3. Merantau

15 6 3
                                    

Setelah cukup lama pak Sudarmono menentukan pilihannya kini keluarga kecil yang tak lengkap itu pergi kesebuah pulau yang terdapat beribu-ribu hektar tanah yang ditanami pohon jeruk.

Sekarang mereka sedang berada di rumah juragannya untuk mengambil gaji pak Sudarmono,karena sudah sebulan mereka di daerah terpencil.

"Akhirnya ayah gajian nak,Minggu besok artinya kita akan ke pasar bersama pekerja lainnya untuk membeli sembako" Kata pak Sudarmono.

"Hore...!!berati Qila besok jalan-jalan naik truk dong kaya sapi lagi hahaaa...." Sorak gembira Aqila sambil tertawa terbahak-bahak karena mengingat kejadian bulan lalu.

"Cie anak ayah bahagianya kaya habis menang lotrean" Sindir pak Sudarmono.

"Ya haruslah yah,kan kita harus bahagia biar awet muda kata tetangga kita yang keriput itu" Jawab Aqila.

"Gak baik sayang ngomongin orang nanti dosa lu,nanti kalo orangnya denger kamu gak bakal dikasih permen lagi mau?" Tutur pak Sudarmono.

"Ups...!hehehe..." Aqila hanya cengengesan tak jelas.

Setelah percakapan mereka akhirnya mereka pulang dari rumah bosnya pak Sudarmono. Jarak berkilo-kilo meter mereka lewati dengan menaiki sepeda kayuh yang sudah lusuh.

Dorrr....!!!!

Tiba-tiba sepeda biru itu bannya meletus ditengah jalan padahal jarak kurang 5km lagi mereka akan sampai.

"Yah meletus bannya yah? Gimana ni yah? Jarak masih jauh lagi,juga sepi inikan masih daerah perkebunan jadi gak ada rumah penduduk" cerca Aqila.

"Ya udah kita dorong aja ya sampe rumah? Kamu mau naik di sepeda apa ikut dorong?" Tawar pak Sudarmono.

"Ikut dorong aja yah,kasihan sepedanya kalo peleknya meleot" Jawab Aqila sambil turun dari sepeda biru itu.

Sudah cukup lama mereka menempuh jalan yang tak ada ujungnya akhirnya mereka beristirahat di tepi sungai yang deras.

"Qila kamu cape gak,gimana kalo kita istirahat dulu disini?" Tawar pak Sudarmono ke Aqila.

"Istirahat dulu aja yah,Qila cape. Jalannya lurus terus kaya gak ada ucungnya" Keluh Aqila.

"Baiklah,tapi sebentar saja ya ini sudah sore" Imbuh pak Sudarmono.

"Oke ayah,Qila sayang ayah" Setelah Qila mengatakan itu pak Sudarmono tersenyum tulus dengan perkataan anaknya itu.

"Ayah itu ikannya banya! Gimana kalo kita istirahat sambil cari ikan?" Ajak Aqila.

"Kamu mau?" Tanya pak Sudarmono.

"Mau!!" Seru Aqila dengan suka ria.

Sepeda usang itupun mereka parkiran didekat jembatan dan mereka turun ke sungai untuk mencari ikan dengan peralatan seadanya.

"Ayah! Nangkep ikannya pake apa?" Tanya Qila. Pak Sudarmono pun tampak berfikir sambil melihat kekanan kekirim siapa tahu ada sesuatu yang bisa digunakan untuk menangkap ikan.

"Hmmmmm...itu tuh ada jaring tergeletak,kelihatannya bisa di pake?" Kata pak Sudarmono.

"Oh itu" Tunjuk Aqila. "Kamu cari ranting atau apalah buat nangkep ikan sama tali atau rumput yang waktu itu kita gunakan untuk ngikat ikannya ya Qila?" Perintah pak Sudarmono.

"Siap laksanakan komandan!" Seru Aqila sambil hormat. Ayahnya hanya tersenyum karena bangga dengan anaknya itu mau diajak susah bareng.

Setelah beberapa jam akhirnya mereka mendapatkan buruannya,ya walaupun tak terlalu banyak tapi setidaknya bisa untuk mereka makan bertiga di sore hari ini.

Setelah selesai mereka pulang,ayahnya mendorong sepeda sedangkan Qila berjalan didepan sambil berlari kegirangan menenteng ikan-ikan yang malang itu.

Sampai dirumahnya Aqila berteriak kencang,"Kakak! Aqila pulang bawa sesuatu kakak mau gak?" Tak ada jawaban.

"Kakak mau gak kalo gak nanti Qila habisin sama ayah Lo,kakak gak dikasih!" Tak ada jawaban lagi.

Qila berdiri dibawah dengan kening berkerut sambil menatap pintu rumahnya.

"Kenapa dek?" Tanya pak Sudarmono. "Kakak gak jawab yah padahal udah dipanggil-panggil kenceng banget masa gak denger?!" Kesal Aqila sambil menghentak-hentakkan kakinya di tanah.

Akhirnya Aqila memutuskan masuk dan mencari kakaknya namun kosong tak ada orang di dalam.

' Kemana nih kak Deni kok gak ada sih?' batin Aqila.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekatinya Aqila pun ingin namun,"Dor...!!!! Nyariin kakak ya?" Qila hanya memasang muka datar karena apa yang dilakukan kakaknya itu tidak ada efek sampingnya ke Aqila.

"Loh kok gak kaget sih?" Heran Deni. Aqila hanya membuang muka malas sambil memutar bola matanya lalu berjalan menyusul ayahnya sambil berkata,"Gimana mau kaget orang udah tahu langkah kakinya"

Deni membuntuti Aqila sambil bermonolog sendiri"Masa sih?" Lalu dia tersadar ternyata rumah panggungnya ini menimbulkan suara decitan yang cukup ketara jika ada yang berjalan.

Hari sudah sore bahkan menjelang magrib. Mereka sudah mandi sudah memasak saatnya makan malam bersama.

Aqila memakan lahab ikan gorengnya seperti orang kesetanan,"Adek kalo makan itu yang sabar Napa gak baik anak cewek makan kaya barongan!" Cerca sang ayah.

"Tuh dengerin nasehat ayah!" Titah Deni."Abisnya enak sih yah hehe.." jawab Aqila sambil memasukkan suapan terakhir kedalam mulutnya.

Makan malam akhirnya selesai,pak Sudarmono sedang mencuci piring kotor sedangkan Deni dan Aqila sedang menonton tv di luar bersama penghuni rumah panggung lainnya.

Ya mereka hanya punya satu tv itu juga milik juragan kebun jeruk ini yang luasnya Masya Allah. Tv kecil itu mereka manfaatkan untuk menghilangkan lelah atau untuk mengetahui berita-berita terkini.

Namun saat ini mereka sedang menonton acara sepak bola yang sangat ramai karena Indonesia vs Malaysia. Semua orang berteriak histeris saat bola hampir masuk ke gawang lawan.

Ayo terus maju!

Oper-oper!

Gocek kanan gocek kiri!

Lari yang kenceng musuh ada dibelakang,lari!!!Lari!

"Daaaannnnn.....GOLLLL!!!!" Teriak histeris mereka semua. Akhirnya pertandingan dimenangkan Indonesia dengan scor 3:2.

Mereka semua berteriak bergembira ada yang melepas bajunya lalu diputar-putar di atas kepala sambil berteriak "hore!hore!hore!Gol Indonesia Gol"

Setelah acara sepak bola selesai Qila dan kakaknya memilih pulang walaupun hati ingin tetap tinggal karena masih banyak orang di sana sambil menunggu acara selanjutnya.

Malam sudah menunjukkan pukul sebelas malam waktunya Deni dan Aqila tidur sebenarnya tidur terlalu malam untuk anak seusia mereka tidak baik,tapi kebiasaan di lingkungannya yang membuatnya terbiasa.

Mereka pulang kerumah lalu menyiapkan kardus bekas untuk alas mereka tidur dan mencoret-coret kardus bekas itu dengan kapur ajaib biar tidak di gigit semut kata ayah mereka. Mereka hanya menurut apa perkataan pak Sudarmono.

Awas banyak typo😁

Jangan lupa vote ya kawan biar semangat nulisnya🤗

Cilacap,28Juli2019

Malaikat KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang