Author masih memiliki sisa² racun di part sebelumnya. Maka di part ini masih akan disuguhkan dengan yang manis² dan legit.
Bocah di bawah umur,sadar dirilah._______________________________________
Azter menggeliat meregangkan otot-ototnya yg terasa kaku dan pegal. Tubuhnya terasa lelah sekali seperti habis bekerja keras semalaman. Dia menoleh ke tempat tidur Lea. Dan tak dia dapati sosok yang membuatnya mendesah tiada henti semalam.
"Sayaaang,," Panggil Azter parau sambil menatap ke pintu kamar mandi.
Namun tak ada jawaban kerena memang tak terdengar gemericik air sama sekali di dalam kamar mandi. Azter pun bergerak duduk dan beranjak dengan malas dari kasur menuju kamar mandi.
Karena jam juga sudah menunjukkan pukul 8 pagi, Azter pun sekalian menyegarkan tubuh pegal-pegalnya dengan mandi. Sesekali terdengar suara nyanyian riang dari mulutnya selama melakukan aktivitas mandinya.
Beberapa saat kemudian dia kembali keluar kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk putih di tubuhnya. Bibirnya terlihat bergetar-getar karena sedikit merasa kedinginan. Dia menuju lemari dan mengambil sepasang pakaiannya beserta pakaian dalamnya. Ya, selama liburan ini, Azter memang lebih banyak menginap di rumah Lea, sehingga beberapa pakaiannya pun sengaja dia tinggalkan di rumah Lea.
Azter menuju ke meja meraih ponselnya sambil mulai memakai celana dalamnya. Setelah celana dalam terpakai, tangannya mulai sibuk membuka ponselnya. Sesaat kemudian keningnya nampak berkerut lalu matanya membelalak melihat ke layar hpnya.
Dia melihat isi pesan Rere yang belum dibuka dan 'yang sudah dibuka'. Astaga! Mampus aku. Azter langsung terduduk resah di pinggir ranjang. Matanya masih terpaku menatap pesan dari Rere yang dia yakin itu sudah dibuka Lea. Sehingga di pesan terakhir Rere bilang kenapa cuma dibaca tanpa dibales.
Azter menggigit jarinya gelisah membayangkan ekspresi Lea saat membaca pesan dari Rere. Perasaannya berubah takut dan cemas. Lea pasti bakal banyak tanya lalu marah dan murka. Ah! Azter memijit keningnya frustasi.
Beberapa saat kemudian Azter nampak tersentak kaget saat melihat pintu kamar tiba-tiba terbuka dan muncul Lea dengan membawa nampan berisi dua gelas teh juga beberapa keping biskuit tertata rapi di atas piring.
Lea berjalan santai menuju meja dan menaruh nampan itu di atasnya. Azter hanya bisa menatap gerak-gerik Lea dengan detak jantung tak karuan. Pikirannya sudah melanglang buana membayangkan Lea akan menginterogasinya saat ini dengan tatapan maut yang mematikan. Bahkan dia tak ingat bahwa dia belum mengenakan pakaiannya setelah tadi sempat memakai celana dalamnya.
"Ada kejutan apa di ponselmu sampai membuatmu terdiam seperti itu." Tanya Lea sambil duduk di kursi meraih secangkir teh hangat itu lalu menyeruputnya dengan nikmat. Azter tertunduk sejenak merasakan jantungnya semakin kencang berdetak. Tuhan bantu aku! Jeritnya dalam hati sambil kembali mengangkat wajahnya menatap Lea.
"Mmm,, kamu,, yang,, membuka,,, pesan WA dari tt,,,temanku Sayang?" Tanya Azter terbata dan gugup.
"Ya,, siapa lagi? Nggak mungkin kan Mbok Tarti? Atau Pak Dito? Pak Imam?" Sahut Lea semakin membuat Azter gugup dan takut.
"Kkkamu,,,nggak,,nanya dia ssiapa?" Lanjut Azter.
"Kamu nggak mau langsung jelasin?" Jawab Lea to the point membuat jantungnya seperti mencelos.
Ini kali pertama Azter benar-benar takut saat berhadapan dengan Lea. Meskipun dari raut wajah Lea tak terlihat aura kemarahan sama sekali. Tapi entah mengapa dia benar-benar merasa takut karena rasa bersalahnya.
"Dia,, temenku." Ucap Azter akhirnya.
"Temen?"
"Iya,, tapi dulu dia pindah sekolah,, dan baru beberapa hari balik ke sini lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEAZTER (GXG_End_)
Подростковая литератураLesbian Stories (Beautiful girl vs Beautiful woman) Homophobic please step aside Thank you 🤗 21 Juni 2019