03. Si Penggaggu

1.1K 137 8
                                    


Sebenarnya, hanya Hoseok dan keluarganya saja yang tahu jika pria ini memiliki kemampuan istimewa. Dia indigo, bisa melihat lebih daripada manusia biasa lainnya.

Sela adalah sosok yang dicintai pria itu, dia wanita yang baik, Hoseok jadi tidak bisa untuk tidak mengikatnya dalam hubungan rumah tangga. Dia mengetahui bahwa Sela itu paranoid, maka Hoseok menyembunyikan keistimewaannya dari Sela.

Malam ini, harusnya menjadi malam yang menyenangkan bagi keduanya. Mereka tengah sibuk memadu kasih, menyerukan desahan kasar dan gerakan brutal, namun lagi-lagi kegiatan mereka mengundang minat para makhluk lain yang mencoba mendekat kesana. Mengganggu ritual malam keduanya.

Hoseok langsung merasakan hawa yang berbeda, terasa keruh dan membuatnya pusing. Di sudut kiri sana ia melihat sosok yang benar-benar buruk rupa, lebih buruk daripada si pucat. Senyum menyeringainya lebih menakutkan, tubuhnya bersimbah darah, wajahnya rusak dan baunya tidak karuan.

Perlahan staminanya menurun, ia malah jadi memperhatikan sosok si pucat itu yang tengah memasang wajah garang berusaha menghalau si buruk rupa agar tak mengganggunya.

"Sayang, kenapa berhenti?" Rengek Sela kecewa.

"Maaf, tapi tiba-tiba tubuhku tidak bisa diajak kompromi," kata Hoseok yang lama-lama wajahnya berubah jadi pucat.

Sela menatap khawatir suaminya. "Kau baik-baik saja?"

"Aku baik." Setelah mengatakannya, ia berlalu dari sana menuju kamar mandi.

......

Sosok pucat itu hanyalah arwah, sebatas makhluk yang tak kasat mata. Walaupun pria itu bisa melihatnya, dia tetaplah manusia. Dia berhak bekeluarga dan melanjutkan keturunan seperti bangsa jin.

Dia tidak bisa mengganggunya, bisa saja, sih, namun ia termasuk golongan yang baik, maka dia tidak ingin mengusiknya, dan tetap menahan hatinya melihat pemandangan itu.

Sayangnya rasa jengkel itu tidak lama tergantikan oleh aura kebencian yang tiba-tiba ia rasakan. Pandangan sosok pucat itu mengedar, dan ia menemukan seseorang yang paling ia benci masuk ke wilayahnya.

Dia, arwah dari golongan jahat. Wujudnya lebih menyeramkan bak hatinya. Senang mengganggu manusia dan menyesatkannya.

Si pucat itu mau tidak mau beranjak dari tempatnya, dan itu mendapat atensi Hoseok tanpa ia sadari. Si pucat menghadang si wujud menyeramkan itu agar tak mengganggu kedua pasangan ini.

Mereka berdebat, sedikit dibumbui oleh pertengkaran kecil dan akhirnya si menyeramkan itu pergi.

Si pucat bersyukur pria itu tidak jadi diganggu, saat pria itu datang lagi ke kamarnya. Dia menghampirinya, dan tidak lupa, memasang wujudnya yang bagus. Ia harus menagih janji pria itu yang akan membiarkannya bicara padanya.

.........

Hoseok datang kembali dengan penampilannya yang sudah rapi, ia lantas melirik istrinya sedang tertidur letih, setitik rasa kasihan hinggap di hatinya, ia telah menyudahi secara sepihak acara malam mereka.

Satu kecupan mendarat di dahi wanita itu, Hoseok mengusap sayang kepala wanita itu, menyeka poninya yang menutupi dahi saat dia tertidur.

"Kau.... Janjimu kemarin..."

Hoseok mendongak, oh, dia si sosok pucat itu lagi. Dia datang padanya dengan wujud yang lebih normal. Posturnya pendek kurus, kulitnya memang seputih gula, rambutnya lurus berponi warna blonde, dan wajahnya cukup manis untuk ukuran seorang pria.

Yoongi sekilas terlihat cantik di matanya jika dia mau menampilkan wujud terbaiknya.

Kali ini Hoseok menurutinya, ia telah berjanji sekaligus hendak berterimakasih padanya karena sudah menyelamatkannya tadi. "Baiklah, di luar, ok?"

Sosok itu menurut, lantas membuntuti Hoseok yang saat ini berada di balkon. Pria itu berbalik sambil berujar. "Katakan!"

Namun, si pucat itu malah diam saja. Mungkin malu -pikir Hoseok. Hingga akhirnya Hoseok sendiri yang mengambil alih.

"Baiklah, sebelumnya... Aku ingin berterimakasih padamu." Hoseok menatapnya yang kini mendongak, pipi pucatnya sedikit merona, dia senang saat Hoseok mengatakannya.

"Dia begitu jahat, dan aku tidak punya pelindung khusus bagi diriku sendiri. Terimakasih sudah menolongku."

Dia menampilkan sedikit senyum. "Ya," katanya.

Sosok pucat itu akhirnya berani menatapnya. "Uhh... H-halo. Ak-aku... Kim Yoongi."

"Hai Yoongi, aku Jung Hoseok," balasnya.

"Umh... Ya, aku..."

"Tidak perlu ragu, Yoon. Kau bisa mengatakannya padaku, pelan-pelan saja."

Yoongi melihat tatapan teduh Hoseok, dan itu membuat hatinya menghangat. "M-maaf..."

Yoongi menunduk, sebuah gumaman kecil dapat Hoseok dengarkan darinya. "Dia tadi kakakku, aku begitu membencinya."

"Kenapa kau membencinya?"

Yoongi menerawang. "Dia jahat, biadab, tidak tahu diri hiks..." lama-lama Yoongi menangis.

Dimulai dari tangisan sedu hingga kencang, dilihat dari sudut matanya, Hoseok tahu jika sepertinya beban pria ini semasa hidupnya begitu berat.

"Kau... Harus bisa mengikhlaskan semua. Duniamu berbeda, seharusnya kau segera kembali ke asalmu."

Dia menggeleng. "Tidak bisa,"  katanya.

Hoseok menghela napas. "Aku tidak bisa membantu lebih, aku hanya bisa berdoa untukmu."

"Terimakasih, tapi... Aku enggan untuk kembali."

"Kenapa?"

"Dendamku masih tersemat untuknya. Ya... Walaupun, dia juga telah tiada. Mengakhiri hidupnya sendiri setelah menyiksaku."

Jeda untuk waktu yang lama, sampai Hoseok menginterupsinya. "Kalau kau ingin bercerita, silakan."

Yoongi menatapnya lekat, mata kucingnya itu memancarkan binar cantik. "Sungguh?"

"Ya."

Rasanya Yoongi tidak bisa menahan rasa bahagianya, dia tersenyum. Perlahan bibirnya bergerak untuk mengatakan, "Jadi, dulu semasa aku hidup...."

TBC

Hmm... Shooki juga manusia biasa. Ga bisa liat yang tak kasat matanya, tapi kalo katanya ko Filo, mereka bisa kok kalo diminta untuk menampilkan wujud terbaiknya. Jadi ya... Entahlah, terima aja ya, toh, ini ff. Kalo bertentangan sama prinsip kalian, silakan out aja gpp :)

[END] Si Cantik Di Pojok -SopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang