I'll never let you go

823 105 4
                                    

Mingyu membawa tas plastik berisi belanjaannya dan keluar dari mini market. Matanya melebar saat melihat sosok Wonwoo berdiri diam di teras minimarket. Seperti sedang menunggu seseorang.

Apa dia menunggu kekasihnya?

Mingyu mendadak galau sendiri. Dilihatnya kini Wonwoo sedang celingukan menatap kanan kiri. Mingyu panik, ia lalu berjalan berjingkat meninggalkan tempat itu tanpa ingin diketahui oleh Wonwoo.

Mingyu berpikir lagi, jika Wonwoo sudah punya kekasih, apa yang akan ia lakukan? Apakah dia harus—

"AH! Hey! Mau pergi ke mana kau?!"

Mingyu terkejut dan menghentikan langkahnya. Ia melirik ke belakang dengan takut.

Wonwoo berjalan ke arahnya dengan alis hampir menyatu karena kesal.

"Eh... kau berbicara denganku?" Tanya Mingyu was-was.

"Tentu saja," jawab Wonwoo.

"Ehm... ya… aku akan pulang ke rumahku," ucap Mingyu kemudian.

"Tidak boleh," jawab Wonwoo.

Mingyu terperanjat, "Kenapa?"

"Karena kau sudah membuatku menunggu," jawab Wonwoo.

"Eeeh yaaa siapa yang nyuruh?" Tanya Mingyu sewot.

Wonwoo menuding ke arahnya, "Ini semua karena ucapanmu," jawabnya tak kalah sewot.

Mingyu menaikkan alisnya, "Apa?"

Wonwoo menghela napas, "Masa kau lupa apa yang sudah kau ucapkan secepat kereta shinkansen tadi?" Tanya Wonwoo.

Jantung Mingyu mulai berdegup tidak karuan, "Eh… yang kuucapkan tadi…" Wajahnya merona, "ah, anggap saja itu angin lalu."

Wonwoo menatapnya kesal, "Tidak bisa."

Mingyu terdiam.

"Apakah yang kau katakan itu benar?" Tanya Wonwoo.

Mingyu mengerjap, "Kau mendengarnya?"

Wonwoo mengangguk, "Sangat jelas."

"Padahal aku mengatakannya sangat cepat tadi," bisik Mingyu.

"Hey, kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Wonwoo.

"Hmm… aku pikir begitu—aku—yah, begitulah," jawab Mingyu.

Wonwoo menatapnya bingung.

"Kenapa kau bertanya begitu? Kenapa kau menungguku?" Tanya Mingyu.

"Aku sudah bilang, ini karena ucapanmu. Aku pikir aku salah dengar, tapi itu tidak. Jadi aku memutuskan menunggumu—" Wonwoo menjawab, Mingyu terdiam mendengarnya, "itu—karena aku juga menyukaimu," ucap Wonwoo dengan suara yang dikecilkan.

Mingyu membulatkan mata. Ia bingung harus bereaksi apa.

"Mingyu?" Panggil Wonwoo, tangannya menyentuh pipi pemuda tinggi di depannya.

Mingyu refleks melangkah ke belakang dan berlari cepat.

Wonwoo terperanjat, "Hey!" Ia dengan segera mengejar Mingyu dan mendapatkannya dengan sebuah pelukan dari belakang.

Mingyu meronta, "Lepaskaaannn~"

Wonwoo menggeleng, "Aku tidak mau! Nanti kau akan lari lagi!"

Mingyu terdiam. Ia bisa merasakan lengan Wonwoo melingkar di perutnya dengan kuat, seolah tak ingin melepaskannya. Mingyu juga bisa merasakan detak jantung yang bukan miliknya berdegup kencang lewat punggungnya, ia melirik ke arah Wonwoo yang memejamkan mata dan wajah memerah, mau tak mau hal itu membuat wajah Mingyu ikut memerah.

Mereka terdiam selama beberapa menit dalam keadaan seperti itu.

"Kau tidak benci padaku kan?" Tanya Wonwoo lirih.

Mingyu menggaruk pipi, "Tidak. Bukankah aku sudah mengatakannya, aku menyukaimu," jawabnya.

"Lalu kenapa kau lari?" Tanya Wonwoo heran.

"Karena—" Mingyu terdiam sebentar, "karena aku tidak tahu harus bereaksi apa dan—ini membuatku malu." Mingyu menutup wajahnya.

Tangan Wonwoo yang memeluk Mingyu mulai mengendur, Wonwoo tertawa lepas kemudian mengeratkan pelukannya lagi.

"Jadi—bisa kau lepaskan aku?" Tanya Mingyu.

Wonwoo menggeleng, Mingyu menurunkan tangannya dari menutup wajah dan menghela napas.

"Aku tidak akan lari, tenang saja," ucap Mingyu.

Wonwoo mengangguk dan melepaskan pelukannya. Mingyu berbalik dan kemudian keduanya saling menatap.

Wonwoo tersentak saat Mingyu mengecup keningnya.

Mingyu menatapnya, Wonwoo balas menatapnya.

"Kau cepat juga. Padahal kita baru saja berkenalan dan kau sudah main cium duluan," ucap Wonwoo dengan senyuman lebar.

Mingyu merasakan wajahnya kembali memanas dan dia—kabur.

"Hey!"

.

.

"Lepaskan akuuuuuu~"

"Tidaaakkk, nanti kau lari lagiii~"

Pada akhirnya, setiap kali Mingyu berlari karena rasa malu yang tiba-tiba muncul, Wonwoo akan segera menangkapnya dengan sebuah pelukan dari belakang.

.

.

.

.

Fin beneran ey.

Oke bhay~ buat kemaren yang minta ff meanie. Karena ff yang awal masih ngadat jadi aku buat yang ini ufufuf.

Yang baca, yang mampir, jangan lupa review yha.

Written by Coffey Milk

N A M E 🐶 Meanie [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang