahnya saat kelas pertama mereka. Jenny terhitung orang yang pemalu, kebanyakan orang yang mengajak bicara Jenny akan merassa sedikit jengkel karena Jenny terkadang tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan dengan jelas. Tentunya tidak dengan Mary, dengan anehnya Mary memiliki banyak pertanyaan untuk Jenny dan dengan sabar mengulangi pertanyaan-pertanyaan itu pada Jenny. Awalnya Jenny merasa risih dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan Mary tapi semakin hari Jenny mulai merasa nyaman berbicara dengan Mary, bahkan Jenny juga sudah melontarkan pertanyaan yang kurang lebih sama banyaknya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dilotarkan Mary padanya.
Dari situlah mereka menjadi teman dekat dan beginilah Mary bisa sering menghabiskan waktunya di apartemen Jenny yang terletak di Oat Tree Rd, 11 menit dari kampus mereka dengan menggunakan mobil. Menghabiskan waktu dalam kajian ini bukan hanya untuk hang-out tapi dipenuhi dengan tugas, sebgai mahasiswi jurusan hukum tentunya banyak tugas-tugas yang menunggu mereka, dan terkadang benar-benar menghabiskan waktu mereka, maka dari itu tak jarang Mary memilih untuk menghabiskan malam di apartemen Jenny ketimbang memilih pulang ke rumahnya yang terletak di Chesson Rd, 30 menit dari kampusnya dengan mobil. Marry menghabiskan 2 tahun pertama perkuliahannya dengan fokus pada apa yang ia pelajari di kampusnya, terlampau sibuk perkuliahan Mary benar-benar membuat Mary jarang pulang ke rumah, maka dari itulah ia memutuskan untuk pindah dan menetap di apartemen yang sama dengan Jenny. Tidak sekamar, tapi satu bangunan dan Mary juga memutuskan untuk berusaha membiayai uang sewa apartemen ini dengan uangnya sendiri. Uang itu dia dapatkan dengan cara bekerja paruh waktu sebagai penjaga perpustakaan di kampusnya, ia menjaga 4 jam perharinya dengan gaji £14 perjamnya. Dengan penghasilan £56 per hari ia sudah bisa membayar harga sewa apartemen dan biaya kehidupannya selama jauh dari orang tuanya, mendengar keputusan Mary untuk berpisah dengan orang tuanya tentu membuat orang tuanya sedih pada awalnya dan sekaligus khawatir untuk membiarkan anak perempuan satu-satunya lepas ke dunia yang konon amat keras.
Tujuan Mary untuk pindah tempat tinggal selain agar mempermudah dirinya pergi pulang ke kampus, ia juga ingin mengurangi beban kedua orangnya ia merasa ingin membuat kedua orang tuanya tidak khawatir atas kehidupannya. Maka dari itulah ia ingin mencoba melepaskan dirinya dan menunjukkan kepada orang tuanya bahwa dia sanggup. Lalu kemanakah Karen? Dia masih tinggal di London, dia juga tidak memutuskan untuk tinggal terpisah dari orang tuanya. Kalau Mary menemukan teman baru Jennifer, apa berarti Karen dan Mary memasuki universitas yang berbeda? Ya kurang lebih begitu saat kabar baik datang dari Mary keesokannya kabar baik juga datang dari Karen. Karen sebenarnya seorang anak yang memiliki bakat di bidang seni, dia sangat suka menggambar terutama segala jenis desain, kalau sudah bosan di kelas ia akan langsung menarik pensilnya dan menciptakan desain-desain yang unik menurut Mary. Dari sudut pandang Mary desain Karen memiliki keunikan tersendiri, maka dari itu Karen memutuskan untuk memanfaatkan bakatnya dan mendaftar menadi mahasiswi baru di jurusan desain. University of the Art London bagian Chelsea lah yang menerima Karen sebagai mahasiswi desainnya, meskipun Mary dan Karen harus berpisah tapi mereka membuat janji untuk terus menjalin komunikasi, Marypun kerap bertemu dengan Karen kika ia mengunjungi orang tuanya di sudut London yang lain.
Desclaimer:
Foto diambil dari morepartnership.com - Royal Holloway, University of London
A/N
hAAIII hehe
Ini adalah author note pertama dari buku ini, disini saya hanya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada para pembaca yang sudah mau menyempatkan waktunya untuk membaca cerita aneh yang tidak jelas ini. Dengan banyaknya kekurangan dalam penulisan detail latar, detail sifat karakter, tipograafi dll saya ingin meminta maaf atas kekurangan yang ada. Mungkin di lain hari (saat ada kesempatan) saya akan berusaha untuk memperbaiki cerita ini. Sekali lagi terima kasih banyak atas waktunya, dan saya sangat mengapresiasi segala bentuk dukungan yang kalian berikan kepada cerita kecil ini. THANK YOU!
KAMU SEDANG MEMBACA
Confident Arrow
General FictionMary Lauriel Hiddleston, 20 tahun asal London, Inggris. Seorang atlet panahan dengan disabilitas TAR Syndrome (Thrombocytopenia with Absent Radius). This story will bravely tell her simple yet challenging life story. All characters belong to me.