Ini akan sangat panjang
Pasti bakal bikin bosen
*
*Semua sudah bekerja seperti biasa. Hoseok mengurus keuangan diruangannya, Yoongi mendesain pakaian, Seokjin mengukur kain dan Jimin menjahit pola.
Disela-sela kegiatan menjahit, Jimin sering kali kedapatan melamun. Ia tidak fokus, pikirannya melayang mengingat pembicaraan mereka 1 jam yang lalu.
"....Kau membayar biaya rumah sakit Jimin..."
"...Jimin akan jadi gelandangan..."
Ucapan Yoongi mengambil alih pikirannya. Memaksa untuk mengingat masa lalu yang kelam.
Yoongi benar, jika tidak ada Hoseok yang membawanya ke rumah sakit saat musim dingin itu, Jimin mungkin sudah merenggang nyawa karna hipotermia dinegeri orang.
Jika saja Hoseok tidak mengajaknya tinggal bersama mungkin Jimin sudah menjadi gelandangan dan mati kelaparan.
Jimin ingat, saat itu Hoseok tetap membantunya walaupun mereka tidak saling kenal, dia bahkan tidak mempermasalahkan saat Jimin berkata 'tidak memiliki uang untuk mengganti'. Lelaki secerah matahari itu hanya tersenyum dan berkata 'jangan dipikirkan. Sekarang kau harus sembuh dulu. Kalau boleh tau siapa namamu?'.
Kejadian itu membuat Jimin menjadi sangat menghormati dan menyayangi Hoseok bahkan ia berjanji akan selalu disisi lelaki itu apapun yang terjadi.
Jimin berucap syukur saat dipertemukan dengan Hoseok. Lelaki itu menolong Jimin tanpa pamrih. Merawat Jimin dengan baik dan penuh kasih sayang bagaikan seorang ibu,'ahh.. Aku jadi merindukan ibu ku. Apakah ibu masih berada disana?'
"hey. Jimin kau bisa terluka" Jimin tersentak dari lamunan saat suara Jin menginterupsi, "ada apa? Sejak tadi kau melamun"
Jimin menggeleng berlebihan, "tidak ada. Aku hanya lapar" kekehan kecil keluar dari bibir manisnya untuk menutupi rasa gugup.
"kita baru saja makan cemilan. Kau tidak pintar berbohong, Jimin" Seokjin tersenyum kecil.
"benarkah? Ahh.. Maaf. Aku tidak bisa fokus. Ada sesuatu yang kupikirkan"
"Jika itu tentang ucapanku tadi. Ku harap kau tidak mengambil hati" itu Yoongi yang memang sejak tadi memperhatikan Seokjin dan Jimin.
"tidak. Bukan itu" suara Jimin menyendu diakhir, "aku akan keluar membeli makanan untuk makan malam" Jimin mengalihkan topik.
"tiba-tiba?" bingung Seokjin.
Jimin mengambil dompet beserta handphone-nya dinakas "yaa.. Aku ingin mencari udara segar diluar"
"kau ingin mendatangi tempat itu lagi, ya?" tanya Seokjin sedikit penasaran.
"hm.. kurasa tidak untuk hari ini"
"Jimin. Kalau kau merindukannya, temui dia. Jangan terus bersembunyi seperti orang bodoh" Yoongi berbicara dengan mulut tak terkontrolnya.
"I want but I can't, hyung! Mungkin dia sudah memiliki penggantiku" Jimin kesal -pada dirinya sendiri. Jimin tidak marah, hanya saja ia tak bisa menahan diri (lagi). Yoongi terlalu sering menyinggungnya perihal itu. Jujur, Jimin hanya takut kehadirannya mungkin tak begitu berarti untuk orang itu.
Seokjin terdiam ditempatnya, selama mereka tinggal bersama, baru ini Jimin memperlihatkan kekesalannya. Seokjin baru menyadari jika membahas tentang orang itu Jimin akan menjadi sangat sensitif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement
FanfictionKim Taehyung harus mempertahankan perusahaan besar milik sang ayah agar tidak jatuh ke tangan adik tirinya yang licik. Namun hal itu tak mudah karena syarat dari mempertahankan perusahaan sang ayah yaitu, merebut perusahaan kecil milik mantan kekasi...