BAB 4 (SURPRISE!)

15 2 4
                                    


Dalam kondisi "mencekam" tersebut, ada satu teman angkatanku mendadak penyakit asma nya kambuh, dan dia mendadak kejang – kejang, semua orang menjadi sangat panik melihat keadaan temanku ini, dan entah dari mana tiba – tiba ada salah satu panitia yang dengan cepatnya menggendong temanku itu dan membawanya ke UKS. 

Terlihat juga Fadli yang ternyata sedari tadi berdiri di pintu masuk, setelah melihat ada salah satu temanku sakit dia berlari dengan kencang ke arah kelasku berniat menolong, tapi dia kalah cepat dengan temannya, saat itu wajahnya terlihat sangat cemas dan khawatir. Jujur yang aku pikirkan saat itu adalah betapa baiknya dia sampai mencemaskan orang yang bahkan dia tidak kenal sebelumnya, demi apapun, semenjak itu aku semakin jatuh cinta dengannya.

Kejadian temanku yang pingsan karena asmanya kambuh menambah ketegangan di ruangan itu, lalu aku teringat bagaimana keadaan wakil ketua panitia ospek, dan saat kulihat bagian bibir kirinya sudah berdarah dan berwarna biru akibat bogem mentah dari ketua panitia tadi. Semua orang hanya bisa diam, sehingga kala itu aku bahkan bisa mendengar bunyi detak jantungku sendiri, tidak ada yang berani mendongakkan kepala, semua orang menunduk takut dengan tatapan ketua panitia yang sangat tajam, seolah ia siap menerkam siapa saja yang melihatnya.

DUAARRRRR!!!!! 

Suara itu membuat aku secara spontan mendongak ke arah sumber suara. Rupanya berasal dari petasan portable yang dapat dihidupkan tanpa menggunakan api.

"SURPRISE!!!!!! Selamat adik adik kalian kena super trap!!!!!" teriak ketua panitia dengan riangnya.

Seluruh panitia di ruangan itu bertepuk tangan dan tertawa gembira, sementara kami sebagai murid baru hanya bisa melongo dan masih tidak tahu apa yang terjadi.

"Jadi, semua ini tadi cuma gimmick adik adik kuuuuu. Biar kalian gak tegang – tegang banget" ucap wakil ketua panitia.

"Dan soal darah ini, ini cuma make up ya" lanjut ketua panitia.

Belakangan aku tahu, kalau ternyata semua adegan urat tadi hanyalah gimmick untuk memeriahkan suasana, dan darah juga luka lebam di wajah wakil ketua panitia hanya make up yang dia pakai diam – diam saat perhatian kami teralihkan dengan kejadian pingsan temanku tadi. Tapi untuk masalah yang temanku pingsan tidak ada kaitannya dengan skenario yang mereka buat, itu pure memang temanku asmanya kambuh mungkin karena dia saking terkejut saat ketua memukul wajah wakil ketua tadi. Dan untungnya temanku tadi sudah sadar dan memaafkan skenario keterlaluan yang juga hampir membuat aku jantungan.

Setelah "drama kacangan" tadi usai, barulah panitia mengumumkan bahwa acara selanjutnya adalah mengirim surat cinta dan benci masing – masing kepada satu panitia. Setelah panitia memberi komando barulah satu persatu siswa maju untuk memberikan surat tersebut, aku, masih duduk di kursiku.

Aku memang sengaja menunggu semua maju kedepan sehingga suasana menjadi riuh, agar saat aku memberikan surat cinta tidak terlalu menarik perhatian. Dia? Ada disana, aku tidak kehilangannya, dia tepat segaris langkah denganku, dia masih pada posisinya, berdiri menyender pada pintu utama aula, wajahnya tidak terlalu jelas karena saat itu cahaya masuk tepat dari belakangnya, jadilah kala itu aku hanya bisa melihat siluet nya, yang hanya itu saja sudah sangat indah.

Suasana sudah cukup ramai, aku mulai bangkit dari kursiku, perlahan bergerak maju kedepan, langkahku mantap hanya bergerak ke depan, karena memang dia tepat di depanku. Pelan tapi pasti dia semakin dekat dan jantungku berdebar semakin kencang, lalu sampailah aku di hadapannya. Aku kemudian menyerahkan surat tersebut, dia tersenyum kemudian menerima suratku. Wajah dan senyum itu terlihat sangat tulus, jadi meskipun telah hampir 3 tahun lebih berlalu bagaimana aku bisa melupakan momen itu?

Setelah surat itu sampai kepada tujuannya, aku segera berbalik dan berjalan cepat menuju tempat dudukku, terlalu malu untuk melihat bagaimana reaksi dia selanjutnya. Lalu aku duduk kembali di kursiku, berpura – pura untuk tidak gugup padahal aku gemetar setengah mati. Aku melihat ke arahnya kembali, ternyata, tidak hanya aku yang memberikannya surat cinta, di tangannya lumayan banyak surat, seketika aku merasa tidak puas dengan suratku. 

Aku hampir tercekat saat aku melihat dia membuka satu persatu surat yang dia dapat saat itu juga, kepercayaan diriku semakin runtuh dan aku sangat malu dengan diriku sendiri. Bukan karena isi suratnya, tapi karena surat yang aku buat aku beri nama dan kelas! Bodohnya! Memang ada surat cinta diberi keterangan kelas??! Dikira mau mengumpulkan tugas ke guru apa! Aahhhh! Benar – benar bodoh!!! Aku mengutuki diriku sendiri akan kebodohan atau kepolosanku yang keterlaluan ini! Dan kemudian aku lihat dia membaca surat terakhir yang sudah pasti dari aku, karena aku yang pertama kali memberi surat padanya. Saat membaca surat tidak banyak ekspresi yang ditunjukkan, hanya beberapa kali dia tersenyum simpul, itu pun tidak terlalu terlihat.

Selama ia membaca suratku, satu detik pun aku tidak pernah mengalihkan pandanganku darinya, membaca setiap raut wajahnya walaupun tidak terlalu terbaca, setiap kali matanya bergerak membaca surat yang aku tulis nafasku seolah tercekat, gugup, takut dia akan menganggap aku aneh, dan lagi surat itu aku bubuhi dengan nama dan kelas secara terang! Memikirkan dia akan tahu bahwa gadis bodoh dan jelek ini mencintainya membuatku merasa semakin tidak percaya diri. Hingga akhirnya, dia selesai membaca surat itu, tidak ada ekspresi aneh di wajahnya, dia bahkan dengan baiknya melipat kembali semua surat itu ke dalam amplop dan menyimpannya di saku bajunya. Barulah saat itu aku bisa bernafas dan kembali pada kenyataan. Setelah mengambil beberapa hela nafas, aku menoleh ke arah tempatnya berdiri lagi tapi dia sudah tidak di sana, entahlah mungkin sedang ke kamar mandi atau entahlah.

--------------------

Acara siang itu berakhir dengan luar biasa, sebab setelah semua acara hari itu selesai seluruh panitia berjajar rapi menyambut pulang para peserta ospek, kemudian mereka mengadakan sesi handshake sebagai tanda pertemanan. Aku sangat bersemangat soal ini, bagaimana tidak? Itu berarti aku akan berjabat tangan dengan Fadli!!! Kemudian dengan rapi para murid baru segera berbaris rapi untuk memulai sesi handshake dengan panitia, perlahan barisan di depanku mulai berkurang sehingga jarakku dengan Fadli hanya berjarak beberapa orang, hingga tibalah aku di hadapannya saat itu yang aku lakukan hanya menatap wajahnya dan menjabat tangannya, hanya itu. 

Masih terekam jelas bagaimana dia memberikanku senyum yang sama dengan saat dia menerima surat yang aku berikan, senyum itu, ekspresi itu, sangat amat aku ingat, masih teringat juga bagaimana hangat tangan itu ketika bersentuhan dengan tanganku seolah saat itu aku sangat ingin membungkus tanganku dengan plastik dan tidak pernah mencucinya. Tapi satu hal yang tidak aku tahu, hari itu, surat itu, senyum itu, merupakan awal hancurnya aku di masa SMA.



Gimana gimana ? kena gak sih adegan kejutannya? enggak ya? asshh ya sudah tidak apa - apa yang penting Khumi bisa pegangan tangan sama Fadli wkwkwkwk


Untuk next part kayaknya author mau hiatus dulu, karena kerangka ceritanya mau author benerin lagi, sekitaran 1 atau 2 bulan author akan balik lagi dengan cerita yang sudah tersusun rapi. SEE U NEXT IN AUGUST OR SEPTEMBER GUYSSS!!!!

Over ThinkingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang