Just Marry Me
Pagi itu, Alfon sudah mulai bekerja di kantor X-Point yang berada Tower B X-Point dengan kantornya berada di lantai teratas, meski belum secara resmi. Semua berjalan dengan tenang sepanjang pagi. Juan hanya sekali menyinggung tentang pertunangan Alfon dan Elsa. Lebih tepatnya, pesta pertunangan mereka. Pesta pertunangan mereka akan diadakan di grand ball room X Point dalam dua minggu. Selain itu, Juan hanya melaporkan tentang pekerjaan.
"Oh iya, Pak Alfon belum menyapa Direktur Operasional mall dan residence kita," Juan mengingatkan. "Tadi pagi juga Bapak menolak penyambutan di grand ball room. Juga ..."
"Besok Senin kan, aku baru resmi kerjanya. Kamu aja yang terlalu rajin bikin janji temu sama Elsa kemarin-kemarin," Alfon menyela.
Juan cengengesan. "Saya pikir, sebelum Pak Alfon masuk kerja resmi, Bapak bisa sambil jalan-jalan di gedung kita. Takutnya nanti Bapak nyasar."
Alfon mendesis kesal. "Bilang aja, kamu malas kan, nemenin aku di sini?" omelnya.
"Emangnya Pak Alfon nggak bosan sama saya terus? Saya aja bosan," balas Juan.
Entah sudah keberapa kalinya Alfon ingin memecat Juan, tapi berhasil menahan dirinya.
"Oh iya, Pak, tentang kafe itu ..." Juan tampak ragu sesaat.
Alfon seketika langsung tahu apa yang akan dikatakan Juan.
"Nggak usah ngomong apa-apa kalau kamu udah tahu. Aku yang akan urus itu."
Juan mengangguk patuh. "Mengenai ..." Kalimat Juan berhenti ketika ponselnya berbunyi. Bahkan tanpa meminta izin atau permisi pada Alfon, Juan mengangkat teleponnya. Ekspresi terkejut Juan setelah mengangkat teleponnya membuat Alfon urung menyindirnya.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya Alfon.
Juan menatap Alfon dengan tatapan takjub. "Bu Elsa ada di sini. Di depan pintu. Dia mau ketemu Pak Alfon."
Seketika, Alfon berdiri. Ia sudah akan pergi menjemput Elsa, tapi teringat pesan Aira dan kembali duduk.
"Suruh dia masuk," kata Alfon.
Juan mengangguk, lalu bergegas ke pintu dan membukanya. Alfon refleks menahan napas ketika sosok Elsa melangkah masuk. Ketukan heels tajamnya teredam karpet di ruangan Alfon. Sementara, ekspresi wanita itu begitu dingin, tapi penuh tekad. Seolah ia siap memporak-porandakan kantor Alfon saat itu juga. Meski bukan kantor Alfon yang diporak-porandakannya.
Begitu Juan keluar dari ruangan itu sembari menutup pintu, Elsa yang menghampiri Alfon berhenti di seberang meja Alfon. Wanita itu mengangkat dagu angkuh seiring bibirnya melontarkan kalimat,
"Just marry me! I'll give you everything you want. I can give you everything you need."
Itu bukan permohonan. Namun, wanita itu kemudian mengulurkan tangan.
"Aku bisa bantu kamu dalam banyak hal. Aku bisa jadi istri yang sempurna buat kamu, baik di depan atau di belakang orang-orang."
Kata-kata Elsa itu mengantarkan otak Alfon untuk memerintah tangannya bergerak dan menyambut uluran tangan wanita itu. Ketika Elsa menawarkan Alfon untuk menjadi istrinya, adakah alasan bagi Alfon untuk menolak?
"Tapi, dengan satu syarat," sebut Alfon.
Elsa yang tangannya tenggelam dalam genggaman Alfon mengerutkan kening heran.
"Apa syaratmu?" tanya wanita itu.
Alfon tak langsung menjawab, ia menatap bibir Elsa. Alfon harus mengakhiri kegilaan, atau mungkin rasa penasaran ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Marry Me (End)
RomancePertemuan kembali setelah sepuluh tahun menjadi awal kisah Alfon dan Elsa. Namun, kisah mereka kini bukan lagi kisah remaja masa SMA, melainkan kisah yang rumit dan berbahaya. Kisah yang melibatkan permainan dengan tantangan. Perjodohan. Pernikahan...