Chapter 16 - Si Manik Kelabu

8 3 7
                                    

Ditengah kobaran api yang melahap benda disekitarnya. Seorang gadis bersurai coklat itu memegang kepalanya yang mengeluarkan darah. Pusing, pandangan berkunang kunang, itulah yang dia rasakan. Gadis itu tetap berusaha bangkit dari posisi terbaring miringnya, walau seluruh tubuhnya bergetar.

Betapa hancur hatinya ketika dia melihat ke sekitarnya. Matanya terbelalak, tubuhnya makin gemetaran, napasnya pun tercekat.

"Ti... tidak!" Gadis itu terhuyung huyung menghampiri raga seseorang yang terbaring lemah itu. Di perutnya tertancap sebilah pedang. Gadis itu makin meringis, menahan sesak dadanya ketika melihat itu.

"Tidak... kumohon! Kumano, bertahanlah" katanya seraya memegang pundak pemuda yang dia panggil Kumano itu.

Lalu mata yang terkatup itu perlahan terbuka. Pemuda itu sedikit menaikkan sudut bibirnya ketika melihat gadis itu ada dihadapannya.

"Kazime...," lirih Kumano.

"Kumano, a... a...aku akan mencari bantuan, jadi kumohon bertahan ya" kata Kazime terbata bata. Ketika Kazime hendak bangkit, Kumano menggenggam tangannya.

"Kazime..., kemarilah" Kazime pun mengurungkan niatnya untuk beranjak. Ketika itu, bola mata oranye milik Kumano bertemu dengan mata coklat terang Kazime. Ketika itu pun Kazime merasa napasnya makin tercekat.

"Dengarkan aku..."

"Kumohon..., jangan tinggalkan... teman-temanmu"

Mendengar pernyataan itu, manik coklat itu mulai berkaca-kaca.

"Lakukanlah... yang terbaik untuk... mereka" Kazime hanya menunduk, menahan air matanya yang mulai tumpah.

"Berjanjilah untukku..., Kazime" katanya dengan pelan, suaranya hampir berbisik.

Kazime yang berlinang air mata itu, mengangguk perlahan.

"Iya a...aku..., janji" kata Kazime di sela tangisnya.

Setelah itu, Kumano tersenyum lembut. Bibirnya bergerak seperti mengatakan sesuatu. Namun, hanya keheningan yang didapatkannya. Kemudian mata oranye yang bersinar itu, meredup. Menutup seluruh perjalanan hidupnya. Dia pun beristirahat untuk selamanya.

Kazime semakin terisak, dia pun memekik,
"Kumano.......!!!"

-----

Rasanya begitu sesak, dia tersentak. Seketika matanya terbuka lebar. Secepatnya dia mengambil napas sebanyak mungkin.

"Kazime? Kau sudah bangun?" Suara Harina memenuhi telinga Kazime.

"Harina? Dimana Hinka? Rizuke?" Tanya Kazime, seraya menoleh kesekitarnya.

"Itu Hinka, dia yang membopongmu kesini," jawab Harina. Telihat Hinka sepertinya sangat kelelahan, di tertunduk lemas.

"Rizuke, dia masih bertarung bersama Kisame" lanjut Harina.

"Begitu ya, " Kazime ingin beranjak duduk, tapi perutnya terasa sangat ngilu.

"Jangan memaksakan dirimu dulu, kamu baru saja pulih" kata Harina seraya memegang pundak Kazime, menahannya untuk duduk. Akhirnya Kazime kembali berbaring.

"Itu benar!" Sahut seorang perempuan yang tidak lain bersurai pink. Gadis itu tengah menatapnya seraya menekuk bibirnya. Tentu saja gadis itu adalah Hera.

"Ada apa dengan wajahmu?" Kazime bertanya. Hera terlihat sudah pulih, namun wajahnya terlihat tidak mengenakan baginya.

"Heh...? Seharusnya aku yang bertanya begitu padamu! Wajahmu terlihat buruk sekalii tauu!" Kata Hera, dia sewot.

The Agate : Magic Book [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang