Kumpulan kisah kasih para buciners.
✔ JoTing
✔ FajRi
✔ MarVin
✔ crack pair
✔ etc
Warn! bxb / yaoi / homo. If it's not your cup of tea, please kindly don't read. Thanks.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Bonus]
Marcus x Kevin
"Terima kasih sudah mau berjuang bersama Koko," ujar Marcus memeluk Kevin dari belakang.
Kevin yang sedang menyiapkan makan malam tersenyum tipis. Ia mematikan kompor, lalu berbalik menatap kedua mata indah milik Marcus. "Terima kasih karena Koko sudah meng-cover Kevin di belakang. Tanpa Koko, kita tidak mungkin juara."
Marcus mengecup pelipis Kevin sayang. "Koko akan selalu berada di belakang Kevin sampai kapan pun."
Vito bangkit dari duduknya. Ia tertawa kecil dan mengusap kepala Ihsan. "Terima kasih. Kamu tetap semangat, oke?"
Ihsan mengangguk, "Um."
"Masih ingat janjimu kalau aku juara?"
"A-aku—"
"Can," potong Vito. Ia memegang kedua bahu Ihsan dan membawa badan itu untuk menghadapnya. "Sampai kapan kamu bisa benar-benar melupakan dia?"
***
Jonatan x Anthony
"Manja." Anthony menekan handuk yang berisi es batu ke dahi Jonatan dengan kasar. Tentu saja mengakibatkan Jonatan meringis kesakitan.
"Kak~ pelan-pelan—aduh!"
"Diem."
Mulut Jonatan yang semula membuka ingin protes, menutup kembali sesuai perintah Anthony.
"Makanya jangan kayak bocah lari-lari dalem kamar. Kita lagi di Jepang buat tanding, Jo."
"Aku kan mau ngasih selamat ke Kakak yang udah lolos ke babak dua. Kakak juga sih buang kulit pisang sembarangan."
"Tadi aku taruh di meja. Lagian itu belum habis. Masih ada pisangnya."
"Terus kenapa bisa ada di lantai?"
Anthony mengangkat bahunya. "Mana aku tahu."
***
Fajar x Rian
"Jom? Ini beneran segini banyaknya?" Fajar menatap ngeri tumpukan pakaian yang berada di dalam keranjang. Bagaimana bisa baru tiga hari di Jepang, pakaian kotor mereka sudah seperti seminggu? Fajar tidak percaya itu.
Rian mengangguk. "Tolong laundry-in ya."
"Sekarang?"
"He'em."
"Tapi kita baru aja selesai tanding. Masih pegel semua nih." Melihat ekspresi Rian, Fajar mau tidak mau menuruti perintahnya. "Oke, oke. Siap laksanakan!"
