Kau yang bertutur selalu mendewasa.
Tak pernah terlintas pun mendua tuk berduka.
Karenaku mencinta.Kau yang merajuk pada rasa kini.
Setiap kedip pun ku sayangkan dan sesali.
Sesekali pandanganku tak ingin teralihkan pun terjeda meski hanya sedetik ini.Kau yang memewahkan waktu.
Tak pernah jeda mementaskan rindu.
Hanya saja kita cukup pemalu.]Kau yang menafsirkan hembusan ingin alam.
Memejamkan mata dalam hanyutan syair yang kau gelitik dengan makna dalam.
Terkesan tak pernah tenang dengan jarak setiap malam.
Karna kasih tak pernah padam.Kau yang tetap menggelora dan tercinta. Belum tercapai sumbangsih apapun dariku bukan karna tak berkoar.
Hanya saja, aku pemuja rasamu yang belum cukup ulung dalam cerita.
Pun memantaskan dan tetap dalam jalur tuk berkobar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarian para jemari.
ChickLitKumpulan kata yang aku jadikan satu, mengikuti imajinasiku. Bukan kisahku atau temanku. Hanya saja, sajak yang melintas serta menarik jemari mungilku untuk mengabadikanya. . . . Gadis kecil yang mulai mencoba