Merasa lelah mendengar ocehan dosen yang sama sekali tak masuk kedalam pikiran, rasa ingin cepat selesai dan keluar dari kelas mendesak agar segera dilaksanakan.
Pun menjadi murid berpengaruh di kampus bukan menjadi andalan yang biasanya bisa digunakan untuk bebas berbuat apa saja. Nyatanya memiliki kakek pendonatur terbesar di universitas membuat segala kegiatan yang dilakukan rose dan teman temannya justru dipantau oleh ajudan keluarganya.
Memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa bolos tidak mengikuti kelas hari ini pun buyar seketika, saat tadi pagi dosennya yang paling dihindari mengoceh panjang lebar mengingatkannya untuk mengumpulkan tugas minggu lalu yang belum ia serahkan hingga saat ini.
Dengan meregangkan badannya yang sedikit kaku karena kebanyakan duduk menatap lurus kedepan saat dosen menjelaskan, rose meraih tasnya dan keluar kelas saat mata kuliahnya sudah selesai.
"Aku membencimu Moon Taeil. Sangat membencimu." gumamannya yang bahkan hampir tak terdengar, mengudara begitu saja saat dosennya yang menyebalkan itu mendahului jalannya.
Bersikap acuh menghadapi tatapan tatapan setiap orang di fakultasnya sudah menjadi rutinitas setiap hari yang seorang Roseanne park lakukan. Berjalan menuju parkiran tempat mobilnya terpakir untuk segera menuju caffe langganan dia dan sahabatnya sering berkumpul.
"Pesankan bubblegum boba-ku. Sepuluh menit lagi sampai. Jangan banyak ocehan. Aku membencimu. Bye~"
"Aku juga membencimu, muach~"
Mematikan sambungan poselnya lalu memasang sabuk pengaman dan melajukan mobilnya dengan cepat, rose tampak tenang dengan bersenandung mengikuti alunan musik yang terputar dari tab mobilnya. Sore ini merupakan sore yang lelah menurut rose.
Berada di fakultas hampir satu hari, mendengar ocehan seorang moon taeil, Hingga saat seorang pria berdiri didekat lampu merah dengan topi dan peluit khasnya. Sial, pasti sedang razia.
"Kemana koo junhoe bodoh itu?!" memukul setir lalu mendumal kesal, rose menepikan mobilnya sebentar dan mengambil ponselnya untuk mencari nama kontak seseorang yang dua tahun terakhir ini menjadi kekasihnya. Pun setelah mendengar sambungan suara diseberang sana, gadis korea berperawakan bule itu berbicara,
"Kenapa tidak bilang ada razia? Aku lupa membawa sim. Apa otak tampanmu itu rusak, sayang?" bernada dingin seperti biasanya, koo junhoe di seberang sana sudah ketakutan saat kekasih cantiknya mulai bertelepon perihal razia yang rekan kerjanya lakukan. Ya. Koo junhoe itu seorang polisi muda yang sudah berkarir besar.
" S-sayang... B-bukan begitu... Aku lelah sekali menjaga posko sampai lupa memberitahumu. Sekarang kau ada dimana?"
"Menurutmu? Apa razia kendaraan yang dilakukan seorang polisi sepertimu dilakukan di rawa rawa? Oh, itu keren sekali." Sedikit seram juga ya... Walaupun june diseberang sana sedang menahan tawa, mendengar kalimat kelewat datar tapi bernada lucu yang dilontarkan kekasihnya.
" Ehe. Maaf. Kalau begitu nanti katakan pada yang sedang menjaga razia kalau kau kekasih koo junhoe."
"Huft. Baiklah, akan kulakukan. Sampai jumpa. Aku mencitaimu." ucap rose. "Tapi bohong." sambungnya kelewat kecil yang tak dapat didengar june.
"Aku lebih mencintai--
TTUUTT.
"Menyebalkan." meletakkan ponselnya kembali lalu menjalankan mobil, rose menghentikan laju mobilnya saat seorang polisi tinggi yang ia perkirakan seumuran dengannya itu memberi isyarat padanya agar berhenti.
"Boleh saya lihat surat mengemudi anda?" tanyanya ramah saat rose menurunkan kaca mobilnya.
"Maaf, saya lupa membawanya. Tadi saya buru buru karena kakak saya masuk rumah sakit. Bisa saya lanjutnya perjalanan saya?" bohong rose memasang wajah sedihnya
Polisi tadi berdehem. "Maaf, kalau begitu anda harus ikut saya ke kantor untuk menjelaskan semuanya."
Rose menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu menatap name tag polisi itu seraya berkata, "Tapi, koo junhoe itu kekasih saya. Kami baru bertemu tadi, masa harus bertemu lagi... Chanwoo-ssi." ujarnya yang membuat polisi berpipi tembem itu kaku seketika
"B-baiklah. Anda boleh melanjutkan perjalanan anda. Lain kali jangan lupa membawa surat mengemudi ya nona. Berhati hatilah." tersenyum kaku saat mempersilahkan rose menjalankan mobilnya, chanwoo hampir saja kelihangan nyawa saat menyadari perempuan cantik yang hendak ditilangnya merupakan kekasih dari atasannya sendiri.
•=•
"Kau mengetahuinya? Jinjja?" Meneguk kembali ice mocha nya, ia menatap tak percaya kearah lawan bicaranya
"Tidak semuanya. Aku mendengarnya dari wendy unnie. Dia bilang kalau chungha mengundurkan diri dari kuliahnya karena malu kalau dia hamil diluar nikah dan masih kuliah." sang lawan bicara hanya menjawab seadanya dengan tampang datar
Si ketiga menyahut, "Kau tahu dari wendy unnie. Lalu wendy unnie tahu darimana?" tanyanya
Si kedua mengendikkan bahunya. "Tidak tahu. Dan tidak peduli. Hanya mendengar saja."
Tak lama, rose datang menghampiri meja ketiga gadis yang sedang berbincang tadi. "Maaf lama." ucapnya lalu mengambil duduk disebelah gadis ketiga.
"Ya ya. Seperti biasanya. Kau tau rose, kalau chungha sebenarnya mengundurkan diri dari universitas bukan karena pindah keluar negeri--
"Tapi malu karena hamil." sambung rose
"Wahh, gossip tersebar begitu cepat ternyata."
"Memangnya kau hidup di zaman mana sampai teknologi canggih seperti sekarang saja tidak tahu?" tanya rose menatap lisa--si gadis pertama
"Memangnya aku dirimu yang harus mengetahui segala sesuatu?" dan adu mulut paling pedas pun akan segera dimulai...
"Sudahlah. Jangan berisik. Perdebatan sampah kalian merusak telinga suciku." timpal si gadis ke dua--jennie
"Buang saja telingamu ke tong sampah sana!" ujar rose dan lisa bersamaan
"Ada baiknya jika mulut kalian berdua juga ikut dibuang." sambung jisoo--si gadis ketiga
"Dan itu semakin baik jika wajahmu juga ikut serta didalamnya." baiklah baiklah. Jisoo mengalah. Lebih baik ia melerai kedua--ralat ketiga sahabatnya ini daripada semakin ribut hingga memancing atensi banyak orang melihat kearah mereka.
"Berhe--
Niat ingin memisahkan ketiganya, ucapan jisoo justru terhenti saat pintu caffe terbuka dengan masuknya tujuh lelaki tampan yang sama sekali mereka berempat tidak ketahui identitasnya. Beserta tiga gadis yang sedang adu mulut tadi terdiam secara otomatis.
Mereka berempat terdiam. Saling bertukar pandang dengan isyarat menayakan siapa para lelaki itu. Kenapa setelah hampir empat tahun mereka selalu berkunjung ke caffe ini, para lelaki itu baru ada sekarang? Mungkin pengunjung baru? Entahlah.
Mereka tidak peduli. Yang memang dasarnya keempat gadis itu dianugerahi sifat ketidak pedulian yang cukup tinggi terhadap sesuatu ditambah lingkungan sekitar mereka yang membuat mereka muak sehingga terciptanya kalimat kasar yang keluar dari mulut savage keempatnya, mereka memilih diam dengan tampang dingin seperti biasanya seraya berkutat dengan ponsel masing masing.
Hingga pada saat para lelaki itu berjalan melewati meja mereka, salah satu diantara lelaki itu berbisik ditelinga gadis kedua, "Kita semua bertemu juga." disertai seringaian yang tak bisa dilihat lalu kembali berjalan mengikuti gerombolannya menuju meja paling pojok yang tepat berada diseberang keempat gadis tersebut.
•=•
a/n: Gimana nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold✔
Fiksi PenggemarKetika Jisoo dan tiga sahabatnya harus ikut mencari siapa pembunuh gadis yang menjadi ratu ketujuh lelaki itu. ft. BTS