Saga, laki laki berusia 27 tahun itu duduk melingkar dipelataran mesjid bersama beberapa jamaah shalat subuh, dia tahu sebagai warga baru sudah seharusnya dia memperbanyak sosialisasi dengan warga sekitar. Meskipun rutinitasnya yang terbilang sibuk, tapi dia harus bisa meluangkan waktunya untuk mengenal warga kompleks, walau hanya sekedar mengobrol santai selepas sholat subuh, setidaknya dia tidak menjadi warga pasif yang anti sosial.Bagaimanapun manusia itu makhluk sosial, tidak bisa hidup sendiri, maka dari itu dia harus memjaga hubungan baik dengan tetangga tetangga barunya, karena mereka adalah orang orang terdekatnya saat ini.
" bagaimana kondisi bisnis kamu jay?" tanya laki laki paruh baya berkumis tebal sembari tesenyum, dia adalah pak rahmat, ketua RT Di kompleks mereka.
Saga tesenyum tipis
" alhamdulillah baik pak" selain menjadi pemain sepak bola mereka juga tahu kalau saga memiliki usaha di bidang kuliner.
" bagus jay, sebagai laki laki kita memang harus memiliki usaha untuk persiapan masa depan" celetuk pak amir, takmir masjid.
"iya, walaupun yang namanya usaha pasti ada pasang surutnya" timpal ustad zain bijak.
Saga tersenyum tipis, matanya tidak sengaja menangkap pergerakan pak rangga, pengusaha kaya yang baru beberapa hari menjadi warga baru di kompleks kenanga.
Saga tahu kemana arah tatapan laki laki berwibawa itu, sebuah balkon yang juga menjadi objek pandangannya setiap pagi.
" kalau mau belajar bisnis,kamu harus banyak belajar dengan pak rangga jay, dia pengusaha hebat"
Mendengar namanya disebut, rangga mengalihkan tatapannya dari balkon, laki laki paruh baya itu tersenyum tipis
" saya juga masih belajar" ujarnya merendah
" saya memang harus banyak belajar dari bapak" sahut saga sopan.
" emm... Ngomong ngomong, cuma kamu yang masih belum berkeluarga" ujar pak amir dengan senyum khasnya.
Saga hanya tersenyum canggung, ini adalah salah satu topik keramat baginya.
""kalau kamu mau, saya punya anak perempuan, dia juga masih single, sekarang sedang melanjutkan studynya di australia, sudah semester akhir, mungkin kalian bisa saling mengenal" sambut pak andi, pengusaha properti salah satu warga terlama yang menempati kompleks kenanga.
" kalau begitu saya juga punya anak perempuan, sudah bekerja di RS Medika, dia dokter anak disana, anak saya cantik lohh jay" seloroh pak rahmat tidak mau kalah.
" atau mungkin anak saya, dia baru saja menyelesaikan wisuda tahfizhul qurannya" kali ini ustad zain tidak mau kalaj.
Saga hanya diam lalu meringis canggung yang disambut dengan gelak tawa oleh ke lima laki laki paruh baya yang saat ini duduk bersamanya.
" santai jay, santai" ujar ustad zain menepuk bahu jay pelan.
"tapi kamu harus berhati hati dengan kaum ibu ibu, mereka itu agresif, kalau mereka tahu tentang kamu, kamu pasti menjadi sasaran empuk bagi mereka" lanjut ustad zain.
" benar, kamu itu perfect untuk menjadi calon menantu ideal jay" timpal pak rahmat.
Saga hanya tertawa kecil menanggapi ucapan para tetangga baru, matanya sesekali melirik pergerakan pak rangga, entah kenapa dia merasa ada yang aneh dengan laki laki itu. Ini bukan pertama kalinya saga mendapati pak rangga diam diam menatap ke arah balkon rumah rana, bahkan sehari setelah kepindahannya dia selalu menatap ke area itu setiap pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
Romance*Rana Annisa Bagaskara aku hanya perempuan biasa yang masih terbelunggu dengan masa lalu, sulit untuk lepas dari bayang bayang luka yang selama ini menemaniku. selain adik dan papa tiriku, ada satu laki laki yang selalu menjadi alasanku untuk bertah...