Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

Bab 4

116K 9.2K 373
                                    

Bab 4

Elang bangkit sambil memunguti pakaiannya dan mengenakannya kembali dengan mata yang tak berhenti menatap ke arah tubuh telanjang Shafa yang sudah meringkuk kelelahan di atas ranjang.

Ia menatap tubuh Shafa dengan tatapan yang sulit diartikan. Biasanya, setelah mendapatkan apa yang ia mau, Elang akan pergi begitu saja. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, dirinya mulai muak dengan keinginannya untuk menyentuh tubuh Shafa lagi dan lagi. Ia muak, karena keinginan tersebut tersulut begitu saja tanpa bisa dicegah.

Kini, yang ada dalam kepala Elang adalah, ia ingin ikut tidur di sana, meringkuk, memeluk wanita rapuh itu sampai pagi. Akan tetapi, egonya terlalu tinggi untuk melakukan hal semenggelikan itu.

Shafa akan besar kepala. Wanita itu pasti akan merasa menang, jika dirinya melakukan hal tersebut. Yang benar saja!

Akhirnya, Elang membuang jauh-jauh keinginannya dan memilih pergi, masuk ke dalam kamar mandi, mengganti bajunya, lalu memilih keluar meninggalkan Shafa sendirian di dalam kamar.

***

Siang itu, saat Shafa sedang asyik membersihkan daun-daun kering di area kebun kecilnya di belakang toko bunga. Leo datang padanya dan mengatakan, bahwa dirinya kedatangan seorang tamu. Shafa mencuci tangannya, sebelum ia keluar dan menemui tamu tersebut.

"Hai, Kak!" Itu Bunga, datang dengan senyuman cerah yang menghiasi wajahnya.

"Hai, kamu datang? Katanya tadi mau belanja?"

"Iya, belanja sama Kak Shafa."

Shafa tersenyum. "Kamu tahu, kan? Elang nggak ngizinin aku pergi."

Bunga mendengkus sebal. "Memangnya siapa dia? Kita kan cuma belanja. Aneh," gerutunya.

Shafa lagi-lagi tersenyum melihat tingkah Bunga. Bunga tampak mengamati segala penjuru, lalu dia berkata, "Pantas Kak Shafa betah di sini. Enak, nyaman, dan sejuk."

"Iya, ini rumahku sebelum kenal kakak kamu dulu."

"Aku boleh sering-sering ke sini, kan? Kalau aku pulang ke Indo?" Shafa mengangguk menjawab pertanyaan Bunga. "Habisnya, pegawai Kakak ganteng-ganteng," bisik Bunga pada Shafa, sembari melirik Leo yang tampak mengangkat sebuah pot besar.

Shafa mengikuti arah pandang Bunga, lalu dia berkata, "Oh, jadi karena Leo?"

"Namanya Leo?"

"Iya. Dia awalnya sopir yang dipekerjakan Elang buat aku, tapi dia dipecat."

"Yah ... kenapa? Padahal, kan, seru kalau dia kerja di rumah."

"Aku nggak tahu alasannya. Karena itu, aku minta dia kerja sama aku saja."

Mata Bunga menatap Shafa dengan tatapan menyelidik. "Kak Shafa nggak naksir sama dia, kan? Bisa-bisa Kak El murka."

Shafa tersenyum. "Enggaklah... " Shafa menghela napas panjang. "Jadi, bagaimana? Jadi belanja?" tanyanya lagi.

"Jadi ... mau nemani aku, kan? Ayolah..." Shafa tak punya pilihan lain selain tersenyum dan mengangguk untuk menyetujui permintaan Bunga.

Entah kenapa, Shafa merasa dekat dengan Bunga. Padahal, mereka baru saling mengenal kemarin. Mungkin sikap gadis ini yang cerewet dan supel, hingga membuat hubungan mereka menjadi lebih dekat dalam waktu singkat.

***

"Aku malas pacaran sama bule. Pokoknya, aku mau cari cowok lokal aja nanti, tipe-tipenya kayak pegawai Kak Shafa." Bunga masih asyik bercerita, sembari menyantap ice cream pencuci mulutnya.

Imperfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang