1. Penghuni Baru

4.5K 339 30
                                    

Akhir pekan ini, Ian berencana pindah ke sebuah rumah kos di daerah Bekasi. Rumah kos tersebut adalah rumah milik kerabat ibunya yang sudah lama tidak ditempati dikarenakan sang pemilik lebih sering menghabiskan waktu diluar negeri. Menurut ibunya, rumah tersebut lumayan besar dengan banyak kamar. Pemiliknya sendiri, yaitu Tante Wina, sempat menawarkan Ian untuk tinggal disana secara gratis namun Ian menolak. Katanya tidak enak hati jika hanya menumpang.

"Ian, masih berbenah ya Nak?"

Pemuda yang bernama lengkap Fedrian Ardhana itu tengah menata kardus-kardus berisi buku yang akan ia bawa. Ia mengenali suara wanita yang melahirkannya dengan jelas bahkan tanpa menatap sosok anggun yang kini tengah berdiri di depan pintu kamarnya.

"Iya, Ma. Sedikit lagi selesai."

"Mama minta Febi bantu kamu, ya?" Febi adalah adik Ian satu-satunya.

"Nggak perlu, Ma. Sudah selesai nih," ucap Ian saat meletakkan kardus terakhir berukuran kecil disudut ruangan. "Mama kenapa disini? Katanya mau ke tempat Tante Wina?"

"Nanti saja sama kamu, sekalian antar kamu kesana. Kamu langsung pindah kesitu atau cuma mau taruh barang-barang?"

"Hmm, langsung sepertinya. Besok juga sudah hari Senin, Ian harus ke kantor Om Chandra. Kata Tante Wina di rumah itu juga sudah ada tempat tidurnya, tinggal Ian beresin sedikit buat tidur malam ini."

Ian menatap ibunya yang kini memasang ekspresi sedih. Setelah dua puluh dua tahun, ini adalah kali pertama Ian tinggal jauh dari rumah.

"Nanti Mama kesepian deh nggak ada kamu."

Ian pun memeluk ibunya, mengusap punggungnya perlahan dan berkata, "Nanti Ian usahain pulang kalau dapat libur panjang ya, Ma."

"Janji ya? Ajak teman-teman di kosan baru kamu. Mama senang kalau rumah jadi ramai."

"Bukan cuma ramai nanti, tapi juga rusuh."

Mereka tertawa membayangkan suasana ramainya rumah jika diisi para penghuni kos yang akan Ian tempati, mengingat kosan itu dikhususkan bagi laki-laki.

"Kalau begitu, ayo makan siang dulu. Mama masak makanan kesukaan kamu."

"Wah, Ian pasti bakal kangen banget sama masakan Mama nanti."

"Makanya disana cepat cari pacar, biar ada yang masakin buat kamu nanti."

Ian tersenyum. "Iya, Mamaku sayang."

***

Di jalan Whalien nomor 52, sebuah rumah besar berdiri. Berdesain minimalis, rumah tersebut dibuat dengan halaman depan dan belakang yang luas agar menjadi rumah yang asri dan hangat bagi keluarga. Sebuah kolam renang kecil dengan gazebo dan kursi gantung menghias halaman belakang, tempat yang memang sengaja dideain untuk dijadikan area berkumpul keluarga saat hari libur tiba.

Salah satu penghuni setia gazebo tersebut adalah Fikri. Pria tampan berpostur tubuh mungil yang biasa disapa Ikki ini kerap menghabiskan waktunya di pagi hari dengan berjemur disamping kolam renang, kecuali jika ia ada mata kuliah pagi.

Fikri tengah berbaring di salah satu kursi santai di pinggir kolam renang. Beruntung langit sedang mendung, jadi paparan sinar matahari tidak terasa menyengat kulit. Tangannya sibuk menggeser layar ponselnya, mengamati tampilan dari akun Instagram miliknya yang baru saja dibanjiri notifikasi suka dan komentar dari para pengikutnya.

fikriarta

fikriarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MI CASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang