Chapter - 3

1.1K 126 6
                                    

Hari semakin petang Iqbaal tak kunjung datang, entah apa yang membuatku menunggunya. Kalimat perintahnya terasa begitu magis, aku tidak tau selama apa sholat maghrib itu. Apa itu akan sepanjang Misa Agung? Ah bukankah dia bilang tidak akan lama. Merasa bosan aku memutuskan untuk membuka aplikasi kamera ponselku. Saat aku ingin mengambil foto selfie Iqbaal berada tepat disampingku dan tersenyum manis kearah kamera.

"Sejak kapan kau disitu?" Tanyaku tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. Senyumku menyungging saat melihat hasil selfie tadi, Iqbaal terlihat sangat tampan dengan bagian depan rambutnya sedikit basah.

"Barusan." Iqbaal kembali duduk didepanku.

"Kenapa kau lama sekali? Kau bilang hanya sebentar." Aku menautkan kedua alisku. Menunggu penjelasannya.

"Apanya yang lama? Kau ini tukang protes, lagipula kenapa kau benar-benar menungguku? Apa kau benar-benar ingin aku mengantarmu?"
Astaga Tuhan! Makhluk macam apa yang ada dihadapanku saat ini? Aku bisa gila jika terus-terusan berada di dekat Iqbaal.

"Sudahlah aku tidak ada waktu untuk berdebat denganmu. Lagi pula tidak ada gunanya. Karnamu aku terlambat untuk Misa." Aku bergegas bangkit dari kursiku dan mulai melangkahkan kaki meninggalkan Kedai 'liel' , aku telah membuang-buang waktu hanya untuk menunggu pria aneh itu. Sekarang aku harus menunggu taxi.

"Naiklah, aku antar kau pulang." Iqbaal membuka kaca mobil samping kiri dan menginstruksikan aku agar segera masuk. "Cepatlah (namakamu) aku tidak akan melukaimu."

Aku membuka pintu mobil dan mencoba untuk duduk setenang mungkin. Padanganku terus terarah kejalanan ramai, aku sama sekali tidak mengindahkan pria disampingku.

"Hei, kenapa kau diam saja? Apa kau marah?" Nampaknya Iqbaal berusaha untuk membuka obrolan.

"Apa urusannya denganmu?" Ketusku
.
"Yaa tapi jika kau terus diam bagaimana aku bisa mengatarmu? Kemana aku harus membawamu? Kalau kau terus diam begini akan ku bawa kau kerumahku."

"The Gardens village, Jl. Braga No.22" Jawabku cepat.

"Okay, (namakamu) bukankah tadi kau bilang tidak sholat? Tapi kau kenapa terburu-buru seperti ini? Kau bilang akan terlambat sholat Isya'.
Hey! Lagipula waktu sholat isya' itu sangat panjang sampai sebelum shubuh. Kau ini ada-ada saja." Kekehnya.

Astaga sholat isya'? siapa yang sholat isya'? aku bilang aku akan terlambat Misa.

"Sudahlah lagipula kau tidak akan mengerti." Aku menghela nafasku malas.

"I wanna write you song,

One that's beautiful as you're sweet,

With just a hint of pain for the feeling,

That I get when you are gone,

I wanna write you a song,"

Alunan lagu One Direction dari ponselku menimbulkan bulir-bulir keringat di pelipis. Tertera jelas nama sang penelepon disana. 'Kokovaro' dia pasti akan memarahiku. Apa yang harus aku katakan?

"Siapa? Kenapa nggak diangkat?" Tanya Iqbaal penasaran. Aku tak menghiraukan pertanyaan yang Iqbaal lontarkan.

Dengan tangan yang gemetar aku menerima panggilan dari koko.
"Ha...aa..lloo"

"Jam berapa sekarang? Lo gak bisa baca jam nona Maldini?"

"M..aa..f ko."

"Dimana lo sekarang?!" Intonasi ko Aldi semakin meningkat, Iqbaal terlihat mengernyitkan alisnya. Ah sekarang bukan waktunya untuk memperhatikan Iqbaal.

"Gu..e di jalan ko." Tanpa komando Iqbaal menepikan mobilnya.

"LO DARI MANA AJA?!"

"Gue abis nemuin paman Cliff." Pandanganku mulai buram, ko Aldi terdengar sangat marah. Aku tidak tau apa jadinya nanti saat aku sampai kerumah.

Tasbihku Bukan Rosariomu - IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang