Arva dan Leon sudah bersiap-siap pulang ke pack. Semua karyawan cafe telah pulang. Menyisakan mereka bertiga.
Suasana sekitar cafe sangat sepi, hanya beberapa mobil yang terlihat melewati daerah ini. Cafe ini terletak tepat di dalam gang, dekat dengan jalan raya.
Cafe ini berhadapan dengan sebuah restoran. Di kanan dan kirinya, terdapat sekolahan dan gendung pencakar langit milik lembaga swasta. Cafe ini memang terletak di daerah yang strategis. Tempatnya tepat di Kota.
Kebanyakan pengunjung dari kalangan mahasiswa dan orang kantoran. Jam sibuk cafe tepat pada pukul 12, saat jam istirahat.
"Kenapa kalian tidak pulang?" tanya Noura. Ia memerhatikan Arva yang mondar mandir di depannya. Arva memang tidak bisa diam, walaupun semenit saja, tidak bisa dilakukan oleh shewolf itu.
Padahal sudah lewat 10 menit, waktu cafe tutup. Mereka sedang duduk di kursi panjang di depan cafe.
"Menunggu kamu, dijemput oleh Kakakku," ucap Arva, sangat ceria. Seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru.
Noura memutar bola matanya malas. Seharian ini, Arva dan Leon selalu menggodanya. Memanggilnya dengan sebutan Luna. Panggilan itu masih sangat asing diindera pendengarannya.
"Lama sekali." Leon berdecak kesal.
Terdengar suara decitan ban mobil, yang masuk ke halaman cafe. Mobil sport berwarna hitam metalic, telah terparkir rapi di sana. Ya siapa lagi, kalau bukan Orlan.
Orlan keluar dari mobil dan berjalan menuju mereka bertiga. Wajahnya terlihat sangat bahagia, senyum terus terpasang diwajah tampannya. Tentunya, senyuman dan tatapan lembut itu tertuju pada Noura yang terduduk manis di atas kursi. Ia terus menatap Noura, membuat Noura sedikit salah tingkah. Seolah Orlan tidak melihat keberadaan Arva dan Leon yang tengah melongo melihat perubahan drastis pada wajah Orlan. Alpha yang berwajah datar, dingin dan jutek. Sekarang sedang tersenyum lebar? Pemandangan yang sangat langka.
Orlan telah berdiri di depan Noura, Noura segera berdiri menyambut kedatangan Orlan.
"Maaf telat, membuatmu menunggu lama." Orlan berkata sangat lembut. Senyum tampan dan tatapan lembutnya masih setia tertuju pada Noura.
Noura wajahnya mulai merona --bagai kepiting rebus--, jikalau Orlan sedang menatapnya sangat intens seperti ini. "Ya, tidak masalah."
"Hm ...." Arva dan Leon kompak berdeham. Apa mereka tidak dianggap sama sekali?
Orlan dan Noura menoleh pada Arva dan Leon yang tengah menatap mereka sebal. Terutama pada Orlan, mereka sama sekali tidak dilihat.
"Kalian belum pulang?" tanya Orlan.
"Hah?" Arva cemberut. Apa-apaan kakaknya ini, sekalinya bertanya malah begitu. "Kakak harusnya berterima kasih padaku dan Leon. Kami berdua menunggu Kakak datang menjemput Putri Noura. Pertanyaan Kakak itu, terkesan sedang mengusir kami." Arva berdecak kesal. Berkacak pinggang, memelotot menatap kakaknya.
Orlan menggaruk tengkuknya.
"Alpha, Anda bahkan sedikit pun tidak melihat kami, ck." Leon menggeleng-gelengkan kepala. Heran.
"Ya, maaf. Terima kasih, sudah menemani Noura." Orlan tersenyum samar. Lihat, hanya tersenyum samar? Sungguh, kepada Noura saja, ia tersenyum sangat lebar.
"Ya, tidak masalah."
"Kalau jemput jangan kemalaman, Alpha. Untung ada kami yang menemani Putri Noura, jika tidak. Aku yakin, Putri Noura sudah kabur dari tadi. Tidak mungkin menunggu Anda," ucap Leon, terdengar seperti menyindir. Ia dan Arva tertawa kecil. Orlan memberengut, Noura cengar cengir.
![](https://img.wattpad.com/cover/114745598-288-k798155.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)
Fantasy(Fantasy Story) -Belum direvisi- Bukan lagi rahasia umum, jika bangsa vampir dan manusia serigala itu tidak pernah akur. Kedua bangsa tersebut saling menganggap bahwa bangsa mereka yang paling terbaik. Namun, bagaimana jadinya kalau ternyata mereka...