Aku ingin pulang pada tulisan-tulisan sederhana itu, aku ingin bersemayam pada diksi yang selalu menari-nari. Aku ingin berlindung pada bait-bait sajak tak berpenghuni, aku ingin sendiri, tersembunyi dari jahatnya para pembenci.
Penaku sudah lelah menari-nari diatas kertas keras, tanganku sudah rapuh dengan segala peluh. Aku menulis sendiri disini, dan kau pergi. Lucu sekali, aku berjuang sendiri. Kau tahu? Tintanya berantakan, berserakan, seperti hati ini. Kau tidak jahat, hanya saja kau tak punya hati.
Aku tak menangis, sayang sekali jika waktuku terbuang untuk seseorang yang tidak tahu jalan pulang atau bahkan sengaja tidak pulang. Entahlah. Ruang ini tak pernah ku biarkan sepi, tapi selalu terasa sunyi. Rindu ini tak ku biarkan berlari-lari, tapi ia selalu mencari yang dicari. Tapi ku tahu, yang ku cari kini sudah ditelan bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Tak Bersuara
Teen FictionLuka ini tak dapat bersuara, hanya dapat ku tuliskan melalui ribuan aksara.