5.) Papa Terhebat

37 3 0
                                    


Suasana coffeshop siang ini tampak lebih ramai dari hari biasa, kebanyakan dari mereka adalah remaja berseragam sekolah menengah atas, beberapa mahasiswa yang tampak sedang berdiskusi , juga anggota club sepak bola provinsi yang menikmati makan siang sembari bercanda.

Beruntung ada siska yang ikut membantu, jadi rafa, rana, dan 4 orang pekerja coffeshop merasa sangat terbantu.

Rana melangkah menghampiri rani, gadis tomboy yang sedang sibuk meracik kopi.

" ramai banget yh ran, capek" ujar rana dengan wajah ditekuk, meletakkan gelas yang baru saja ia cuci di meja bar.

Rani terkekeh mendengar ucapan rana

" aneh kamu rana, usaha lagi rame malah ngeluh"

" aku nggak ngeluh yh, cuma bilang capek"

" sama aja, udah gih anterin pesanan ke meja anggota club" ujar rani, menaruh beberapa minuman hasil racikannya diatas nampan.

Rana menghela nafas pelan, meraih nampan lalu menarik kedua sudut bibirnya keatas, dia harus tersenyum kepada pelanggan, kalau rafa melihat dia berwajah masam di depan pelanggan, adik kecilnya itu pasti protes. Jadi lebih baik cari aman.

Rana melangkah menuju meja paling besar yang berada di sudut ruangan, sepertinya rafa memang sengaja menyiapkan meja khusus untuk para angglta club, bukannya sok tahu, tapi sejak awal meja itu memang selalu kosong dan hanya ditempati oleh anggota club.

Rana menruh minuman pesanan mereka di meja, gadis itu mengamati anggota club satu persatu, mencoba mencari yang mana diantara mereka yang bernama kim jaebum.
Tapi nihil, tidak ada wajah asing yang terlihat. Wajah wajah yang berada di meja bundar berukuran besar itu sama seperti hari hari sebelumnya.

Rana menghela nafas pelan lalu tersenyum manis.

" selamat menikmati, terimakasih kunjungannya, kalau kalian butuh sesuatu panggil saya saja" ujarnya ramah lalu meninggalkan meja itu setelah endapat anggukan dari anggota club.

" kakak kenapa?" tanya rafa bingung, laki laki itu mulai jengah dengan sikap kakaknya yang terasa aneh sejak tadi pagi.

" berapa nomor punggung kak jay?"

" 9 memangnya kenapa?" rafa cukup bingung dengan pertanyaan tiba tiba kakaknya.

Rana menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum manis.

Rafa mengerutkan keningnya bingung, melihat kakaknya yang melepas apron dari tubuhnya lalu melangkah keluar. Tapi otak cerdas cepat menerka, tadi kakaknya menanyakan nomor punggung kak jay, itu artinya dia ingin menemui laki laki itu. Rafa tersenyum tipis, pasti kakaknya sudah sangat penasaran, beberapa hari ini rana memang selalu mencari cara agar bisa melihat wajah kak jay, tetangga baru mereka yang terkenal dengan wajah kaku tapi memiliki karakter yang baik.

*********

Rana menghentakkan kakinya kesal, tidak peduli dengan tatapan aneh dari orang orang yang berada di sekitarnya, keringat membanjiri wajah gadis itu yang memerah karena matahari.

" dia dimana sih? Sok misterius banget" gerutu rana kesal sembari mengusap keringatnya dengan ujung pashmina yang ia kenakan.

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang