08. Tempat Pelampiasan

1.1K 142 11
                                    


Berpegang teguh pada pendiriannya adalah prinsip seorang Jung Hoseok, namun ada kalanya hal itu menjadikan bumerang tersendiri baginya. Seperti saat ini, perlahan ia jadi curiga sendiri terhadap istrinya.

3 tahun mereka pacaran, dan ditahun ke-empat mereka memutuskan untuk menikah, dalam pandangan pria itu, istrinya adalah sosok wanita sempurna yang pantas mendampingi dirinya seumur hidup. Tidak pernah ia menyangka jika Sela akan berperilaku demikian, apakah selama ini wanita itu selalu memasang topeng di depannya ataukah... Ia yang terlalu bodoh untuk menyadari.

6 bulan telah berlalu, bukan waktu yang lama bagi sebagian orang, namun Hoseok sangat muak menjalaninya. Ia kesal dengan Sela yang kerap pulang malam, malah pernah dalam kondisi mabuk juga. Sudah tidak ada lagi sambutan mesra tiap kali ia pulang kerja, malah wanita itu akan datang di jam 12 malam, seperti saat ini. Hoseok telah menghadang kedatangan wanita itu tepat di depan pintu sambil memasang tampang garang.

"Darimana saja kau?" sentaknya.

"Aku? Ah, seperti biasa. Rumah temanku."

Hoseok berdecih, ia mencium sisa bau maskulin dari jaket istrinya.

"Bisakah kau berhenti?" Hoseok akhirnya melirih. Ia memohon, namun wanita itu sudah kepalang pusing dan lelah.

"Sayang, temanku tadi merayakan ulang tahunnya, tentu dia mengadakan party, dan uh, maaf, aku terlalu bersenang-senang sampai lupa waktu."

Selalu saja membuat alasan. Wanita itu kemudian berlalu pergi meninggalkan Hoseok yang sudah kesal, malah bertambah kesal malam itu. Inilah kelemahan Hoseok, dia tidak mampu berlaku kasar pada wanita, sekalipun Sela benar-benar brengsek.

...........

Yoongi paham. Akhir-akhir ini hubungannya dengan Hoseok terasa begitu dingin. Semuanya terjadi akibat Hoseok yang menuduhnya telah membual, dan kejahilan dirinya yang mengganggu pria itu dalam mimpinya.

Ya, Yoongi sengaja masuk ke dalam dunia mimpi pria itu untuk merayunya. Ternyata berhasil juga.

Tiba-tiba pintu terbuka, Hoseok masuk ke dalam dan langsung menjatuhkan dirinya di kasur. Pria itu mengerang kesal, lalu terduduk sambil memegangi kepalanya.

Yoongi hanya bisa mengamati dari pojok. Terlihat jelas bahwa pria itu tengah stres berat. Baginya, ini bukan pertama kalinya ia melihat pemandangan ini. Hoseok sudah seringkali terlihat stres, yang bisa ia tebak penyebabnya tak akan jauh dari memikirkan Sela, dan masalah di kantornya.

Kalau terus dibiarkan, ini bisa jadi masalah! Maka Yoongi akhirnya memberanikan diri mendekati pria itu. Tangan pucatnya terulur untuk mengusap air mata Hoseok, walaupun pria itu awalnya terkejut, namun saat Hoseok menatapnya, wajah cantik Yoongi langsung memperlihatkan senyumnya, sebuah senyum penyemangat.

"Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja," lirih Yoongi.

"Terimakasih..."

Yoongi senang mendengarnya, Hoseok ternyata masih mau meresponnya.

"Aku... Minta maaf. Seharusnya aku tidak langsung menuduhmu begitu."

Ah, betapa bahagianya hatinya. Yoongi merona. Keajaiban apalagi hari ini, mulai dari Hoseok yang masih menganggapnya, dan kini pria itu yang meminta maaf.

Waktu demi waktu berlalu. Yoongi akan selalu berada di sisi Hoseok, biarlah wanita itu bersenang-senang di luar, kini di sisi samping kasurnya selalu di tempati Yoongi. Sosok cantik itulah yang menemani hari-hari terberatnya hingga saat ini.

"Yoongi, aku tadi mendapatkan komplain dari bosku," cerita Hoseok kemudian.

"Kenapa?" Yoongi ikut menatapnya penasaran.

Hoseok senang, ternyata dia bisa jadi pendengar yang baik juga.

"Kinerjaku menurun di kantor. Yahh... Kau pasti tau kan bagaimana jenuhnya aku di rumah ini."

Yoongi tersenyum. Tangannya meraba bicep Hoseok. "Soal Sela lagi ya? Huh, aku tahu ini sulit, tapi saranku, jangan bawa-bawa masalah di rumah ke kantor dan sebaliknya. Itu akan menyulitkanmu."

"Begitu ya?" Hoseok berpikir, saran Yoongi boleh juga. Ia kemudian tersenyum, ikut menyentuh pergelangan Yoongi juga. "Terimakasih."

Tangan Hoseok menarik pergelangan Yoongi. Ditindihnya si mungil itu lalu mencumbuinya mesra, dan diterima dengan senang hati oleh Yoongi.

Mereka melanjutkan sesi panas itu hingga puncaknya, dan disaat itulah Hoseok tersadar. Dia meminta maaf sebesar-besarnya pada Yoongi.

"Maaf, Yoongi, maaf. Aku khilaf, aku--"

Yoongi menanggapinya dengan senyum. "Aku tahu Hoseok, kau membutuhkannya, kan?"

TBC

[END] Si Cantik Di Pojok -SopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang