· ✵ -prolog
✵ . . ✧ *
˚ . ✵ .
*.
✷ * . .
✵❀✿****✿❀
Suasana di rumah sakit megah di seoul itu nampak tenang dari luar, tapi tidak dari dalam rumah sakit itu.
Para dokter dan suster yang terus berlalu lalang tanpa henti, memasuki kamar demi kamar pasien, memastikan setiap pasien dalam keadaan baik baik saja.
Berbeda dengan koridor lantai lima rumah sakit tersebut.
Hanya ada suara isakkan yang mendominasi di koridor tersebut.
Rasa kesal, sedih, dan tak menerima, yang saat ini mereka rasakan.
Seorang lelaki paruh baya yang terlihat tampan, dengan seorang remaja saat ini sedang terisak bersahut sahut, dengan suara isak sang remaja yang dominan.
Apa yang mereka alami hari ini, tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Seorang dokter keluar dari kamar yang berada di depan kedua orang tersebut, disusul beberapa perawat lainnya yang membawa brankar rumah sakit, dengan seorang tak bernyawa yang tertidur damai di atasnya.
"B-bunda?...Hiks" lelaki paruh baya yang diketahui adalah ayah dari pemuda itu pun mengusap punggung anaknya, berusaha menenangkan.
Mereka berdua mengikuti para suster menuju ruang jenazah. Dengan keheningan, dan isakkan kecil yang masih keluar dari bibir si pemuda.
Hingga seorang suster datang menghampiri. "Pak, mohon untuk menyelesaikan administrasinya terlebih dahulu" ucapnya, lelaki tampan itu mengangguk, menatap sang putra, menepuk pundaknya dua kali lalu berlalu untuk menyelesaikan administrasi istrinya tersebut.
Masih dengan isakkan kecil, kaki jenjangnya masuk kedalam ruang jenazah.
Menahan tangis nya yang akan segera pecah. Tangannya bergerak memegang tangan dingin milik sang bunda.
"B-bunda kenapa ninggalin hyunjin?" Suaranya bergetar, berusaha sekuat mungkin agar tangisnya tidak pecah saat itu juga.
"Bukannya bunda janji ga akan pergi? Bunda bilang..hiks..kita akan berjuang bersama" satu isakkan lolos di tengah tengah kalimat yang tengah ia ucapkan.
Sungguh rasanya ini sulit. Kehilangan sesuatu yang paling berharga bagi kehidupan kita untuk selamanya. Setidaknya, jika bundanya masih ada, ia tak kan pernah sendirian karna sang ayah yang selalu sibuk. Tapi kini? Ia harus kemana jika ia merasa bosan akan kesendiriannya?
Biasanya ia akan mengganggu bundanya yang sedang bekerja di ruang kerjanya, agar mau memasakan makanan kesukaan untuknya, atau hanya sekedar berbincang menemani sang bunda di ruang kerjanya.
Tapi kini yang ada hanya kekosongan, tak ada lagi canda tawa di ruang makan, tak ada lagi kalimat penenang kala ia terjatuh, tak ada lagi harum nasi goreng yang menguar ketika sang bunda memasukan semua bahan bahan itu kedalam wajan.
Kosong
Seperti ruang kerjanya yang perlahan kosong. Barang demi barang dimasukkan kedalam dus, lalu dibawa entah kemana, hingga tak ada yang tersisa.
Semua barang yang ada didalam kantor sang bunda memiliki beribu kenangan. Keramik keramik yang tersusun rapih di samping meja kerja sang bunda selalu menjadi saksi bisu kehangatan ibu dan anak itu.
Tapi kini, entah apa yang ada di Fikiran ayahnya, semua barang barang itu dibawa hingga tak ada satu pun yang tersisa.
Hyunjin fikir, bagaimana ia mengingat semua kenangan bundanya jika semuanya sudah hilang?
Hyunjin tak habis fikir dengan ayahnya yang dengan mudahnya melupakan sang bunda. Begitu asumsi hyunjin.
Ia marah
Fikiran Fikiran buruk tentang ayahnya mulai bermunculan.
Bagaimana jika sedari dulu ayahnya memang tak pernah mencintai bunda? Atau mungkin dia sudah tak mencintai bunda lagi sejak saat penyakit itu muncul?
Tepat di depan batu nisan bertuliskan nama sang bunda, ia berjanji tak akan pernah melupakan setiap kenangan dan kehangatan yang bunda berikan kepadanya.
Dan mulai saat itu, hidupnya berubah, berubah menjadi dingin, dan penuh kekosongan.
❀✿**TBC**✿❀
[]
Gimana guys?
Lanjut?
Hehe
See u❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate - Hyunjeong
Random[hiatus] Hyunjin benci ayahnya Hyunjin benci keluarga barunya Terlebih, hyunjin benci ketika mengetahui fakta bahwa kini jeongin adalah adiknya. Warn! -BxB -ga tau dah incest apa bukan:") -sedikit bumbu mpreg -bahasa baku Start : 01-12-19 End : -