Miko

764 45 5
                                    

"Nilaa!! Cepetan dong! Gue ada kelas pagi nih." suara seseorang seketika menusuk gendang telinga gadis itu. Meski sudah dibatasi dengan pintu kamar, namun oktaf dari suara sang kakak tetap tidak terkalahkan.

Dengan sangat terburu-buru Nila mengambil baju yang tertinggal di ranjangnya. Tubuhnya hanya berbalutkan handuk dari dada hingga lututnya. Ia tak peduli dengan seekor binatang yang terus melihatinya. Bagi Nila, ia tidak perlu khawatir kalau kucing itu melihat tubuhnya hanya tertutup sebagian itu. Toh itu hanya seekor binatang. Bukan manusia sepertinya.

Di samping sibuk Nila memakai baju di dalam kamar mandi, kucing itu menggaruk-garuk kepalanya. Lalu berlenggang kangkung menuju ranjang Nila. Ia melengkupkan tubuhnya semungil mungkin. Membuat Nila menjadi gemas dan langsung menggendong kucing itu saat baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ya ampun Miko.. Lo lucu bangit sih." gemas Nila mencubit-cubit pipi mungil mucing itu.

Miko pun mengeong menanggapi pujian dari majikannya.

Setelahnya, dengan tergesa-gesa Nila langsung berlari kecil menuruni anak tangga. Sesampainya di bawah, ia mendapati kakaknya tengah memandang dia dengan muka garang.

"Maaf Kak Jingga, aku kebablasan.." kata Nila meminta maaf karena telah membuat kakak yang disayanginya menunggu. Dia pun hanya mengambil sehelai roti untuk sarapannya pagi ini di mobil sang kakak karena tidak mungkin jika ia memutuskan untuk sarapan sebentar sedangkan tampang dari kakaknya itu seakan mengatakan 'kalau sarapan dulu, gue tempeleng lo!'

"Cepetan deh! Ntar telat nih gue." sahut Jingga pada adiknya.

"Iya iya.. Ma Nila berangkat ya. Assalamu'alaikum." Nila menyium punggung telapak tangan mamanya dan berlalu.

------

Miko menggerak-gerakkan ekornya ke kanan dan ke kiri. Sesekali, ia juga melihati pantulan bayangannya di cermin besar milik Nila yang terpajang tepat di samping lemarinya. Melirik sejenak ke arah pintu yang sudah diusahakan  ia tutup dengan bokongnya, dalam hitungan detik ia berhasil mengubah penampilan secara sempurna.

Tubuh asli yang menjulang tinggi terlihat sejajar dengan cermin besar milik Nila. Rambut hitam pekat yang sudah agak panjang mengubah penampilannya berbeda dari dua tahun yang lalu. Tepatnya saat belum ada sama sekali orang yang membelinya di toko kucing. Dan hari-harinya hanya ia lewati dengan para kucing asli lainnya.

Ia menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Merapihkan helaian-helaian rambutnya yang sedikit berantakan dengan jemari kekarnya. Kaus oblong yang tak pernah diganti kini terlihat sedikit kusam. Dengan polosnya, Miko langsung membuka laci pakaian milik Nila. Niatnya untuk mencari kaus, tapi yang ditemuinya ialah berbagai kacamata dengan beraneka model dan warna, dan juga berbagai cd beraneka warna. Ia pun segera menutu laci itu dan beralir ke laci sebelahnya.

Setelah mendapatkan kaus hitam yang menurutnya cocok untuk ia gunakan, ia langsung segera menggantinya.

"Kecil-kecil, kausnya ada yang gede juga." gumamnya lalu berlenggang pergi keluar dari kamar itu. Tentunya dengan merubah wujudnya seperti yang diketahui oleh keluarga Nila.

Sedang asyiknya ia melangkah dengan pantat yang tergeol-geol, seketika kepala Miko terasa tertimbuk bola berukuran cukup besar.

"Kampret! Sakit banget kepala gue." gumam Miko dalam hati.

"Hei Pussy." kata Gio seraya menghampiri Miko yang sedang menggaruk-garuk kepalanya.

Miko segera menatap Gio dengan tatapan kucing garang yang seolah akan menerkam. Namun seketika berubah saat melihat ekspresi Gio yang terlihat frustasi dan urak-urakan. Entah apa yang terjadi dengan kakak dari majikannya itu. Niatnya yang sudah ia kobarkan untuk mencakar Gio pun langsung hilang melihat ekspresi lemas yang belum pernah ia lihat selama ini.

The Strange CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang