Chapter 6 - Yang Ditunggu

19 7 0
                                    

"Megurin, kalau kamu mau memakai kalung itu di sekolah aku rasa lebih baik tidak"

"Aku khawatir terjadi sesuatu seperti jambret atau semacamnya karena aku sering melihat kejadian itu"

"Lebih baik kamu simpan liontin itu, jangan beritahu siapa siapa lagi"

"Lain waktu kita bicarakan lagi soal ini"

"Aku pergi bekerja dulu ;)"

Begitulah pesan yang Kazime kirimkan via chat kepada Megurin. Gadis bersurai lurus itu baru saja menghempaskan tubuhnya ke atas kasur queen size nya.

"Kenapa Kazime sekhawatir itu? Memangnya ada apa dengan liontin ini?" Batinnya bertanya tanya. Lalu diambilnya lagi liontin itu. Dipandangi betapa cantiknya liontin yang dia dapatkan.

"Mungkin Kazime ada benarnya juga, tapi apa salahnya berbagi kebahagian dari melihat cantiknya liontin ini?" Ucapnya, senyumnya mengembang seraya mengangkat liontin perak itu. Lalu dia kembalikan ke dalam kotaknya. Ketika Megurin hendak menutupnya dia tersadar sesuatu. Sebuah tulisan aneh yang tertera dibalik tutup kotak. Megurin jadi penasaran sebenarnya tulisan apa itu.

"Hmm tulisan apa ini?" Megurin pun mengirim foto tulisan itu kepada Kazime. Namun saat ini sepertinya Kazime tidak membuka ponselnya.

"Sepertinya dia sedang sibuk" gumamnya.

----

Suara deruan mesin kereta mengisi keheningan diantara Kazime dan Rizuke. Sejak awal mereka masuk kereta, belum ada percakapan yang keluar dari mulut mereka. Bahkan sekarang sudah tiga stasiun terlewati, tinggal beberapa stasiun lagi mereka sampai ditujuan.

"Waw jauh juga kafenya" tiba tiba Rizuke memecah keheningan.

"Iya, letaknya di Metrocity" kata Kazime menyahuti.

"Hah? Metrocity!?" Rizuke benar benar terkejut. Sampai orang disekitar mereka melirik kearah mereka. Kazime hanya memandangi Rizuke, sedikit merasa bersalah.

"Itu... kejauhan yaa?" Kazime merasa tidak enak.

"Hmm gapapa sih, daripada langsung pulang ke kosan" pernyataannya membuat Kazime sedikit lega.
"Biasanya gak pernah pulang secepat ini ehehe" lanjut pemuda itu terkekeh.

"Main bola terus ya?" Kata Kazime, membuat Rizuke mengembangkan senyumnya.

"Gak setiap hari kok, biasanya kalau ada yang mau buat desain seperti logo, atau gambar untuk poster dan semacamnya, aku mampir dulu di rumah Ryou, atau langsung pulang ngerjain di kosan" jelas Rizuke dengan maksud juga mempromosikan dirinya pada Kazime.

"Ooh... kamu bisa mendesain gitu, keren!" kata Kazime.

"Hehe aku masih harus berlatih lagi" kata Rizuke sedikit menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Kazime hanya tersenyum, lalu gadis itu beralih menatap ke arah lain.

"Dia tidak banyak bicara ya?" Pikir Rizuke, yang maniknya masih menatap gadis itu. Tiba terlintas sesuatu di benaknya.

"Waktu itu kamu ketinggalan sesuatu di lokermu kan?" Gadis itu kembali menoleh kearah Rizuke. Lalu dia mengangguk.

"Iya, syukurlah kamu yang menemukannya" jawab gadis itu seraya tersenyum lembut.

"Aku kaget banget, apalagi pas lihat ada flashlightnya, masih nyala yaa? Haha" Kazime terkejut dengan ucapannya itu. Rizuke tertawa kecil.

"Jadi dia kira selama ini, hanya flashlight ponsel" batin Kazime.

"Begini, itu bukan flashlight" sontak pernyataan itu membuat Rizuke melebarkan matanya.

The Agate : Magic Book [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang