Gelap. Hitam telah mendominasi indera penglihatannya. Menoleh kekanan, maupun ke kiri pun rasanya nihil, bahkan hingga ia berbalik 360 derajat pun tetap hanyalah gelap yang ia dapati. Di dalam hati sudah bergemuruh takut, tidak tahu ia sedang di mana dan bagaimana caranya keluar dari situasi ini. Telapak kakinya merasakan alas yang kasar, seperti menginjak pasir. Dalam kebingungan itu, Hoseok tetap memaksakan dirinya untuk terus melangkah, mencari celah untuk keluar dari tempat menyeramkan ini.
Dia tak ubahnya seperti orang buta, Hoseok sendiri tak dapat memastikan jika langkah yang ia ambil ini benar atau tidak, bagaimana kalau ia terantuk sesuatu, bagaimana kalau ia menginjak sesuatu yang tajam dan melukainya. Jiwanya ketakutan, hatinya meronta-ronta memanggil nama sang Ibu, namun tidak ada siapa-siapa di sini. Ia terjebak dalam tempat aneh ini.
Pelan tapi pasti. Maju dan terus maju, melangkah dengan ketakutan dan keraguan yang bercampur jadi satu, berharap akan ada setitik berkas cahaya yang bisa menolongnya untuk melihat lebih jelas. Keyakinan konyol itulah yang terus mendorongnya. Di tengah perjalanan, samar-samar ia mendengar bisikan sesuatu.
"Teruslah berjalan, Hoseok..."
Pria itu merinding, ia berhenti sejenak untuk menoleh. Sedikit berteriak berharap pertolongan pada sosok itu. "Siapa kau? Tolong aku!"
"Teruslah berjalan saja..."
"Apa aku akan menemukan jalan keluar?" sahutnya.
"Teruslah berjalan. Ayo! Lanjutkanlah..."
"Bisakah kau membantuku? Aku takut..."
Tidak ada sahutan lagi. Hoseok semakin takut. "Halo? Hai kau! Dimana kau? Bisakah kau membantuku?"
Senyap melanda. Tidak ada suara apapun di sini yang akan membuatmu benar-benar ketakutan, bahkan suara pasir yang ia injak ini pun sama sekali tak terdengar gesekannya. Ia lantas mengerang kecewa, dia tadi tak ingin membantunya dan hanya mengisyaratkan untuk terus berjalan.
Tidak ada jalan lain, Hoseok pun melangkah tertatih-tatih karena mulai lelah. Perjalanannya begitu jauh dan panjang tanpa henti, tak ada kepastian di dalamnya, gelap bercampur sunyi, tidak ada siapapun bersamanya untuk ia mintai tolong. Hoseok rasanya ingin menyerah, lebih baik ia mati saja di sini. Biarlah sudah! Hidup terlalu berat. Hoseok ingin mati saja rasanya.
Napasnya tersengal, Hoseok jatuh terduduk dengan kedua kakinya yang pegal bukan main. Saat ia mendongak, baam! Ia menemukan setitik cahaya putih di ujung sana. Rasanya Hoseok mendapatkan kembali tekadnya. Apakah itu jalan keluarnya? Sebentar lagi... ia bisa keluar dari sini. Lantas dengan mengabaikan fakta tubuhnya yang masih ingin istirahat, ia kembali memacu dirinya sendiri. Kali ini berlari tanpa takut. Faktanya... titik putih tersebut sangat jauh untuk ia capai, namun dengan semangatnya yang tinggi ia terus mengejarnya. Lama-kelamaan titik putih tersebut semakin membesar. Hoseok mendapatkan penuh keyakinanya, ia bisa melewati ini.
Titik putih itu membesar, besar, dan makin membesar lagi tiap ia berlari sekencang-kencangnya. Cahayanya makin terang, sedikit demi sedikit ia bisa melihat sekitarnya. Tempat ini ia simpulkan seperti... terowongan. Dindingnya kecoklatan, dan ya, dia menginjak tanah namun terasa kasar bak pasir. Harapannya makin besar melihat lubang cahaya putih itu yang makin bersinar terang. Sayangnya kaki kanannya tersandung sesuatu. Hoseok jatuh kembali dan pingsan karena kelelahan.
.........
Yoongi termenung, ia kembali memikirkan tindakannya yang begitu jahat terhadap pria itu. Hoseok... pria itu telah mengambil seluruh atensinya, ia ingin egois untuk pria itu. Yoongi... ingin memilikinya. Selama ini ia mungkin bersikap menjadi baik, tapi kali ini... ia ingin menjadi jahat –walaupun tak sejahat Taehyung Hyungnya. Hanya Hoseok... Yoongi ingin Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Si Cantik Di Pojok -Sope
FanfictionYoongi bott! Hoseok dom! 21+ Awalnya hanya ingin mengenal, kemudian berniat melindungi, tidak tahunya dia malah menginginkan lebih yang menjadi sebuah obsesi bagi Yoongi terhadap Hoseok yang dianugerahi bisa melihatnya sebagai sosok 'roh yang baik.'