Prolog
Shafa mengangkat wajah ketika mendapati seorang laki-laki masuk ke dalam toko bunganya. Dengan ramah ia menyapa lelaki itu dan bertanya apa yang diinginkannya.
Mendekati hari Valentine begini, ada banyak pelanggan laki-laki yang datang ke tokonya. Biasanya, mereka akan membeli bunga untuk kekasih atau istrinya. Sangat bahagia sekali, jika Shafa menjadi salah satunya, tapi sepertinya, itu hanya akan menjadi mimpinya saja.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah.
Lelaki itu sangat tampan. Rapi dengan kemeja yang melekat pas di tubuhnya. Sangat modis dengan rolex yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia bukan lelaki biasa, bahkan Shafa bisa melihat mobil mewah milik laki-laki itu terparkir tepat di depan toko bunganya.
"Shafa Amanda?" tanyanya.
Suaranya terdengar berat, sikap dan tatapannya begitu mengintimidasi, tapi Shafa mencoba untuk tidak terpengaruh. Ia sering bertemu dengan banyak orang. Meski, kebanyakan dari orang-orang itu tidak seperti lelaki ini, tapi Shafa mencoba tetap percaya diri di tengah kekurangan yang ia miliki.
Shafa tersentak, dia baru sadar kalau lelaki itu mengetahui nama lengkapnya. Dari mana dia mengetahuinya?
Shafa mengerutkan kening, kemudian menjawab, "Ya, itu saya."
Lelaki itu tampak mengamati Shafa. Menatap Shafa dari ujung rambut hingga ujung kaki, kemudian matanya berhenti pada kaki kiri Shafa. Di pergelangan kaki Shafa masih tampak bekas jahitan di masa lalu. Luka itu tak akan pernah bisa hilang, bahkan efeknya masih membekas hingga sekarang. Shafa tak akan bisa berjalan dengan normal lagi. Meski begitu, hal itu takkan mengurangi rasa percaya dirinya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Shafa lagi, karena lelaki itu hanya fokus menatap bekas jahitan di kaki kiri Shafa dan membuat Shafa merasa tak nyaman.
"Tutup toko kamu dan mari ikut saya!"
"Apa? Kenapa?" Shafa bingung. Memangnya siapa lelaki ini? Kenapa dia memerintah Shafa dengan seenaknya?
"Ikut saja."
"Tidak. Maaf, saya tidak akan pergi ke manapun, apalagi dengan orang yang tidak saya kenal."
"Begitukah? Kamu tidak lihat ini?"
Lelaki itu mengeluarkan sebuah kalung putih dari sakunya. Shafa menatap kalung itu dengan saksama, hingga tatapannya berhenti pada bandul kalung tersebut.
Sebuah cincin yang sangat mirip dengan cincin yang menjadi bandul kalungnya sekarang. Shafa dibuat terkejut. Spontan saja, dia memegangi bandul kalungnya sendiri.
Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa? Apakah lelaki ini adalah lelaki yang dimaksud oleh mendiang ayahnya?
"Sekarang, ikut saya, kita akan membahas rencana pernikahan kita," ucapnya dengan dingin dan datar.
Pernikahan? Ya Tuhan!
Jadi, apa yang dikatakan ayahnya dulu memang kenyataan? Kalau saat ia dewasa nanti, akan ada seorang pria yang datang padanya sambil membawa cincin serupa untuk menikahinya secara sah?
Shafa masih tak percaya. Benarkah ini sebuah kenyataan? Benarkah ia akan menikah dengan lelaki di hadapannya tersebut?
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Marriage
RomanceSeorang perempuan cacat yang harus menikah dengan seorang pria sempurna yang ternyata adalah orang yang bertanggung jawab atas kemalangan yang menimpa perempuan itu. * * * Elang Abraham harus menikahi seorang perempuan cacat yang bernama Shafa Amand...
Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi