5. Truk

11 4 4
                                    

Menit berganti jam,jam berganti hari,hari berganti bulan,bulan berganti tahun. Kini mereka sudah hampir satu tahun di desa terpencil dan minim akan semua hal,bahkan mereka hampir lupa dengan kesukaran tersebut.

Setiap bulan sekali atau beberapa Minggu sekali mereka akan pergi ke pasar untuk memenuhi barang kebutuhan mereka selama sebulan. Satu desa naik truk sekitar 25-30 orang,bagaikan kumpulan sapi yang akan dijual ke pasar. Itu pasti pikiran mereka yang pertama kali pergi ke pasar di itu,namun bagi Aqila itu adalah hal yang luar biasa dan menakjubkan.

Minggu pagi,"Agila ayo bangun mau pergi ke pasar apa gak ni??" Kata pak Sudarmono sambil membersihkan lantai rumah yang kotor.

"Sebentar ayah Qila masih mengantuk" jawabnya setengah sadar sambil mencari-cari selimutnya.

"Oh,,,jadi gitu,anak ayah gak mau bangun nih nanti kau jadi perawan tua gimana???" Goda ayah Qila.

"Ii,,ayah kok gitu sih.ni Qila udah bangun,nih lihatkan matanya udah melek lebar" jawab Qila sambil membuka lebar-lebar matanya sambil duduk sila.

"Bagus. Anak ayah emang pinter,cepat sana mandi kakak kamu sudah nunggu dari tadi tu, gak kasian apa?"

"Iya ayahku sayang,cintaku i love you,pahlawanku" jawab Qila sedikit kesal sambil merapikan tempat tidurnya.

Setelah keluarga pak Sudarmono rapi mereka berkumpul di balai pertemuan untuk menunggu angkutan mereka. Setelah beberapa lama menunggu truk yang di tunggu akhirnya datang juga. Semua orang berbondong-bondong masuk ke dalam truk,mereka takut jika tidak kebagian tempat padahal mereka hanya naik truk saja.

Jarak yang ditempuh mereka bukan lah jarak yang pendek karena mereka harus menumpuk jarak yang cukup jauh hingga memakan waktu setengah sampai satu jam tergantung medan yang di lalui.

Untuk mengingisi kekosongan yang ada di dalam truk mereka bernyanyi bahkan ada yang menjahili satu sama lain,para warga tersenyum bahagia walau kebahagian mereka sangatlah sederhana.

Dipojok sebelah kanan truk Aqila sedang melihat pemandangan diluar sana lewat lubang yang ada di bawah sana,entah apa yang dia lihat tapi setiap kepasar menaiki truk tersebut Aqila pasti melihat kelubang tersebut.

Perjalanan baru setengah jam namun kondisi tubuh Qila tak berkawan dengan situasi dan kondisi. Akhirnya Aqila mabok darat,sarapan pagi yang tadi pagi dilahap keluar begitu saja tanpa pembatas. Cairan tersebut lalu dihadapkan kelubang truk yang tadi agar tidak bau di dalam truk.

Aqila muntah-muntah hingga sarapan paginya tak ada yang tersisa," Ya Alloh nak-nak gak biasanya kamu mabok kaya gini,biasanya juga tenang damai kaya dipantai" ucap pak Sudarmono sambil memijat tengkuk anaknya.

Setelah semua cairan itu keluar,Aqila duduk dipangkuan ayahnya,dia meringkuk bagaikan anak kucing yang butuh kehangatan dari induknya.

Kini Aqila sudah terlelap mungkin kecapean,pak Sudarmono mengelus rambut anaknya yang hitam mengkilap dan tidak terlalu panjang itu dengan penuh rasa sayang yang tiada Tara,hingga tak sengaja bulir bening itu tak terbendung.

Hatinya berkata,' Ya Alloh nak kenapa sih hidupmu bisa kaya gini,apa salahmu sehingga kau merasakan penderitaan yang tak seharusnya kau rasakan. Ayah sangat-sangat berdosa dan menyesal karena tak bisa menjadi orang tua yang baik dan memenuhi kebutuhan hidupmu yang cukup bahkan layak' pak Sudarmono menyeka bukit bening itu lalu membenarkan posisi tidur putrinya.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan,pak Sudarmono membangunkan puntrinya,lalu mencari keberadaan Deni. Namun hal yang tak terduga sudah terjadi.

Oke sampai disini dulu ya gan jangan lupa vote,and follow Ig,wp ku ya biar tambah akrab gitu😁

Semua tulisan singkat ini bisa bermakna di suatu hari nanti😊

Thx salam kangen dari Indah why😘

Cilacap,18 November 2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malaikat KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang