Jangan pernah menunggu kabar,jika dia tidak ingin memberi kabar. Karena itu percuma.
_SDM_
Enam bulan berlalu namun tak ada kabar dari sang istri pak Sudarmono hanya bisa terus menerus menunggu dan menunggu.
Beribu pertanyaan muncul dipikirannya apakah dia sampai tujuan dengan selamat? Apakah dia sudah makan? Apakah orang di sana baik-baik? Apakah dia masih ingat dengan kami yang ada disini?
Namun semua pertanyaan itu hanya pertanyaan tanpa bisa dia jawab sendiri.~&~
Berjalannya waktu pak Sudarmono mulai mengiklankan istrinya,kini dia sedang memasak sambil mengawasi kedua anaknya yang bermain bahan yang akan dimasak.
"Aqila itu terongnya jangan buat mukul kakak nanti kakaknya sakit gimana? Aqila mau ngobatin?" Pak Sudarmono sedang memotong cabe sambil melerai anaknya yang sedang bertengkar.
Deni pun mengadu,"Aduh...aduhh..Aqila sakit tau,itu dengerin kata ayah!"
"Salahnya siapa yang nakal duluan?!" Aqila pun berdiri sambil memungutin terong-terong yang berserakan lalu diberikan ke pak Sudarmono.
"Siapa dulu yang gemesin?! Au ah aku mau main aja diluar dulu ya yah" Deni berpamitan ke pak Sudarmono
Pak Sudarmono hanya bisa menghela nafas dengan sikap kedua anaknya,"Aqila santiku kamu kan udah besar gimana kalo ayah ajarin kamu masak mau gak?"
"Mau yah! Tapi apa iya Aqila udah besar? Aqila Ama ayah aja besaran ayah,masa ayah bilang Aqila udah besar?" Aqila pun cemberut karena dibilang sudah besar tp dia hanya sepaha orang dewasa.
Pak Sudarmono hanya tersenyum dengan tingkah lucu malaikat kecilnya itu yang telah diberikan Allah untuknya.~&~
Aqila kini sudah bisa memasak walau umurnya belum genap empat tahun. Sekarang Aqila sedang di dapur untuk menyiapkan makan siang untuk pak Sudarmono yang sedang bekerja di kebun.
Beberapa bulan ini pak Sudarmono sedang memanen pohon jagung disebrang sungai. Ya memang di Kalimantan terkenal dengan sungainya jadi wajar jika ladang dengan desa dipisahkan oleh sungai yang panjang dan tak jarang ada buayanya.
Dan tadi pagi Pak Sudarmono lupa bahwa dia mengijinkan Aqila untuk mengantarkan makan siangnya ke ladang,itu artinya Aqila harus melewati sungai itu yang jembatannya hanya beberapa potong pohon kelapa.Dirumah Aqila sedang tersenyum bahagia karena hari ini dia akan pergi ke ladang untuk menemui Ayahnya diantar kakaknya yaitu Deni.
"Makanan sudah siap saatnya pergi ke ladang" Aqila bersiap untuk pergi ke ladang dan menyiapkan apa saja yang akan dia bawa.
Dari arah pintu Deni datang sambil membawa ember kecil berisi peralatan mandi dan berkata,"Dek udah siap apa belum makanannya kakak lapar nih?"
Aqila pun menjawab,"Udah, kak kita keladang yuk makan bareng sama ayah mau gak?"Ya mau lah masa enggak tungguin bentar ya! Kakak mau naroh ini di dapur" Deni pun mengangkat ember kecil berisi sabu dan Pepsoden keudara untuk diperlihatkan kepada Aqila.
"Iya,aku tunggu di depan ya! Jangan lupa tutup pintunya!"
Tak ada jawaban?ya itu sudah biasa.
~&~
Aqila dan Deni sudah sampai di tepi sungai saatnya mereka menyebrang. Namun saat Deni mau melewati sungai dia berhenti karena bajunya seperti ada yang menariknya.
Deni pun menoleh ke belakang ternyata Aqila yang menariknya di pun heran 'Ini anak ngapain megangin bajuku Mulu katanya mau ke ayah' dalam benaknya.Sampai-sampai keningnya menampakkan guratan kebingungan dan alisnya terangkat sebelah.
"Takut" Satu kata yang lirih namun masih bisa di dengar Deni dari adiknya itu.
"Mau gendong?" Satu tawaran yang tidak bisa Aqila tolak jika di gendong akhirnya Aqila menganggukkan kepalanya pertanda bahwa dia setuju.
Disaat sedang menyebrangi jalan Deni menjahili Aqila jadilah Aqila membalas perbuatan Deni karena telah menjelma hidungnya dan berkata,"Takut? Ah...Cemen anaknya ayah mono masa Cemen!"
"Apan sih kak?! Hidungku jangan digituin nanti tambah pesek gimana?!" Aqila berusaha mencubit tangan Deni yang akan menoel hidung Aqila lagi.Disisi lain ada temannya pak Sudarmono yang melihat si biang kerok datang jadi pak Wawan bemberi tahu pak Mono.
"No! Mono! Itu anakmu datang bawa makanan kali!" Pak Wawan pun berteriak karena jarak yang lumayan cukup jauh.
Disaat pak Sudarmono berbalik dia melihat anaknya seperti ditanduk kematian makannya pak Sudarmono berlari terbirit-birit menghampiri anak-anaknya.
Tiba-tiba keseimbangan Deni mulai terganggu karena dia selalu bergerak ke kanan ke kiri untuk menghindari cubitan Aqila.
"Deni....Aqila....aaawassss..jatuuuhhhhh....!!!!"
Kurang satu langkah lagi dan mereka pun akan jatuh,"Wust!! Akhirnya ketangkap juga"
Mereka kini berada diperlukan sang ayah,jika telat satu detik saja mungkin anak mereka akan tiada.~&~
Setelah kejadian itu Aqila dan Deni dimarahi abis-abisan terutama Deni karena sudah tidak becus menjaga adiknya.
Mereka kini tidak boleh pergi ke kebun lagi,karena pak Sudarmono takut jika kehilangan anaknya lagi.
Pak Sudarmono akan pulang jika itu waktunya makan siang seperti sekarang.
"Deni Aqila kalian disini betah apa enggak? Seandainya kalo kita pindah gimana?" Tiba-tiba pak Sudarmono berkata disela-sela makan siang bersama kedua anaknya.
Deni yang lebih cepat tanggap dia pun menjawab,"Deni betah disini yah,bisa mancing,panjat pohon,ada paman,bibi, nenek apalagi kakek yang sayang banget sama Deni. Emang kenapa ayah tiba-tiba tanya kaya gitu?"
"Ayah hanya lelah menunggu kabar dari ibu kalian disini,ayah ingin suasana baru yang tidak ada sangkut pautnya dengan ibumu" Pak Sudarmono menjawab dengan lesu dan kepala tertunduk sambil membereskan sisa makan siang mereka.
"Jadi...?" Pertanyaan Deni dijeda Aqila."Yah...Apa ibu tak rindu Ama Qila,apa ibu gak sayang sama Qila,apa Qila gak pernah diinginkan sama ibu yah?" Celotehan Aqila seketika membuyarkan lamunan Pak Sudarmono.
"Kenapa Qila bisa bilang begitu?" Pak Sudarmono pun heran dengan pertanyaan yang dilontarkan Aqila karena tak sewajarnya ana kecil tau tentang hal seperti itu.
"Ya Qila ngerasa kaya gak diinginkan aja,ya masa Qila ditinggal ibu sejak umur tiga tahun,kakek sayang banget sama kakak,Qila kaya gak padahal waktu itu Qila disampingnya kakak tapi malah kakak yang cuma diajak bicara sama dipangku. Qila masa disuruh duduk dibawah" Qila pun menjelaskan panjang lebar tentang kakeknya yang pilih kasih.Ya walaupun sebenarnya neneknya sikapnya agak dingin ke Qila tapi tak separah Kakeknya.
Diapun selalu bertanya dimana ibunya? Temannya punya ibu punya ayah tapi mengapa dia cuma punya ayah ibunya mana?
Dia selalu bertanya ke ayahnya namun jawabannya selalu sama. Jika ayah bisa menjadi ibu buat apa Qila butuh ibu. Kini Qila udah bisa dengan pertanyaan dan jawaban yang selalu dia dengar berulang kali.Maaf ya kalo typo.
Ini ceritanya kepanjangan ya? maaf ya😁Jangan Lupa Komen and Starnya ya😊
Cilacap,21 Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat Kecil
De TodoAyo kepoin cerita "MALAIKAT KECIL" Cerita ini mengisahkan perjalanan hidup gadis kecil yang bernama Aqila yang ditinggal ayahnya pergi bekerja dan dititipkan ke teman ayahnya Aqila yang baik dan dapat dipercaya untuk menjaga Aqila. Bagaimana kisah h...