Malam ini Allara tidur di kediaman Ivy karena ayah Ivy memintanya untuk menemani Ivy. Pria yang disukai oleh sahabatnya itu sedang ada urusan bisnis di luar kota jadi tidak ada yang menemani Ivy di rumah. Allara sangat kagum pada ayah Ivy yang begitu menjaga Ivy setelah kematian ibu Ivy. Padahal jika ayah Ivy mau, ia bisa mengusir Ivy dari rumahnya mengingat Ivy hanya putri tirinya, tapi syukurlah, Ivy bernasib baik karena ayahnya begitu menyayangi Ivy.
"Kau mau ke mana?" Allara melihat Ivy yang sudah mengenakan pakaian ketat seperti wanita dewasa. Dandanan Ivy benar-benar tidak cocok untuk usia Ivy saat ini, itu menurut Allara.
"Club."
"Tidak boleh. Bagaimana jika kau mabuk? Lalu ada laki-laki hidung belang yang membawamu pergi? Dia akan menculikmu lalu melecehkanmu. Kemudian membunuhmu. Tidak! Tidak akan aku izinkan kau pergi." Allara melarang Ivy serius.
Ivy menggelengkan kepalanya, ia yakin Allara pasti habis menonton drama tidak penting.
"Sebaiknya kau cepat ganti pakaian jika tidak ingin aku jadi buruan lelaki hidung belang."
Allara berpikir sejenak. "Kau ingin mengajakku jadi buruan lelaki hidung belang?"
"Kau mau ikut atau tidak?"
"Baiklah, baiklah, ini karena aku takut kau berada dalam masalah. Ingat betapa baiknya aku hari ini," seru Allara sok manis.
"Kau mau ke mana dengan piyamamu itu, Allara?" Ivy memandangi Allara yang melangkah menuju ke arah tangga rumah mewah ayah Ivy.
"Ah, benar. Aku harus mengganti pakaianku." Allara segera melangkah ke kamar Ivy. Ia memiliki beberapa pakaian di lemari Ivy, lebih tepatnya pakaian yang memang sudah Ivy siapkan untuk Allara ketika berada di rumahnya.
Allara selesai dalam 15 menit. Ia mengenakan pakaian yang tidak terlalu terbuka, serta riasan wajah yang nyaris tidak terlihat. Allara tidak suka mengenakan riasan yang tebal. Ia merasa seperti memakai topeng.
Ivy mengendarai mobil sport miliknya menuju ke sebuah club malam khusus untuk kelas elite. Ia mengeluarkan kartu VIP dan masuk ke dalam club tanpa harus mengantri terlebih dahulu.
"Kau curang, Ivy." Allara menyesuaikan langkahnya dengan Ivy.
Ivy memasukan kembali kartu VIP-nya ke dalam clutch bag yang ia pegang. Kemudian melirik Allara sekilas. "Jika kau ingin mengantri, kau bisa melakukannya, Allara."
Allara buru-buru meraih lengan Ivy. "Aku teman yang baik. Kali ini aku memaklumi kau mengambil jalan cepat. Kau pasti sedang lelah jadi tidak bisa mengantri."
Ivy berdecih pelan. Allara memang pandai mendikte orang lain, tapi dia sendiri tidak mau melakukannya. Dasar Allara.
Allara melihat ke sekitarnya, ia menggenggam lengan Ivy cukup erat seakan ia anak kecil yang takut tersesat di keramaian pengunjung club saat ini. Ia sampai menabrak bahu Ivy karena tidak fokus pada jalanan di depannya.
"Sampai kapan kau mau memegangku, Allara?" tanya Ivy datar.
Allara memasang wajah polos lalu melepaskan tangan Ivy. "Apa yang mereka lakukan di tempat ini? Kenapa sangat ramai?"
Ivy tak merespon Allara. Ia tidak akan membuang tenaga dengan meladeni pertanyaan tidak penting Allara. Ivy duduk di salah satu kursi di depan meja bartender lalu memesan segelas tequila. "Kau mau minum apa, Allara?"
Allara duduk, matanya masih fokus ke sekitar. Masih mencari jawaban atas pertanyaannya tadi. "Susu stroberi."
"Yang benar saja, Allara!" Ivy jengkel.
Allara merasa tidak ada yang salah dengan jawabannya. "Kau bertanya, dan itu jawabanku."
"Allara, ini bukan kantin sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend
RomanceAllara Quinn, gadis ceria yang duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah atas di Kota S. Sky Axellio, pria berumur 25 tahun yang menjadi guru Matematika pengganti di sekolah Allara. Allara menyukai Sky yang tidak lain adalah gurunya sendiri. Dengan...