To Catch The Groom
Elsa, take a deep breath.
Elsa terus mensugesti dirinya untuk tenang sembari menunggu kedatangan Alfon di restoran gedung X-Point itu. Elsa merasa asing dengan dirinya yang ini. Dirinya yang hilang kendali. Ia harus tenang untuk bisa mengambil alih kendali.
Ia hanya perlu membuat Alfon menyetujui perjodohan ini, menikah dengan pria itu dan semuanya beres. Semua akan kembali normal. Ia akan mendapatkan kendalinya utuh. Lagi. Atas segalanya.
Elsa berhasil mempertahankan ketenangannya ketika Alfon datang. Namun, itu tak bertahan lama melihat betapa datar dan dinginnya ekspresi Alfon. Bahkan, pria itu tampak jelas sekali berusaha menghindari tatapan Elsa.
"Alfon," panggil Elsa, kali ini tanpa embel-embel 'Pak'.
Alfon menatapnya, sesaat. Benar-benar hanya sedetik, sebelum menunduk ke arah meja, seolah teman bicaranya adalah si meja. Separah itukah perjodohan ini untuk pria itu?
Tentu saja. Alfon adalah playboy. Apa Elsa berharap pria itu akan berjingkrak senang karena akan menikah dengannya? Bahkan hal pertama yang dibahas pria itu ketika mereka bertemu lagi setelah insiden di pernikahan Ken-Arisa adalah ciuman mereka. Ugh, kenapa pula papanya harus menjodohkan Elsa dengan playboy seperti Alfon? Seolah perjodohan itu belum cukup buruk.
Alfon mungkin tak pernah sedikit pun memikirkan tentang menikah. Oh, ayolah. Menikah adalah hal terakhir dalam kamus seorang playboy, benar, kan?
"Um ... jadi alasan aku mau ketemu kamu malam ini ..."
"Kita makan dulu aja." Kalimat yang sama dengan tadi pagi.
Mau tak mau, Elsa gelisah juga. Apa Alfon benar-benar akan menolak?
"I'll give you everything you want," ucap Elsa putus asa.
Alfon yang sudah akan memanggil pelayan, seketika menoleh menatapnya, terperangah, seolah Elsa barusan berkata ia membawa bom yang siap meledak. Meski kenyataannya, Elsa baru saja meledakkan bomnya.
"Dengar, aku butuh perjodohan ini, oke? Jadi, kalau kamu bantu aku, aku akan kasih apa pun yang kamu mau. Saham di perusahaan, tanah, gedung, apa pun."
Alfon semakin terperangah. Apa pria itu tak percaya?
"Kita bisa buat kontrak resmi kalau kamu gak percaya," Elsa meyakinkannya.
Alfon mengerjap. Mata cokelat gelapnya menatap mata Elsa lekat. Dalam hati, Elsa terus berharap Alfon tak menolaknya. Demi apa pun, tolong jangan menolak. Elsa memejamkan mata, berpikir cepat, mencari apa pun yang bisa membuat Alfon tertarik pada perjodohan ini.
Apa pun, tolonglah, apa pun, Elsa memohon putus asa.
***
Alfon seketika tersadar dari keterkejutan ketika Elsa memejamkan mata. Tatapan Alfon refleks turun ke bibir Elsa dan pikiran kurang ajarnya kembali bekerja. Bibir merah itu berbalut lipstick. Namun, Alfon tahu, tanpa lipstick itu pun, bibir Elsa sudah merah. Alfon masih mengingatnya sepuluh tahun lalu.
Namun, pikiran itu seketika lenyap ketika Elsa membuka mata dan berkata,
"Kamu bisa tetap ketemu sama cewek-cewekmu meski kita nikah."
Alfon seketika melotot mendengar itu. Apa katanya barusan? Apa Elsa sudah gila?
"Aku serius. Aku tahu, itu salah satu alasanmu nolak perjodohan kita. Kamu takut, kamu nggak bisa main-main lagi sama sembarang cewek di luar sana, kan? Nah, aku akan bantu kamu dalam hal itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Marry Me (End)
RomancePertemuan kembali setelah sepuluh tahun menjadi awal kisah Alfon dan Elsa. Namun, kisah mereka kini bukan lagi kisah remaja masa SMA, melainkan kisah yang rumit dan berbahaya. Kisah yang melibatkan permainan dengan tantangan. Perjodohan. Pernikahan...