3.
William membuka pintu rumahnya dengan sedikit lunglai, entah mengapa perkataan Dara memutari isi kepalanya. William duduk disamping jendela dengan menatap rembulan yang sedang merdeka diatas sana. Ia mengait-ngaitkan apa yang dikatakan Dara dengan perlakuan Dara sebelumnya, yang ia lihat sering berbicara sendiri. Ah, mungkin ia halu. Toh dia juga ke psikiater karena sakit.
.....
Dara menyusuri lorong kelas, dan seperti biasa headset menggantung ditelinganya tiba tiba Dara dikejutkan dengan seseorang lelaki jangkung menghadangnya. Dara melepaskan headset,memasukaan handphone dan headset ke saku, lalu melipatkan tangannya.
"Apa?" ucap sinis Dara
"Yang kemaren lo katain benar?"
"Lo mau percaya sama gue?"
"Lo bohong?"
"Terserah"
Dara hendak melanjutkan langkahnya namun terhenti oleh genggaman hangat William. Dara menoleh.
"Suara apa yang lo dengar?" tanya William namun tidak menatap Dara.
"Syukur kalo lo percaya..."
William perlahan melepaskan gengamannya dan berhadapan sejajar dengan Dara.
"Suara yang gue dengar"
"Daraaaaa!!!"
Suara cempreng Zea berhasil membuyarkan pikiran keduanya dan menoleh ke arah sumber suara. Zea berlari kearah mereka.
"Ngapain kalian berdua? Ayuk masuk"
Tak lama suara bel berbunyi. Dara memberi isyarat ke William bahwa "nanti saja"
Dikelas
"Kantin yuk ra, gue traktir. Soalnya gue baru nembus arisan nih, keren ga?" tanya Zea ke Dara yang sedang menopang dagu menatap kosong kedepan ya seperti biasa dia sedang berfantasi dengan curhatan curhatan alam lain.
"Raa!"
Dara tergelonjak dan meyentuh dadanya yang terkejut.
"Pelan pelan kek, gue mati gimana?"
"Ya bukannya bagus biar lo bisa bebas berkomunikasi dengan makhluk halus?"
Dara menggeleng lalu memasukan beberapa buku kedalam tasnya.
Tak tak..
Suara ketukan bangku Dara yang dihasilkan oleh William, Zea pun ikut menengok. Dilanjutkan bahasa badan William ajakan untuk berbicara bersama Dara.
"Mau kemana kalian?" tatapan Zea sudah seperti detektif yang sedang mengintrogasi tersangka.
"Mau ngobrol berdua sama William, kenapa?" ucap Dara sefrontal itu.
"Whattt! Gue curiga sama kalian berdua deh xixixi" bersamaan dengan cekikikan Zea seperti menemukan harta karun.
"Ze, gue pinjem Dara bentar" tanpa pikir panjang William menarik tangan Dara dengan lumayan kasar.
"Woe ngeden biasa aja nariknya! Ga bakal gue rebut kali hahaha.." Zea tertawa terpingkal pingkal, entah apa maksud Zea dengan tertawa seperti itu.
"Akhirnya Dara melepaskan masa sendirinya" ucap bahagia Zea.
William membawa Dara ke rooftop sekolah.
"Gak dengan kasar juga kali!" Dara menepis kasar. Lalu menatap tajam William.
"Kaya nya gue salah ngira, setelah gue pikir dan tadi gue juga nanya ke dokter Ria. Lo pengidap Skizofrenia yang 90% halusinasi"
"But, kalo lo bener bener ngira gue skizofrenia. Kita buktikan sekarang"
YOU ARE READING
I Listen To You
Acak"Aku bersamamu, ceritakan semua akan aku dengarkan" -Dara2019 Dara seorang pederita Skizofrenia menyadari bahwa suara suara yang ia dengar bukanlah khalayan, namun suara dari alam lain. William yang trauma akan insiden kakaknya meninggal, sebab dial...