Chapter 19 - Kita Relakan Saja

12 2 0
                                    

Pemuda itu belum sepenuhnya sadar dari tidurnya. Namun dia memaksa mengangkat tubuhnya untuk duduk diranjang yang kini dia tempati. Dia merasakan tubuhnya seperti habis bekerja tanpa henti. Berat, walau
rasa sakitnya mulai memudar, dan tidak ada luka disekitar tubuhnya. Padahal sebelumnya dia begitu babak belur.

Matanya mulai melirik ke sekitarnya. Ternyata ruangan ini bukanlah kamarnya. Terpajang beberapa bingkai foto di dinding, serta meja rias!? Ini kamar seorang gadis?!

Kamar ini terlihat cukup luas, namun sepertinya yang punya ini tidak terlalu rapi menata barangnya. Buku-buku di meja dan pakaian yang digantung sebagian sisi ruangan.

Pemuda itu menurunkan kakinya dari atas ranjang itu. Lalu dia merasa ada benda yang terjatuh setelah dia menggeser kakinya. Benda itu seperti seuntai tali yang ada pengait dimasing masing ujungnya.

"Apa itu?"

Pemuda itu membungkuk lalu meraihnya.

Cklek!

"Eh, Rizuke?" Gadis empunya kamar itu datang dan menatap pemuda yang kini memegang tali tersebut dan juga menoleh ke arah gadis itu.

Seketika gadis itu terlonjak, warna merah padam menghiasi pipinya.

"Apa yang kau lakukaan!?" Segera gadis itu menghantam dahi Rizuke lalu merebut tali tersebut darinya. Pemuda itu terlihat sangat terkejut dengan tindakan yang tiba tiba itu. Diduga tali tersebut adalah tali bra si gadis.

"A..a.. ku hanya menemukannya, terjatuh" Rizuke terbata bata menjawabnya, dia sendiri tidak tau sebenarnya benda apa yang kini gadis itu sembunyikan.

Sedangkan gadis itu masih dengan keadaan pipi yang merah. Dia sangat malu, bagaimanapun dia begitu ceroboh meletakkan tali itu di kasur. Setidaknya menjadi suatu pelajaran baginya, walaupun Rizuke tidak tau benda apa itu.

"Ini kamarmu, Kazime? Kenapa aku tidur disini?" Tanya Rizuke pada gadis bersurai coklat itu, seraya mengelus dahinya yang sudah muncul tonjolan kemerahan.

"Iya, aku gak tau rumahmu, makanya untuk sementara kau tidur dikamarku" jelas Kazime.

Rizuke sedikit tersentak, dia pun mengingat kembali apa yang telah terjadi sebelumnya. Rizuke bersyukur ternyata dia masih hidup walau sudah berkali kali disiksa oleh orang itu.

Ditengah lamunannya, Rizuke mendapati setelan baju, celana dan sehelai handuk yang Kazime berikan secara tiba-tiba.

"Kalau sudah mandi, keluarlah! Yang lain sudah berkumpul di ruang tengah" Kazime pun keluar dari kamarnya, setelah mengatakan itu.

Blam.

Kazime menutup pintu perlahan. Setelah memerhatikan gadis itu, matanya tertuju pada baju kaus berwarna kuning dan celana hitam berbahan katun itu.

"Baju siapa ini?"

-----

"Kau sudah selidiki pengirim paket liontin agate itu?" Kisame menyeruput kopi buatannya, setelah menanyakan hal itu.

Sore yang terasa dingin, waktu yang sangat cocok untuk meminum kopi atau teh hangat.

"Iya, diduga ada sejumlah oknum yang mencoba menyebarkan bongkahan agate yang tidak aktif dengan cara menyelipkannya pada perhiasan seperti itu" jelas Amaru, mendengar hal itu Kisame terlonjak.

"Hah? Apa maksud mereka melakukan hal itu?!" Kisame memang memiliki respon yang cepat walau kadang berlebihan.

"Aku tidak tau motif mereka sebenarnya, diduga mereka berasal dari pedagang yang menjual perhiasan dengan harga yang cukup murah. Pihak redaksi tidak mengetahui tentang agate. Mereka hanya sekedar membelinya"

The Agate : Magic Book [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang