Bab 5
Sejak sampai di lokasi, Shafa memang sudah merasa tidak nyaman. Itu bukan tempatnya, pesta seperti ini bukan lingkungannya. Banyak orang kaya di sini yang tak segan-segan memamerkan barang-barang mahal miliknya. Ditambah lagi, gaya bicara mereka yang setinggi langit. Shafa tidak suka dan dia kurang nyaman berada di sana.
Seharusnya ia mendengar apa kata Elang, seharusnya ia mengindahkan larangan suaminya.
Diam-diam, dalam hati Shafa menyesali perbuatannya. Hingga sampai di dalam, tatapan mata Shafa tak sengaja jatuh pada Elang. Lelaki itu tampak tampan dengan tuksedonya, tampak serasi dengan perempuan yang setia mengamit lengannya. Itukah alasan Elang tidak memperbolehkan dirinya datang? Karena lelaki itu datang dengan kekasihnya, lalu, kenapa saat ini Elang menatapnya dengan tatapan murka?
Shafa mencoba mengabaikan keberadaan Elang. Ia bahkan mencoba untuk menghindar dan sebisa mungkin tidak menonjol di antara tamu lainnya.
"Kak, aku ke toilet dulu, ya, duh, sudah nggak tahan."
"Ya sudah, aku ikut. Aku juga mau cuci tangan."
"Oke."
Dan akhirnya, keduanya menuju ke arah toilet. Bunga masuk ke dalam sebuah bilik, sedangkan Shafa memilih berdiri di depan wastafel dan mulai mencuci tangannya.
Dua orang perempuan masuk ke toilet dan keduanya tampak menatap Shafa dengan tatapan mata sinisnya.
"Nanda ngundang gembel, ya?" Keduanya lalu tertawa.
"Bukan, dia tukang kebunnya keluarga Abraham."
Keduanya kembali tertawa lebar. "Ya ampun. Pantes saja si El nggak pernah mau bawa istrinya, modelnya kayak begini, sih!"
"Sssttt, dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk jadi kayak kita, harusnya kita hargain dong," sindir salah satunya. Keduanya kembali tertawa lebar. Bersamaan dengan itu, Bunga keluar dari dalam bilik toilet yang dia masuki.
"Mulut kalian kayaknya perlu disiram." Dan dalam sekejap mata, Bunga mengarahkan shower closet ke arah dua perempuan tersebut, hingga keduanya berteriak, kemudian lari keluar dari dalam toilet.
"Bunga, kamu nggak perlu sampai kayak gitu."
Bunga mendengkus sebal. "Telingaku terlalu panas buat dengerin omongan mereka. Ya sudah kalau begitu, kita balik, Kak."
Shafa menghela napas panjang sembari menggelengkan kepala. Ia tersenyum menatap Bunga yang berjalan tepat di depannya.
Shafa dan Bunga larut dalam pesta. Mereka berkumpul dengan teman-teman Bunga. Beruntung tak satu pun di antara teman Bunga yang memiliki sifat sombong seperti orang-orang tadi.
Ketika mereka tengah asyik saling bercerita, tiba-tiba ada sebuah kegaduhan. Orang-orang berkumpul di arah kegaduhan tersebut. Lalu ....
Mata Shafa membulat saat orang-orang yang berkumpul tersebut tiba-tiba membuka jalannya untuk seseorang yang kini sedang menatapnya dengan mata marah, orang tersebut berjalan ke arahnya, orang itu adalah Elang Abraham. Suaminya.
Shafa tidak tahu apa yang terjadi, tapi kemungkinan besar yang membuat keributan tadi adalah Elang, hingga lelaki itu berjalan menuju ke arahnya, semua mata tertuju pada mereka.
Dalam sekejap mata, Elang sudah menyambar pergelangan tangan Shafa, dan tanpa banyak bicara, lelaki itu menyeret Shafa keluar dari pesta.
Bunga memanggil-mangil nama Shafa, tapi Shafa memberi isyarat, jika dirinya akan baik-baik saja. padahal, Shafa tahu bahwa ia tidak sedang baik-baik saja. Elang sedang menyeretnya dengan kasar, mengabaikan Shafa yang kesulitan mengimbangi langkah kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Marriage
RomanceSeorang perempuan cacat yang harus menikah dengan seorang pria sempurna yang ternyata adalah orang yang bertanggung jawab atas kemalangan yang menimpa perempuan itu. * * * Elang Abraham harus menikahi seorang perempuan cacat yang bernama Shafa Amand...
Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi