4. Mulai Terbiasa

13 4 4
                                    

Pulau kecil tanpa teknologi canggih bahkan bisa dibilang ketinggalan zaman kini berubah menjadi desa kecil yang mencari tempat tinggal orang-orang yang merantau untuk mengais rezeki.

Tak terasa Aqila sudah tinggal di pulau itu selama dua bulan lamanya,bahkan dia mulai terbiasa dengan keadaan sekitarnya. Untungnya Aqila anak yang bisa diajak susah duka mau pun senang,dia anak yang cukup tahu dengan keadaan orang tuanya.

Sore ini menjelang magrib Aqila dan ayahnya akan pergi ke desa sebelah untuk membeli beberapa kebutuhan dapur. Pak Sudarmono menyiapkan kendaraannya yaitu sepeda onta bututnya sedangkan Qila sedang menyiapkan tas untuk menampung barang belanjaannya.

"Ayah aku sudah siap,ayo kita berangkat biar pulangnya gak kemalaman?" Aqila berjalan menghampiri ayahnya sambil menenteng tas terbuat dari karung goni.

Pak Sudarman menepuk-nepuk tempat duduknya sambil berkata,"Ayo ayah juga sudah siap"

Agila berjalan lalu naik ke boncengan sepeda onta tersebut. "Deni jaga rumah ya...nanti ayah pulang agak malam"

Perjalanan dimulai,sebenarnya jika persediaan beras dirumahnya masih ada mereka tidak akan pergi ko desa sebelah. Desa tersebut cukup jauh karena harus menempuh jarak 15 km,tapi mereka tak memiliki pilihan lain karena di desa Aqila tak ada warung ataupun toko.

Di tengah perjalanan titiba hujan cukup deras mengguyur mereka sehingga baju dan uang mereka basah. Aqila cukup khawatir karena ini sudah malam ditambah lagi hujan pasti jalan yang akan mereka lalui banjir,karena jalan tersebut rawan akan banjir.

Pak Sudarmono dan Aqila hanya ada dua pilihan,kembali pulang lalu tak mendapatkan beras atau lanjut terus hingga tujuan tapi harus melalui rintangan yang cukup berbahaya.

Banjir yang akan mereka terjang bukan banjir biasa,banjir tersebut tingginya bisa mencapai pusar orang dewasa alirannya juga cukup deras bahkan tak jarang ada binatang liar yang bisa mengancam mereka seperti ular,lintah atau yang lainnya.

"Ayah ini gimana kok hujan sih padahal kita belum sampai tujuan,baju udah basah semua lagi" Muka Aqila berubah menjadi cemberut karena hujan yang mengguyur.

"Hmm....hujan air. Iya hujannya agak deras lagi,mau langit apa berhenti?" Pak Sudarmono tampak berfikir dan menimang-nimang keputusan apa yang akan dia ambil selanjutnya.

"Ayah kalo pulang aja gimana lagian kita belum terlalu jauh dari rumah?" Saran Qila.

"Ohh...adek berati besok mau puasa nih, kan dirumah gak ada beras?"

"Oh yaya...lupa,ya udah lanjut terus bang" cengir ya sambil tertawa semangat. Pak Sudarmono hanya berkekeh karena tingkah putrinya yang sangat lucu dan menggemaskan.

...

Hujan semakin deras bahkan tak ada tanda-tanda bahwa dia akan pergi,Aqila dan ayahnya sedang melewati jalan yang terkena banjir setinggi pusat ayahnya bahkan arusnya tak main-main. Bisa saja Aqila terbawa arus jika pak Sudarmono tak memegangi Aqila.

Pak Sudarmono turun dari sepeda lalu menuntunnya,"Qil,ayah turun aja sepedanya didorong aja kalo di goes gak kuat kamu pindah depan ya biar ayah gampang jagainnya?"

Aqila hanya menuruti perintah ayahnya sambil menyenteri sekitarnya,untung dia tadi bawa senter dan beberapa keresek untuk berjaga-jaga.

"Ayah itu apa kok panjang terus bergerak-gerak sih kaya ular?"

"Biarin dia lewat dia gak ganggu jadi jangan ganggu" Sebenarnya Aqila takut dengan ular air itu,panjangnya sekitar dua meter ukurannya juga cukup besar berwarna hitam.

"Ayah takut" Bisik Qila sambil memegang lengan ayahnya dan sedikit meremas.

"Gak usah takut kan ada ayah,kamu tenang aja. Duduk yang tenang biar ayah dorong sepedanya"

...

Disisi lain ada seorang anak lelaki yang tak bisa tidur karena memikirkan ayah dan adiknya yang tak pulang-pulang seperti bang Toyib,Deni khawatir dengan keadaan mereka karena sudah larut malam tapi mereka belum pulang.

Deni hanya bisa menunggu dan termenung hingga rasa kantuk melandanya.

"Hzhzhzhzzz...."(Anggap aja suara orang ngoroknya:v)

...

Sesampainya di toko sembako yang mereka tuju mereka langsung membeli semua kebutuhan yang mereka butuhkan dengan teliti.

"Ayah ayo cepetan belinya kak Deni pasti udah nungguin dirumah" Qila kedinginan sambil memeluk tubuhnya yang menggigil.

Penjaga toko kasihan dengan Aqila lalu menawarkan secangkir teh hangat dan handuk kecil,"Dek ini tehnya sama aduk siapa tahu bisa bikin anger"

"Iya Bu makasih ya.." Senyum ramahnya.

Pak Sudarmono sudah selesai berbelanja namun naas sepertinya keberuntungan tidak memihak kemeraka berdua. Hujan masih deras dan malam hampir berganti tengah malam.

"Aduh gimana ni Qil hujannya belum reda ya masa kita pulang terus belanjaannya rusak karena hujan plus banjir" keluh pak Sudarmono sambil melihat keluar genting toko tersebut.

"Ya udah pak gimana kalo nginep disini dulu sampai hujannya reda?" Tawar penjaga toko.

"Tapi kakak saya ada dirumah sendirian Bu?"

Pak Sudarmono tampak berfikir karena mengkhawatirkan Deni yang ada dirumah sendirian dan jika Deni bangun mereka berdua tidak ada Deni akan marah."Tapi anak saya bisa marah kalo bangun tidur tidak belihat kami berdua Bu?"

Saran penjaga toko," Gimana kalo kalian nginep disinu dulu nanti pagi baru pulang,kalian ngatur waktu biasa anak anda bangun pukul berapa dan anda harus bisa sampai di rumah pukul berapa?"

"Bukan ide yang buruk"

Akhirnya mereka menginap di toko sembako tersebut untungnya penjaga toko berhati baik sehingga mau meminjamkan pakaian dan menyediakan beberapa cemilan yang bisa dimakan.

Jika tidak mungkin Aqila dan ayahnya akan kedinginan plus kelaparan yang melanda.

Adzan subuh belum berkumandang tetapi dapur penjaga toko sudah berisik seperti ada makhluk yang beraktifitas di pagi buta.

"Bu saya dan anak saya akan pulang sekarang terimakasih atas kebaikan ibu"

"Iya gak papa pak, bukankah sesama manusia harus saling tolong menolong?" Kata ibu tersebut sambil memberi kayu bakar pada pawonnya.

"Semoga kebaikan anda dibalas oleh Allah dan dilipat gandakan"

"Amin"

Aqila muncul didepan pintu lalu menghampiri ayahnya," Ayah kita berangkat sekarang kan?" Tanyanya.

"Iya,pamit dulu sama ibu Lasmi" Aqila menghampiri ibu Lasmi lalu berpamitan.

Namun ibu Lasmi mencegah mereka ketika melewati pintu," Tunggu dulu! Saya ada beberapa bekal untuk kalian,kalian belum sarapan kan?"

Pak Sudarmono dan Aqila menoleh kebelakang berbarengan, lalu menghampiri Bu Lasmi." Makasih banyak ya Bu udah bangun pagi sampe-sampe bawain bekel padahal kita baru kenalan"

Setelah itu mereka pulang lalu sampai dirumah tepat waktu. Setelah hujan yang tadi malam mengguyur desa tersebut kini tanah yang berdebu tergantikan oleh lumpur yang lembek dan belekok dimana-mana. Sehingga untuk berjalan sedikit susah.

Hehe...akhirnya update lagi,kalo ada beberapa kata atau kalimat yang gak tahu atau gak jelas tanyain aja ya jangan sungkan🤗

Bahkan kalo ceritanya gak tambung kritik aja tapi sekalian kasih kritik yang membangun jiwa-jiwa penulis yang terpendam ya😁

Jangan lupa vote ya Sayange♥️😘

Cilacap,11 Oktober 2019.

Malaikat KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang