Chapter 8 - Tekad

20 9 0
                                    

Kala itu angin bertiup kencang. Dinginnya menusuk permukaan kulit. Walau begitu, langit masih menampakkan warna oranye kemerahan, tanda surya akan segera berganti purna.

Rizuke membalas pamitan para temannya yang hendak pulang, seraya mengangkat tasnya yang berisi buku dan beberapa perlengkapan bermain futsal lainnya. Jerseynya sudah dia ganti menjadi kemeja putih dengan celana bahan berwarna hitam khas sekolahnya.

Lelah. Namun itulah dirinya, kalau belum penat, belum cukup hari ini baginya. Rizuke menenggak air minumnya, seraya berjalan keluar dari lapangan futsal. Air itu membasahi salivanya membuatnya kembali segar.

Rizuke hendak langsung pulang ke kosannya. Sepertinya ada tugas, dan dia masih harus melanjutkan gambar muralnya yang belum selesai.

Sebenarnya itu tidak benar. Dia belum mendapatkan ide sama sekali untuk mendesain mural. Rizuke kebingungan, karena dia baru mengunjungi kafe itu sekali. Selain itu, Rizuke juga belum terlalu kenal dengan anggota yang lainnya, dengan tiba tiba dia ditawarkan pekerjaan itu. Sebagian dari dirinya seakan mendorongnya untuk berusaha, karena itu adalah kesempatan yang bagus.

Ditambah lagi dia akan menjadi anggota grup user. Rizuke membanyangkan akan seperti apa hidupnya ketika menjadi user. Akankah dirinya berpetualang memecahkan suatu misteri, atau menjadi penumpas kejahatan di kota ini layaknya seorang pahlawan super? Seperti itulah kira kira ekpetasinya.

Rizuke jadi ingin bertemu Kazime. Banyak sekali pertanyaan yang mau diajukan kepada gadis itu. Dia jadi teringat saat Kazime memberikan agatenya tadi pagi.

"Ini, Kisame bilang gak apa apa kamu pegang dulu, tapi jangan dulu digunakan. Kamu boleh membuka kotaknya, tapi jangan sampai ada yang melihatnya"

Kata kata itu masih terngiang ngiang di pikirannya.
"Hmm aku aja sama sekali tidak mengerti, bagaimana caranya aku bisa menggunakannya" batinnya Rizuke sedikit heran.

Baru saja Rizuke keluar gerbang sekolah, manik kelamnya menangkap sosok Kazime dari kejauhan. Sontak senyumnya mengembang, mengetahui Kazime masih ada disini. Rizuke mempercepat langkahnya.

"Kazime!!" Sapanya berharap gadis itu mendengar dan menoleh kearahnya.

Tapi tidak ada respon.

Pada akhirnya Rizuke sampai, meraih pundak Kazime yang tatapannya menunduk ke bawah.

"Hey Kazime!" Seraya menepuk pundak gadis itu. Rizuke sedikit terengah engah setelah berlarian kecil tadi.

"Pas sekali, kamu belum berangkat ke kafe?" Tanya Rizuke, sedangkan Kazime masih terdiam.

"Ayo kita pulang bareng, aku mau nanya banyak banget tentang agate, tentang grup kita!" Kata Rizuke, masih memaklumi sikap pendiam dan dinginnya Kazime, sampai akhirnya dia menyadari sesuatu yang aneh.

"Kamu kenapa?" Kalimat itu terlontar berbarengan dengan gerakan Kazime yang menoleh kearahnya.

Mata Rizuke terbelalak seketika. Melihat wajah Kazime yang mengeras, layaknya sebuah batu yang retak, dan tatapannya yang kosong. Rizuke yang khawatir, meraih kedua bahu Kazime.

"Kazime? Kamu kenapa?? Apa yang sudah terjadi?"

Tapi sayang, tubuh gadis itu begitu rapuh sekarang. Genggaman yang Rizuke berikan malah membuat Kazime semakin meretak. Lalu pada akhirnya pecah dan hancur, serpihan tubuhnya berserakan diatas mengenai sepatu hitam Rizuke.

Rizuke melemas, dia menggeleng tidak percaya. Apakah ini sebuah jebakan atau sungguhan?

"Ini gak mungkin"
Matanya yang terbelalak, mendadak perih. Rizuke berusaha menahan sesak, dadanya seperti tercekat.

The Agate : Magic Book [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang