Bold = Percakapan telpon
..
..
Jennie menyilang kedua tangannya, menatap angkuh kearah lelaki tampan didepannya yang sejak tadi sibuk memainkan tablet.
"seperti biasa. Kau selalu berlebihan, memesan seluruh restoran ini hanya untuk kita berdua. Kau yakin tidak membeli tempat ini sekalian?" ucapnya sarkas. Menahan kekesalan sejak tadi.
Bagaimana Jennie tidak kesal, lelaki itu dengan seenaknya menyuruh dua orang berbadan besar membawanya kesini dengan paksa, disaat dirinya sedang asik berbelanja di mall. Dia bagaikan orang yang sedang terlilit utang, 'Sialan kau, Jeon' umpat Jennie dalam hati.
"kita? Bukankah itu terdengar romantis" balas lelaki itu santai. Masih fokus dengan tab ditangannya.
Jennie memutar bola matanya, jengah "apa yang ingin kau bicarakan! Cepat! Aku sibuk"
"kenapa buru-buru. Kau tidak merindukanku?"
"berhenti bermain-main, Jeon Jungkook. Jangan pernah berpikir kita dipihak yang sama!" kali ini Jungkook menatap lawan bicaranya, mematikan tab yang sejak tadi menyita fokusnya lalu menaruh benda itu asal.
"santai saja, Jennie Kim. Kenapa kesal sekali? Aku yakin kau pasti sangat merindukanku. You love me, right?" lelaki bermarga Jeon itu menyeringai kecil. Merasa mual dengan ucapannya sendiri.
"itu dulu, Jeon. Sebelum aku tau kau seorang gay. Menjijikkan sekali" kali ini Jungkook menatap wanita didepannya tajam. Jennie takut sebenarnya melihat tatapan membunuh itu. Jennie sangat tau kalau Jungkook sedang marah saat ini.
"sebelum? Jangan bercanda! Kau bahkan membuat lelakiku pergi, sialan" Jungkook memejamkan matanya sejenak. Menetralkan emosinya. Dia harus kembali ketujuannya menemui Jennie.
Jennie menelan ludah, berat, dia sangat paham apa yang Jungkook ucapkan. Jenny sangat cinta pada Jungkook dulu, sampai mengusir paksa kekasih -Jungkook- dari kehidupan lelaki itu. Jungkook yang saat itu sedang dalam perjalanan bisnis keluar negeri tidak mengetahui kekasihnya sudah pergi. Jungkook sangat marah dan hampir gila karna itu, kekasihnya benar-benar tidak bisa ditemukan dimanapun.
Jungkook kembali menyandarkan tubuhnya, bersikap tenang, "aku akan membuat penawaran untukmu"
"p-penawaran?" Jennie mulai gugup. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Jeon Jungkook, bukan hal yang baik untuk Jennie.
"aku tau saat ini kau dan ibu mu menyembunyikan keberadaan Seokjin hyung dari Tuan Kim. Walaupun dia pergi atas keinginannya sendiri tetap saja perusahaan yang kalian incar itu akan menjadi miliknya. Kau dan ibumu hanya orang yang tidak tau malu, mengambil hati lelaki tua kesepian dan membuatnya mengusir anaknya sendiri. Kau dan ibumu sangat luar biasa."
"hentikan!"
"aku belum selesai! Ku dengar umur Tuan Kim tidak akan lama dan pasti beliau membutuhkan Seokjin sebagai penerusnya-"
"apa yang ingin kau katakan sebenar-"
"jangan memotong kalimatku!" kesal Jungkook membuat Jennie tidak tenang dikursinya, "aku yakin kau dan ibumu sudah semakin gencar menyembunyikan keberadaan Seokjin hyung agar Jewelry Company jatuh ketangan kalian. Dan kalian membujuk ibuku untuk segera menikahkan mu dengan Taehyung untuk memperkuat pertahanan kalian. Oh ya.. Ibumu juga menghasut ibuku untuk merebut perusahaan yang didirikan Seokjin hyung bersama teman-temannya dengan alasan 'agar tidak kalah saing'. Kalian berharap dengan hancurnya perusahaan itu, Seokjin hyung akan pergi lagi meninggalkan Korea karna pekerjaannya sudah kalian ambil alih. Licik sekali" Jennie tertegun, wajahnya semakin cemas. Jungkook mengetahui kedok nya.
Jennie merasa terancam, "baik. Penawaran apa yang ingin kau tawarkan?"
Jungkook tersenyum puas, "kau tidak membela diri dengan wajah angkuhmu dulu? Tidak seru sekali"
Tangan Jennie mengepal kuat diatas pahanya. Jenny sangat hapal tabiat licik seorang Jeon Jungkook. Lelaki itu selalu suka memprovokasi lawannya, "katakan saja apa tawaranmu" ucap Jennie dalam.
"kau tidak menyenangkan seperti biasanya, Jen. Baik, penawaranku akan sedikit merugikanmu," Jungkook membenarkan posisinya sejenak, menyilang tangannya, "Kau harus membantuku merebut Rõsé Company atau aku akan memberitahu keberadaan Seokjin hyung pada Tuan Kim"
"itu bukan penawaran! Itu ancaman" kesal Jennie.
"benarkah? Aku tak merasa mengancam siapapun disini" Jawab Jungkook santai.
"apa keuntungan yang ku dapatkan Jika aku membantumu merebut perusahaan itu?" kena kau! Jungkook sangat tau jika wanita ini, bukan wanita yang mementingkan perasaannya. Dia bahkan melupakan fakta bahwa dia akan mengkhianati Taehyung -lelaki yang dicintainya saat ini.
"aku akan membantu mu mendapatkan Jewelry Company" Jungkook yakin Jennie tidak akan menolak tawaran ini. Wanita bermata kucing itu memikirkan tawaran Jungkook, otak dan hatinya terus berkonfrotasi.
"waktu terus berjalan"
"baiklah, aku akan membantumu. Pastikan kau tetap menutup mulut busukmu" setelah mengatakan itu Jennie pergi tanpa permisi yang ditanggapi cengiran puas oleh Jungkook.
Setelah kepergian Jennie. Jungkook meraih ponsel nya dan menghubungi seseorang yang saat ini dibencinya.
Panggilan tersambung dan diterima.
"pastikan kau menempati Janjimu"
"aigoo.. Ibu bahkan belum mengucapkan salam, nak"
"aku tak peduli. Pastikan kau membawa kekasihku kembali setelah aku berhasil merebut Rõsé Company" Jungkook dapat mendengar dengusan dari lawan bicaranya.
"aku memiliki dua anak lelaki (yang) tampan tapi tidak ada satupun yang memiliki sopan santun"
"aku tidak ingin mendengar ocehanmu. Aku paham sekarang kenapa ayah memilih meninggalkan ibu"
"Jeon Jungkook, ucapan mu bahkan lebih kejam daripada Taehyung. Biar bagaimanapun aku tetaplah ibumu. Aku melakukan ini semua demi kebaikkan kalian. Kau pikir ibu mana yang membiarkan anaknya menyukai sesama jenis. Untung ibu tidak memaksamu menikah dengan wanita sekarang"
"aku mencintai lelaki juga karna ibu. Wanita hanya suka dengan harta"
"kau sama bodohnya dengan ayahmu, Jungkook. Kau tidak akan bisa melawanku"
"kau pikir aku tidak tau? Kau memanfaatkan ku untuk menjadikan Taehyung bonekamu. Untuk saat ini aku merasa kasian melihatnya berjuang untuk diperbudak oleh ibunya sendiri"
"jangan sembarangan bicara, Jeon. Aku akan-"
"berhenti mengancamku! Aku bisa saja berpihak pada Taehyung untuk menghancurkanmu sewaktu-waktu. Bagaimana bisa kau tetap hidup meski dibenci oleh kedua anakmu" ibu kandung dari Taehyung dan Jungkook itu hanya bisa terdiam. Terlalu lelah menghadapi kedua anak pembangkangnya.
"Jungkook. Kau sudah sangat keterlaluan. Ibu merindukan Jungkook kecilku" ucapnya pilu setelah itu langsung mematikan sambungan telpon.
'kau yang membuatku menjadi seperti ini, ibu. Kau menjadikan ku lelaki dingin yang membenci segalanya dan lelaki yang membenci wanita'.
**
**
Spesial tahun baru
Semoga tahun depan menjadi lebih baik dari tahun kemarin yaa-!
Jaga kesehatan semuaaKalian paham aja kan sama maksud ceritaku :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement
FanfictionKim Taehyung harus mempertahankan perusahaan besar milik sang ayah agar tidak jatuh ke tangan adik tirinya yang licik. Namun hal itu tak mudah karena syarat dari mempertahankan perusahaan sang ayah yaitu, merebut perusahaan kecil milik mantan kekasi...