2. Kim Taehyung

661 85 18
                                    

Bold = Percakapan di telpon.

💜💜💜

Lelaki bersurai hitam pekat itu sudah berkali-kali mengatupkan mulutnya, menggeram kesal saat sekretaris nya lagi-lagi datang membawa kabar yang sangat tidak memuaskan, untuknya.

Matanya terpejam lama untuk menahan amarahnya yang telah berada diatas ubun-ubun. Sesekali ia menggebrak meja kerjanya yang dipenuhi oleh kertas-kertas bodoh dan menatap tajam kearah kertas-kertas sialan itu yang makin menyulut emosinya.

Kertas-kertas tersebut merupakan agreement proposal untuk pembelian sebuah perusahaan kecil yang terletak dipusat distrik Gangnam. Tetapi sayangnya proposal itu telah ditolak mentah-mentah oleh pemilik perusahaan kecil tersebut.

Benar-benar membuat lelaki bernama Kim Taehyung itu geram.

"Apa kau bodoh? Kau hanya kuberi tugas kecil seperti ini saja tak becus" bentak lelaki itu, melemparkan lembaran kertas itu dengan asal.

"Maaf kan saya sajang-nim, tapi perusahan tersebut tidak bisa diambil dengan mudah, karena perusahaan tersebut dilindungi oleh pengacara dan hukum. Pemiliknya berkata jika kami datang lagi, ia akan membawa kami kerana hukum. Dengan tuntutan mengganggu kenyaman-"

"Cih. Perusahaan kecil seperti itu berani melawan ku" Taehyung memotong penjelasan sekretaris nya yang sejak tadi memandang lelaki itu takut. Bagaimana tidak, lelaki itu terus menatapnya tajam sembari mengumpat dan menggebrakkan meja. Sekretaris yang bernama Yeonjun itu hanya berharap dapat keluar hidup-hidup dari ruangan Taehyung.

"Kenapa dia terus menolak penawaran kita? Apa uang yang kita tawarkan kurang? Cih.. Licik sekali"

"M-maaf sajang-nim, saya kurang tau alasannya. Tapi pemiliknya bersikeras mengatakan tidak akan menjual tempat itu apapun yang terjadi"

"Siapa... Siapa nama pemiliknya?"

"Jey Jung, tuan"

"Sekarang keluar dari sini. Aku tidak ingin melihatmu!" bentaknya lagi. Yeonjun dengan senang hati dan takut-takut keluar dari ruangan Taehyung tanpa melupakan kesopanannya, ia menunduk lalu keluar dengan langkah cepat.

Setelah kepergian Yeonjun, lelaki yang sejak tadi marah-marah itu menyandarkan badannya lelah pada kursi kebesarannya. Ia memijit pelipis nya. Menutup matanya agar lebih tenang.

Perusahaan yang satu ini benar-benar menguras otak dan emosinya. Biasanya saat Taehyung menginginkan sesuatu. Hanya dengan menawarkan uang dalam jumlah besar. Apapun akan menjadi miliknya, apapun itu bahkan apartemen sekalipun. Tapi kenapa perusahaan kecil ini sangat sulit untuk ditaklukkan.

Trrttt.. ttrrt..

Taehyung menatap malas pada layar ponsel-nya. Tertera panggilan masuk atas nama 'Nenek sihir' disana.

Taehyung mengangkatnya tapi enggan untuk berucap. Ia hanya mendekatkan ponsel itu ke telinga.

"Kau gagal lagi, Kim Taehyung?"

"Aku sedang dalam mood yang buruk, Nyonya besar" balas Taehyung penuh penekanan diakhir.

"Aku sudah memberimu waktu cukup lama, nak. Ibu benar-benar akan memberikan perusahaan ini pada adik (tiri) mu jika kau tak dapat merebut tempat itu. Kau hanya diberi tugas kecil seperti ini saja tak becus. Bagaimana memimpin suatu perusahaan" sindir ibunya.

"Aku benar-benar akan membunuh mu jika melakukannya" ancam Taehyung dengan suara beratnya.

"Jaga bicaramu, Kim Taehyung. Aku ibumu-"

Agreement Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang