1. Hate

661 62 1
                                    

·  ✵  -HATE-  ✵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

· ✵ -HATE-
  ✵ .   .    ✧ *
        
˚ .  ✵ .  
    *.   
✷    * . .     
 ✵

❀✿****✿❀

Helaan nafas yang kesekian kali terdengar dari kamar hyunjin, ia menatap tak minat dirinya di depan cermin besar.

Sebenarnya ia sudah selesai bersiap untuk kesekolah sejak beberapa menit lalu, tapi ia sangat malas untuk turun kebawah dan bertemu mereka.

Ya, mereka yang sebulan lalu datang kerumah dan menghapus semua kenangan sang bunda -yang delapan bulan lalu pergi- dengan cepatnya, dan bersikap seolah tak tau apa apa.

Ahh, lagi lagi hyunjin teringat akan bundanya. Biasanya saat pagi seperti ini, harum nasi goreng selalu menguar hingga kekamarnya. Bukan seperti saat ini, yang masuk kedalam Indra penciumannya hanya makanan manis yang baru keluar dari oven, dan bau khas ayam kecap yang sedang dibakar.

Hyunjin tak suka, ia tak suka jika mereka menghancurkan seluruh kenangan bunda di dalam rumah ini.

Hyunjin suka saat harum masakan rumahan milik bundanya tercium, walau hanya sederhana, tapi hyunjin yakin ia melakukan itu dengan tulus di sela sela kesibukannya.

Ya walaupun hal itu terjadi sebelum penyakit bunda muncul. Bunda hyunjin memiliki penyakit kangker otak.

Awalnya hanya gejala gejala kecil yang terlihat, tapi memang penyesalan selalu berada di akhir. Seharusnya saat gejala gejala itu muncul, bunda langsung memeriksanya ke dokter, tapi sayangnya bunda memeriksakan dirinya pada dokter setelah penyakit itu mulai memburuk.

Entah karena faktor kelelahan, karna bundanya yang bekerja sebagai desainer. Walaupun bekerja dikantor yang berada di rumahnya, tapi hyunjin tau, bahwa bundanya selalu tidur larut malam, dan bangun sebelum matahari terbit.

"HYUNJIN! CEPAT TURUN!" Teriakan itu membuyarkan lamunan hyunjin. Dengan gerakan malas, ia mengambil tas gendongnya, memakainya sebelah bahu, lalu melangkah kaluar kamar menuju ruang makan.

Hyunjin mendudukkan dirinya, lalu menatap tak minat makanan di hadapannya.

"Hyunjin, cobalah pancake coklat itu, jeongin membuatkannya spesial" ujar sang ayah -bangchan- dengan semangat.

Jeongin ya?

Ahh, yang jeongin- ralat, bang jeongin adalah anak dari woojin, Istri baru dari bangchan .

Dan seseorang yang pernah singgah di hatinya.

Jeongin, masih dengan celemek berwarna soft bluenya, membawa nampan berisi dua coklat panas yang tertuang apik dalam gelas kaca.

Hyunjin menghela nafas pelan. Apa ayahnya pernah berfikir tentang penyakit diabetes jika memakan semua yang manis ini?

Tangannya terulur untuk mengambil pisau dan garpu yang disediakan. Memotong sisinya menjadi segitiga yang kecil, lalu memasukkan kedalam mulutnya.

"Jeongin, kau hebat bisa membuat pancake seenak ini. Coba tingkatkan lagi hobi mu ini, siapa tau suatu saat nanti kamu bisa membuka toko kue atau jadi chef terkenal" puji bangchan pada jeongin. Yang dipuji hanya tersenyum menampilkan gigi yang tersusun dengan rapih, hingga matanya menyipit.

"Aku selesai" ujar hyunjin sembari meletakkan pisau dan garpu, lalu ia mengambil tasnya yang tergeletak di sebelah kursi yang ia duduki.

Dulu ayahnya tidak seperti ini, saat bundanya masih ada, ayahnya sangat jarang melakukan ini. Duduk di meja makan, lalu memuji anaknya. Dulu yang ayahnya lakukan hanya lah bergelut dengan pekerjaan kantor hingga larut malam, selalu melewatkan makan malam bersama dirinya dan bundanya, lalu berangkat sangat pagi ke kantor.

Mungkin hyunjin benar, ayahnya memang sudah tak mencintai bundanya lagi.

Bangchan mengernyit melihat pancake yang hanya hilang satu potongan. "Apanya yang selesai hyunjin? Pancake mu masih banyak!" Tanya bangchan dengan nada yang sedikit naik.

"Aku tidak selera" setelah berucap begitu, ia berlalu dari hadapan ayah dan Mamah tirinya.

"Hyung! Tunggu aku!" Jeongin buru buru melepas celmeknya, menyimpan Nya sembarang tempat, lalu segera menyusul hyunjin yang sedang memakai sepatu.

Hyunjin berjalan ke arah mobil, supir sudah menunggunya disana, hyunjin berbalik tiba tiba, lalu menatap jeongin yang ada di belakangnya.

"Sudah ku katakan sebelumnya bahwa aku tak ingin berangkat satu mobil dengan mu!" Setelah berucap begitu, hyunjin masuk kedalam mobil dan pergi berlalu dari hadapan jeongin.

Namja manis itu menghela nafas kecil, lalu pandangannya teralih pada sepeda yang tersimpan di apik di pekarangan rumah itu.

"Tak apa jeongin! Ayo semangat!" Gumamnya, menyemangati dirinya sendiri.

Jeongin tak ingin membalas semua perlakuan dingin hyunjin, karna jeongin tau, suatu saat nanti tembok es besar yang mengelilingi hyunjin akan cair dengan sendirinya.

Dan jeongin yakin akan itu.

Tapi perlakuan buruk pada jeongin tak hanya sampai disitu. Bagai di asingkan, jeongin tak memiliki satupun teman di sekolahnya.

Jeongin itu tipe orang yang sulit bergaul, terlebih saat ini ia harus menjaga jarak agar hyungnya, ia tak ingin Mood hyungnya itu berubah karena melihat jeongin di sekitarnya, ia tidak mau hyungnya semakin membencinya, walaupun ia sendiri tak tau apa yang membuat hyungnya itu membencinya.

Mungkin dengan sedikit bersabar ia akan mengetahui alasan itu,

Mungkin...


❀✿**TBC**✿❀

[]

Apakah kalian ikut QnA di Twitter? Sekarang hari terakhir! Ayo semangat yang belum ternotis! Termasuk aku hehe.

Kalau aku di notice nanti, aku bakal Double up hhehe

DAN.... Aku ga sabar sama comeback besok huhu😭

Have a nice day!!




Salam dari nachimbong~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam dari nachimbong~


See u❤️

Hate - HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang