3. Jey Jung

583 77 45
                                    

bold = Percakapan di telpon

---

Lelaki bersurai hitam kecoklatan itu sejak tadi hanya menghela nafas, lelah. Ini sudah kedelapan kalinya ia diminta untuk menjual perusahaan kecil yang ia bangun bersama teman-temannya.

"Jung Hoseok, berhenti menghela nafasmu. Kau terlihat akan mati besok. Ada apa sebenarnya?" lelaki yang baru datang dari membeli kain itu sudah paham sebenarnya, apa yang telah terjadi pada sahabatnya itu. Tapi ia tetap saja bertanya.

"aku tak mengerti. Mengapa mereka terus memaksa ku untuk menjual tempat ini? Masih banyak tempat yang lebih bagus dari ini, tapi kenapa mereka bersikeras sekali?"

"kali ini perusahaan apa yang ingin membeli? Berapa harga yang mereka tawarkan?" tanya lelaki bersurai Mint, bermulut pedas, panggil saja dia Yoongi, Min Yoongi.

"aku tidak tau. Aku langsung mengusir mereka dan mengancam akan melaporkan mereka kepolisi. Menghadapi mereka sungguh melelahkan"

"mereka tidak akan menyerah, Jey. Lokasi (perusahaan) kita sangat strategis. Kita berdiri ditengah-tengah pusat perbelanjaan di Gangnam. Semua perusahaan menginginkan tempat ini" jelas Yoongi mengingatkan bahwa penawaran untuk menjual perusahaan ini tidak akan berhenti sampai disini.

"Jey hyung. Kau tak akan menjual tempat ini kan?" itu Jimin, sejak tadi mendengar percakapan Yoongi dan Hoseok dalam diam.

"kau tenang saja. Aku tidak akan menjual tempat ini. Biar bagaimana pun. Tempat ini sudah seperti rumah bagiku-"

"bagi kita" timpal Seokjin yang muncul dari pintu masuk membawa dua bungkus belanjaan berisikan beberapa kaleng soda dan cemilan, "ayoo minum" ucapnya.

Jimin meraih belanjaan Seokjin dan membawanya ke meja. Mereka berkumpul membentuk lingkaran. Memikirkan nasib perusahaan mereka.

"bagaimana permintaan kerja sama kita?" Hoseok memulai pembicaraan.

Seokjin tersenyum kecil penuh penyesalan, "mereka menolak" jawabnya sembari meneguk soda ditangannya.

"lagi? Tapi kenapa?" tanya Jimin sedih.

"daripada bekerja sama mereka lebih memilih membeli tempat ini, benarkan hyung?"

"ya. Seperti yang Yoongi bilang, mereka dengan seenaknya mengubah tujuan kita menjadi tujuan mereka"

"apa yang harus kita lakukan? Sepertinya tempat ini akan sulit untuk berkembang" sedih Jimin.

"kita hanya kurang promosi 'kan?"

"tidak hanya itu, Hoseok. kita juga kurang dana untuk membeli perlengkapan lainnya" jelas Yoongi.

"hyung benar"

"ah iya.. Besok waktunya membayar pinjaman. Sedangkan akhir-akhir ini pelangan terus berkurang karna kalah saing" ingat Seokjin.

"b-bagaimana hyung tau perihal pinjaman itu?" kaget Hoseok.

"mau sampai kapan kau membohongi kami, Jey?" tanya Seokjin sendu, "kami sudah tau lama. Maaf aku lancang. Aku tak sengaja melihat surat bukti pinjamanmu saat itu lalu langsung memberitahu Yoongi dan Jimin."

"tak perlu minta maaf, hyung. Dan untuk pinjaman biar aku yang ngurus. Itu tak ada hubungannya dengan kalian. Itu tanggung jawab ku sendiri dan untuk dana aku akan-"

"berhenti untuk menanggung semuanya sendiri, Hoseok" Yoongi mendengus, jengah. Yoongi tau Hoseok orang yang baik tapi ia tidak perlu menanggung semuanya sendiri.

Agreement Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang