Terusik oleh pencahayaan yang berasal dari jendela kamar, bangun dengan kepala yang sedikit pusing sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, jisoo mengernyit mengetahui kalau ini bukanlah kamarnya.
Menoleh kesampingnya terdapat rose yang masih tertidur begitupun jennie dan lisa yang dikasur seberang sana. Menampik selimut lalu berdiri dan menggaruk kepalanya, jisoo berjalan mendekati lemari yang didepannya terdapat sebuah kaca besar.
Mengamati tubuhnya yang masih terbalut pakaiannya semalam, jisoo menghembuskan nafasnya lega mengetahui dirinya baik baik saja.
Melihat rambutnya yang sedikit berantakan, jisoo mencepolnya keatas menggunakan karet rambut yang selalu tersedia di pergelangan tangannya.Berjalan mendekat kearah kasur yang ditempatinya tadi, dia menggoyang goyangkan badan rose agar terbangun begitupun yang dilakukannya pada jennie dan lisa.
"Aiishhh benar benar. Tidak bisahkah kau membiarkanku tertidur sebentar, jisoo??? Aku sangat mengantuk. Besok pagi harus kuliah." lisa terduduk dengan mata yang masih terpejam
Jisoo yang melihat itu memutar bola matanya jengah, "Hei manoban. Buka dulu mata mu baru berbicara." katanya
Lisa yang mendengar suara jisoo langsung membuka matanya perlahan lahan. "Sudah pagi??? Sejak kapan???"
"Sejak kapan pantatmu! Ini memang sudah pagi. Bahkan mendekat siang." ujar jisoo menoyor kepala lisa
"Yak! Kita ada dimana?" rose berdiri mengamati seisi ruangan
"Hey, kenapa berisik sekali?" jennie mengucek ucek matanya
"Cepatlah bangun. Aku juga tak tau kita ada dimana. Seingatku semalam kita ada di kedai ramen setelah menonton film dikamarku." ucap jisoo
Lisa ikut berdiri, "Kedai ramen. Hm, kedai ramen. Iya! Kedai ramen! Astaga... Semalam kita minum banyak sekali. Pasti kita mabuk!" katanya
"Ya aku tau." sambung jennie kelewat santai
"Terakhir kali yang kuingat... Akh! Kepala ku sakit! Aku tak ingat apa apa..." rose memegangi kepalanya
Jisoo berjalan mondar mandir. Memikirkan siapa yang membawa mereka kesini. Bahkan, tempat ini saja mereka tidak tahu ada dimana. Apa mereka diculik? Aish, tidak mungkin. Siapa yang mau menculik gadis seperti mereka? Bermulut kasar dan banyak permintaan. Atau karena wajah mereka yang bisa dikatakan hampir sempurna? Entahlah. Jisoo semakin pusing.
"Hey, kenapa pintunya dikunci?!" lisa memutar mutar knop pintu yang sayangnya tidak dapat dibuka. Seperti dicegat dari luar.
"Heh, bodoh. Mana mungkin pintunya terkunci." jennie berjalan mendekat
"Coba saja kalau tidak percaya." jennie pun memutar mutar knop pintu yang memang benar tidak bisa dibuka.
"Cih, mengataiku saja bodoh. Dia sendiri tidak berkaca." ledek lisa. Jennie hanya memutar bola matanya jengah
"Jendelanya dibatasi besi. Bagaimana kita bisa keluar???" rose memegangi pembatas besi yang melapisi bagian luar kaca jendela.
"Apa jangan jangan kita ini diculik..." terka lisa
"Dasar sinting! Mana ada yang mau mencuri gadis gila sepertimu." sela jennie
"Hei pipi mandoo! Nyatanya kau lebih gila dariku. Dasar wajah datar!" sahut lisa tak terima
"Lalu kau sebut apa wajah tanpa ekspresimu itu jika wajahku datar?" tanya jennie sebaliknya
"Aish, terserah." dan jennie menyeringai senang
"Ah! Dimana ponselku???" jisoo merogoh saku celana jeans nya
"Tidak ada di sakumu? Bagaimana kalau di tas mu?" tanya rose. Dan jisoo mendapati tasnya yang terletak diatas meja persegi tak jauh dari kasur mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold✔
FanfictionKetika Jisoo dan tiga sahabatnya harus ikut mencari siapa pembunuh gadis yang menjadi ratu ketujuh lelaki itu. ft. BTS