"Kau mencipta gersang pada sebuah pengkhianatan. Sejak itu, hujan tak pernah lebih basah dari air mata."- (namakamu) .A. Chavali -
*
“Zee.. Maaf aku telat.” Laki-laki itu menghadiahi kecupan-kecupan ringan diseIuruh permukaan wajah pasien (namakamu) yang bernama Zidny. (namakamu) merasakan dunianya runtuh saat suara yang begitu ia rindukan menyebutkan nama perempuan lain.
Airmatanya sudah bergumul dipelupuk.“Iyaa.. gapapa kok Baal. Udah ah malu diliatin sama dokter.” Iqbaal berbalik dan tersenyum saat matanya bersiborok dengan dokter yang sekarang berada tepat disebelahnya. Iqbaal merasa tak asing dengan mata itu, mata yang memiliki daya tarik tersendiri, membuat Iqbaal teringat dengan seseorang.
Bahkan parfume ini, membuat Iqbaal ingin menenggelamkan dokter yang ada dihadapannya kedalam pelukannya. ia merasa sangat merindukan sosok dengan hijab coklat muda yang lengkap dengan snelinya. Iqbaal tersenyum kikuk pada dokter yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya, dokter yang memandangnya dengan tatapan penuh luka..
(namakamu) menegakan kembali tubuhnya, ia harus tetap bersikap profesional.
Percuma saja, matanya buram; kakinya lemas.
Perempuan mana yang sanggup baik-baik saja saat ia harus berhadapan dengan istri laki-lakinya.
Ibu dari anak pacarnya.
Katakan! Perempuan mana yang sanggup.(namakamu) maju, selangkah dua langkah mendekati Zidny. Dadanya sesak dipenuhi aroma yang melemparnya kemalam itu, malam yang seharusnya tidak pernah terjadi dalam hidup, malam yang akan ia kutuk seumur hidup.
(namakamu) mengoleskan gel pada permukaan perut Zidny dan mulai menggerakan Transducer menelusuri permukaan perut Zidny, Ia melihat bayi yang Zidny kandung cukup sehat walaupun terlihat sedikit lemah. (namakamu) menarik nafas panjang, menyiapkan diri untuk menjelaskan apa yang ia amati, pada pasiennya.
"Dok, dokter nangis? Kenapa?" Tangan Zidny menyentuh lengan (namakamu), sentuhan itu membuat airmata yang (namakamu) tahan lolos begitu saja.
"Enggak kok, cuma baper nih liat ibu periksa dianterin suami, saya juga berharap suatu hari nanti bisa periksa dianter suami. Hehe, maaf ya bu saya biasa jaga di IGD sekalinya kebagian obgyn jadi baper." Dengan suara sumbang (namakamu) memaksakan diri untuk tertawa, tanpa ia sadari ada yang berubah dari raut wajah Iqbaal.
Iqbaal merasa akrab dengan suara ini.
Penjelasan (namakamu) tentang bayinya pun ia hiraukan, pikirannya melayang entah kemana. (namakamu) mengelap sisa gel diperut Zidny dengan tissue, Iqbaal masih saja mematung ditempatnya saat (namakamu) akan menuliskan resep obat untuk Zidny.
Zidny bangkit dan menarik Iqbaal untuk duduk. Tepat bersamaan dengan (namakamu) menyerahkan resep Iqbaal memandangnya.
Mata Iqbaal kali ini benar-benar membulat, melihat sosok dibalik masker yang kuyup akibat hujan dari matanya. Iqbaal benar-benar tidak mempercayai indera pengelihatannya.
Perempuannya, ada didepan matanya.
Mengenakan hijab cokelat muda, ini seperti mimpi bagi Iqbaal. (namakamu) melihatnya, bahkan memeriksa istrinya.
(namakamu) langsung meninggalkan ruang periksa saat itu juga. Iqbaal masih diam dalam keterkejutannya, tak lama seorang dokter menerobos masuk ruangan."Sus, ada dokter (namakamu)? Dia udah minum vitaminnya belum?" Dokter bername-tag 'Salsha MJ' tersebut masuk begitu saja.
"Sudah dok, tapi dokter (namakamu) baru aja keluar. Mukanya pucet gitu sih, tadi aja waktu meriksa pasien terakhir ini keringet dingin." Suster tersebut tersenyum kikuk ke arah Zidny karna merasa tak enak hati.
"Oalah masih ada pasien toh, maaf yaa aku gak liat." Salsha mundur beberapa centi kebelakang saat melihat laki-laki didepannya.
"Iqbaal?! Astaga.. (namakamu)!" Salsha langsung berlari keluar ruangan mencari (namakamu). Menghiraukan teriakan Iqbaal dari dalam ruangan. Salsha menangis tersedu, mukanya memerah ia mendatangi tempat yang mungkin didatangi (namakamu). Ia tak mempedulikan keluarga pasien yang menatapnya aneh, ia benar-benar ingin bertemu (namakamu) sekarang. Ia bisa merasakan apa yang tengah (namakamu) rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbihku Bukan Rosariomu - IDR
Fanfiction"Apa hanya karena berbeda penyebutan nama-Nya kami tak bisa melanjutkan langkah? Saat semua sudah teraba, Tuhan malah asik bermain dalam sabar. Aku tau aku tidak pantas menerka isi hati-Nya yang memang bukan kuasaku. Kisah cinta segitiga yang meliba...