Hanya Dua Orang Asing

3.4K 577 184
                                    

Perasaan apa ini ketika aku ingin menghentikan waktu hanya untuk menatapnya? Dan disebut apa ini saat aku ingin menemuinya lagi dan lagi? Mana mungkin cinta karena kita hanya dua orang asing yang baru sebatas mencoba menghapal nama.

***

Now playing: Parisian-Strangers in Love

***

Keduanya terpaksa jatuh ke lantai setelah tidak sengaja bertabrakan. Nila yang berbadan lebih mungil terkena imbas terpental lebih jauh. Sedangkan pihak satunya hanya terjatuh di tempatnya berdiri terakhir. Awalnya dia hanya ingin langsung bangun kemudian mengambil buku yang dibawanya. Tapi di matanya, Nila terlihat berbeda. Ada banyak warna terpancar dari tubuh anak perempuan itu. Entah karena efek bau parfumnya, aroma tubuhnya atau apa dia kurang paham sebab ini pengalaman pertama matanya melihat warna sebanyak itu dari satu obyek.

Dia jadi membeku dan merasa dimensi waktu kehilangan karsa atas tubuhnya. Sampai akhirnya matanya bertemu dengan mata Nila. Keduanya beradu tatap sejenak dan tak bisa dipungkiri jantungnya berdetak aneh. Muncul pula keinginan agar waktu terhenti selamanya di sini pada momen ini walau dia juga tak tahu apa alasannya. Mungkin karena manusia dihadapannya penuh warna sedangkan dia tak berwarna. Dia jadi berpikir kalau dia bisa di dekat anak itu selama mungkin bisa saja dia jadi ikut berwarna.

Seketika mata Nila beralih karena merasakan perih dari tangan kiri yang tadi secara refleks menompangnya. Pergerakan kecil itu membuat kesadaran kembali pada dirinya. Dia pun langsung berdiri, memungut semua bukunya yang jatuh dan tanpa sepatah kata pergi meninggalkan Nila. Niatnya ke perpus pun padam oleh rasa ketakutan yang selalu menyerangnya ketika bertemu dengan orang yang belum dikenalinya.

"Hei tunggu," teriak Nila saat dia mencoba berdiri. Dasar aneh pergi gitu aja tanpa minta maaf. Pekik Nila dalam hati ketika mengambil bukunya yang ikut jadi korban dari kejadian tabrakan tadi.

Waktu Nila menegakkan badan tiba-tiba saja sebuah tangan telah merangkulnya dari belakang. Tangan yang baunya sudah sangat dikenali Nila. Bau khas minyak wangi Hara yang katanya turun-temurun dari leluhurnya.

"Gimana rasanya tabrakan ala sinetron ama Pangeran Dementor?" tanyanya dengan wajah khas seorang pemburu gossip.

"Pangeran Dementor?"

"Jangan bilang lo kagak tau tadi tabrakan romantis ama sape," ucap Hara curiga dan berbalas cengiran dari Nila. "Lo harus berhenti jadi ansos dan kudu mulai ngarti ama sekolah lo, paling nggak lo tau cogan-cogan di sini."

"Penting ya?" tanya Nila menggerutu.

"Iyalah, asupan vitamin A gitu jadi penting." Nila hanya bisa geleng-geleng dengan pemikiran sahabatnya yang makin lama makin tambah konslet.

"Udah deh bomat. Mana fotonya Revian?"

Hara menyerahkan sebuah foto yang kemudian diterima dengan baik oleh Nila. Nila mengamati foto tersebut berulang kali. Seperti merasa ada yang salah. Entah fotonya atau dirinya. Dia jadi curiga matanya bermasalah akibat tabrakan tadi, tapi bukannya kepalanya tidak terbentur. Terus apa maksud dari foto yang dipegangnya ini.

"Hara, kamu ngajakin berantem?" tanya Nila yang masih menahan amarahnya.

"Stop, lo kagak usah ngulangin dialog gue beberapa menit lalu."

"Maksudmu apa?"

"Tadi itu yang gue omongin ama bala huru hara yang ngasih foto itu. Bedanya lo lebih baik sih kalau gue udah bawa parang, celurit, pacul, keris. Pokoknya semua senjata yang ade dan tersembunyi di badan gue." Nila hanya bisa mengelus dada dengan kehaluan sahabatnya.

IllustrationaloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang