1. Aqila Syakila

24 7 4
                                    

Malam tahun baru di kota Pontianak cukup ramai banyak kembang api bertaburan di langit malam. Seluruh orang di bumi sedang merayakan pergantian tahun,namun disisi lain disebuah gubuk tua ada seorang ibu yang sedang mempertaruhkan nyawanya demi sikecil.

Sang suami tak henti-henti memberi semangat dan menyalurkan kekuatannya lewat genggaman tangannya,"Ayo istriku dorong yang kuat agar anak kita keluar,semangatlah aku ada di sampingmu"

"Hek eeee.....ekhh..." Sang istri meremas genggaman sang suami.

"Iya Bu sedikit lagi saya hitung sampai tiga hitungan tiga dorong ya Bu"
Sang bidan punmulai memberi aba-aba.

Sang ibu pun mengangguk sambil menarik nafas.
Si Bidan mulai menghitung.

"1"

"2"

"3,ayo Bu dorong!"

     "Oek,oek,oek..." Bayi kecil itu keluar dari perut sang  ibu,bahkan tangisannya menggema di ruangan itu. "Alhamdulillah,anak ibu perempuan cantik seperti ibunya"

Si Bidan membersihkan bayinya lalu membedong menggunakan kain agar si bayi tidak kedinginan.

Si Bidan menghambiri si ibu dan ditaruh si bayi di atas dada kiri sang ibu,"Ini Bu putri ibu sangat lucu"

"Iya nek makasih telah membantu persalinan saya" si ibu berkata sambil mengelus kepala sang bayi.

"Mah sini putri malaikat kecil kita ku azanin dulu biar Solehah kelak dia besar" Suami duduk dipinggir ranjang sambil meraih sang bayi.

"Iya ini pah" Siibu pun tersenyum bahagia.

Setelah urusannya selesai sibidan membereskan peralatannya dan ijin pulang,"Kalo gitu tugas saya sudah selesai ya Bu saya ijin pulang"

 "Iya nek makasih ya,ini ada sedikit rejeki dari saya untuk nenek semoga bermanfaat ya nek" sibidan menerima sekantong bahan pokok seperti beras dan hasil ladang.

"Iya gak papa,sebenarnya saya juga iklas membantu jadi lain kali gak usah dikasih kaya gini kalo butuh bantuan saya,saya pamit dulu ya"

"Iya mumpung ada,hati-hati di jalan nek" Sibidan pun pulang.

Sebenarnya keluarga mereka adalah keluarga pas-pasan tapi apa salahnya memberi toh dia sudah membantu,walaupun sedikit setidaknya bisa bermanfaat.

Tepat pada pergantian tahun di kota Pontianak lahirlah gadis kecil yang bernama Aqila Syakila,pada tanggal 1 Januari 2002 pukul 00:01 WITA dari keluarga bapak Sudarmono dan ibu Titin.

Usia Aqila dengan kakaknya terpaut tujuh tahun,nama kakak Aqila adalah Muhammad Deni. Dia berbeda dengan anak-anak lainnya karena termasuk anak berkebutuhan khusus jadi wajar jika dia lebih disayang ketimbang Aqila.
    
Tiga tahun kemudian.

"Mah kamu beneran mau pergi ninggalin kita?" Sang suami berkata sambil menggendong Aqila kecil di depan pintu kamar mereka.

Ibu Titin pun menjawab,"Iya pah, kita gak bisa hidup seperti ini terus-menerus anak kita butuh makan dan susu,hidup di desa terpencil seperti ini susah untuk mencari pekerjaan"

"Iya,tapikan kita masih punya kebun dan hasilnya juga lumayan"

"Itu bukan kebun kita pah,itu kebun bapakmu aku gak enak jika hanya menumpang di rumah ini dan tidak memberi seperak uang untuk mereka" Ibu Titin hanya bisa menjawab dan bersiap menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya pergi.

Pak Sudarmono hanya bisa mengelus wajah puntrinya sambil menatap sendu,"Apa kau tidak kasihan dengan putrimu ini yang baru berusia tiga tahun?"

"Aku tidak ada pilihan lagi selain pergi,jadi maafkan aku dan tolong jaga anak-anak kita" Ibu Titin mencium kedua anak-anaknya setelah itu mencium punggung tangan sang suami dan berpamitan.

Pak Sudarmono hanya bisa berdiri menatap sang istri dengan keputusan yang menurutnya konyol.

"Apa karena perlakuan ayahku yang membuatmu pergi?" Sang suami berusaha menjegah sang istri agar tidak pergi dengan menghalangi jalan sang istri.

Tiba-tiba Deni bangun dari tidurnya dan langsung memeluk kaki sang ibu sambil menangis.

"Jangan menangis sayang ibu hanya mau pergi untuk membeli susu buat kamu dan adikmu jadi tolong lepaskan kaki ibu ya?" Denis hanya menggelengkan kepalanya,itu bertanda bahwa dia tidak mau ibunya pergi.

Tidak ada anak yang mau ditinggal orang tuanya pergi,walaupun ibu Titin  perbohong anaknya pasti tahu karena memiliki ikatan batin yang kuat antara seorang anak dan ibu.

Pak Sudarmono berkata,"Lihatlah putramu saja tahu jika kau mau pergi jauh"sambil memegang tangan sang istri yang sedang berusaha melepaskan pelukan dari Deni.

"Sudahlah jangan banyak bicara lebih baik kau bantu aku untuk membujuk Deni agar dia mau melepaskan kakiku!"

Akhirnya pak Sudarmono pun menuruti kemauan sang istri walau sedikit tidak rela jika istrinya mengambil keputusan sepihak,"Baiklah jika itu maumu aku bisa mengurus mereka berdua sendirian,lagipula kasih sayangku pasti tidak akan kurang untuk mereka"

"Pah...!"Sang istri hanya melotot dan sedikit kesal kesuaminya itu.

"Apa?! Katanya mau pergi yaudah sana pergi semoga kau tidak salah dalam mengambil keputusan ini. Jika ingat rumah pulanglah anakmu pasti akan rindu,hati-hati dijalan" pak Sudarmono hanya bisa menuruti kemauan sang istri yang keras kepala.

"Sini Deni sama papah,mau papah gendong kaya adek Aqila gak?" Pak Sudarmono berjongkok sambil merayu Deni agar mau melepaskan pelukan dikaki istrinya.

"Deni mau! Tapi gendong belakang ya pah?" Deni berkata dengan suara seraknya ditambah lagi dia memang kurang jelas jika mengucapkan  kata-kata karena itu bawaan lahir,sambil berlari keperluan sang ayah.

"Iya sayang apa sih yang enggak buat kamu"

Disaat itupun ibu Titin tersenyum dengan tingkah suaminya dan anaknya itu,"Pah aku pergi,makasih"

Sang suami hanya bergumam saja,lalu menatap kepergian ibu Titin dari depan pintu rumah panggung biru itu.

'Semoga kau tak selamanya meninggalkanku,aku sayang kamu' kata-kata itu hanya bisa pak Sudarmono ucapkan didalam hatinya,tanpa berani mengucapkannya dengan langsung.

Maaf typo bertebaran😁

Ini cerita pertamaku semoga bisa menghibur.
Jadi kalo ada yang salah atau gak pas Pisa langsung komen biar aku tahu salahnya dimana ya😊

Cilacap,21 Juli 2019

Malaikat KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang