HAI HAI HAI HALO HALO 안녕 안녕!! YOUR LOVELY AUTHOR IS BACK SAUDARA SAUDARA!
GIMANA? APAKAH KALIAN KANGEN AUTHOR? TIDAK?! IT'S OKAY AUTHOR TERBIASA TIDAK DIKANGENI WKWKWK
NAH CERITA KALI INI LEBIH FOKUS KE AWAL PERTEMUAN FADLI DAN KHUMI NIH, PADA KEPO GAK? KALO KEPO SILAHKAN SCROLL KALO TIDAK, SILAHKAN ANGKAT KAKI LALU PERGI KE POJOKAN, RENUNGKAN KENAPA KALIAN GAK KEPO SAMA CERITAKU, RENUNGKAN KENAPA KAMU GAK KEPO SAMA CERITAKU!
GAK DENG, CANDA HAHAHAHA, GAK LUCU! Buaghh! oke deh, cekidot.
Sebelum memulai cerita ini lebih jauh lagi, lebih baik kita mengenal bagaimana aku bisa mengenal Fadli dan bagaimana aku bisa jatuh hati, yah walaupun di bab awal kalian sudah tahu gimana pertemuan itu berlangsung, tapi alangkah lebih baik aku menceritakannya lagi lebih "niat".
-------------------------
Kala itu, aku, seorang anak ingusan yang baru menginjak masa remaja dan baru saja lulus dari seragam merah putih, dihadapkan pada pilihan yang sangat berat, di mana aku harus memilih antara SMP pilihanku dan juga SMP pilihan orang tuaku.
Pada awalnya aku memilih SMP X karena banyak sekali teman – teman satu SD ku yang memilih sekolah di sana, tapi berhubung jarak SMP tersebut dengan rumahku yang tergolong sangat jauh, kedua orang tuaku, terutama ibu menyarankan aku untuk masuk ke SMP 7, alasannya karena jarak yang tergolong dekat juga sekolah tersebut tergolong negeri dan lumayan favorit. Dengan berbagai pertimbangan juga sedikit paksaan dari orang tua, aku akhirnya memilih masuk SMP 7, dan siapa tahu, dari sinilah luka dan tawa datang silih berganti menimpaku, seolah merupakan dua hal yang identik.
Singkat cerita aku akhirnya mendaftar di sekolah tersebut, dengan melalui banyak dokumen – dokumen, melalui banyak waktu untuk bolak – balik ke tukang fotokopi akhirnya hari pengumuman pun tiba. Aku hari itu datang ke "Calon Sekolah" ku dengan memakai seragam merah putih dan muka polos yang masih belum mengenal bagaimana dunia yang sebenarnya.
Sekitar beberapa menit sebelum pengumuman aku mendapat pesan singkat dari bapak yang berbunyi "Nduk, mengko nek uwes pengumuman bapak dikabari yo" -nanti kalo udah diumumkan hasilnya, bapak kabarin ya-aku membalas pesan bapak hanya dengan mengiyakan, meskipun aku saat itu masih bingung karena sangat jarang sekali bapak meminta kabar mengenai sesuatu, maklum karena beliau merupakan anggota TNI jadi jiwa tsundere nya sangat tinggi.
Dan akhirnya, kertas berisi siapa – siapa saja yang di terima bersekolah di sana pun ditempel juga di papan pengumuman, aku dan ibu segera berlari ke papan pengumuman dan melihat apakah namaku ada di sana atau tidak.
Setelah mengurutkan setiap nama di sana, berhentilah jariku di atas nama bertuliskan namaku di sana, yang berarti aku resmi diterima menjadi murid di sekolah tersebut. Aku sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT juga kepada kedua orang tuaku yang sangat mendukung dan selalu menuntunku ke sisi terang.
Setelah membaca papan pengumuman tersebut, aku segera mengabari bapak bahwa aku diterima, dan bapak menyuruh aku dan ibu untuk segera pulang. Sesampainya di rumah, bapak ternyata sudah menyiapkan kejutan, beliau membelikan aku minyak wangi bermerek yang tidak aku punya sebelumnya, saat itu aku sangat bahagia. Aku memeluk ayah dan ibu ku sangat erat, kala itu, momen itu aku menjadi manusia paling bahagia di dunia.
Aku memakai parfum yang diberikan bapak hanya saat aku akan menghadiri acara atau kegiatan yang mengundang banyak orang datang, bukan karena aku ingin centil, tapi karena parfum yang dibelikan bapak terlalu mewah kalau hanya untuk dipakai di acara yang tidak penting, tapi untuk ke sekolah aku masih menggunakan parfum tersebut, agar aku dapat lebih semangat menjalani hari – hari.
Kehidupan masa putih biruku berlangsung biasa pada awalnya, layaknya remaja lainnya yang ketika dihadapkan dengan lingkungan baru tugas utamanya adalah adaptasi. Sebenarnya untuk hal ini aku sangat buruk, tidak hanya karena aku memiliki wajah yang galak, aku juga punya kepribadian dan pola pikir yang sulit diterima banyak orang.
Banyak orang salah paham kepadaku ketika pertama kali melihatku, mereka yang sekilas beradu pandang denganku pastilah menganggapku wanita galak yang sulit dijadikan teman, tapi mereka sepenuhnya sangat salah.
Aku adalah manusia yang paling mudah untuk dijadikan teman, prinsipku hanya satu, kalau kalian menganggapku manusia dan bersikap baik aku akan lebih bersikap manis kepada kalian, tapi jika kalian membenci dan bertingkah buruk kepadaku, aku sendiri pun takut membayangkan apa "hadiah" yang akan kalian dapat nantinya.
Se sederhana itu prinsipku, tetapi ya tetap saja masih banyak sekali orang yang salah paham dengan ekspresiku, ya tidak heran, aku dikaruniai wajah yang dibilang galak, dengan mata sipit yang agak turun, serta bibirku yang juga terlihat sedikit turun di kedua sudut bibirnya, jadilah wajah galak yang nyatanya adalah wajah datar terbaik yang kumiliki.
Tapi aku bersyukur dengan wajahku ini, karena dengan wajahku ini tidak akan ada orang jahat yang akan mendatangiku karena sekali mereka melihat wajahku, mereka akan mengira aku adalah korban yang siap menghajar mereka bila mereka berani macam – macam denganku.
Untungnya, di masa ini aku tidak kehidupan berjalan seperti biasa dan lancar jaya, tidak ada gangguan berarti, sampai aku bertemu dengan DIA yang pertama.
Sebut saja DIA itu Fadli. Seorang laki - laki dengan tinggi sekitar 169 cm, bermata sayu, dan berhati lembut, kelembutan dirinya terpancar dari bagaimana cara dia tersenyum, cara dia berjalan, bahkan cara dia berbicara, tidak ada yang salah dengan dirinya, menurutku semua sempurna.
Pertemuan kami, bukan salah, aku yang bertemu dia jadinya, pertemuanku dengannya terjadi di hari Jumat-hari yang baik, tapi tidak berakhir baik-dia yang kebetulan menjadi pengurus kegiatan pramuka atau lebih singkatnya kita sebut saja Bantara, saat itu dia datang ke kelasku dan menjadi pembina kelasku, aku masih ingat saat itu, aku pertama kali menemui seseorang setulus dan sebaik dia hanya dengan melihat tawa di wajahnya.
Kemudian, seketika itu, aku jatuh hati padanya. Saat itu, aku pertama kali merasakan apa itu Cinta pandangan pertama, saat mata tidak sengaja bertemu tawa dan saat hati tidak sengaja terbuka karena rasa kagum yang luar biasa, ya... saat itu aku jatuh cinta padanya.
Pertemuanku dengannya sangat singkat, tapi pun amat berkesan.
Selama 3 tahun aku hanya dapat menjadi pengagum rahasianya, mengamati gerak gerik nya hanya melalui intipan intipan kecil di balik jendela kelas, mencoba mencuri pandang saat tidak sengaja berjumpa, dan mencoba acuh saat tidak sengaja berpapasan di jalan. Senaif itu aku saat pertama kali mengenalnya, aku terlalu pemalu untuk menunjukkan keberadaanku, aku takut dia akan menjauh saat aku mencoba masuk ke dalam kehidupannya.
Karena kenaifan ku, selama 3 tahun utuh, aku tidak pernah berbicara dengannya walaupun aku tahu dia baik dengan semua orang, tapi aku terlalu minder dan takut akan penampilanku kala itu, cewek gendut, hitam, dan tidak terlihat ramah mencoba mendekati malaikat? Hah! Tidak mungkin terjadi!
Pernah suatu ketika, aku hampir berbicara dengannya, kala itu saat acara kemah, aku dan teman - teman ku tengah kewalahan membawa tenda dan kebetulan disana ada Fadli yang sedang tidak berbuat apa - apa, aku hampir membuka mulutku untuk meminta tolong dia, sialnya, temanku terlebih dulu membuka mulutnya.
Ah Shit!! batinku.
Gagal sudah kesempatanku bicara dengannya, kejadian itu pun terulang dan yah dengan ending yang sama, aku masih tidak ada kesempatan untuk bicara dengannya.
Pertemuanku dengannya di masa SMP adalah satu - satu hal yang sangat berkesan, selebihnya hanya drama - drama kacangan yang tidak perlu diceritakan, karena terlalu mudah ditebak akan berakhir seperti apa.
Cerita kali ini pendek aja yah, author lagi gundah ngelanjutin plotnya gimana
oke?! bye! 안녕, 잍타봐!
KAMU SEDANG MEMBACA
Over Thinking
RomanceCerita ini bukan jenis roman picisan yang bisa bikin kamu ketawa ketawa sendiri di kamar, bukan juga jenis cinta segitiga yang bikin kamu benci sama satu karakter, kisah ini murni pengalaman gadis muda yang jatuh cinta berulang kali, tapi semuanya b...